Indovoices.com –Utang pemerintah meningkat drastis selama masa pandemi ini. Total utang pemerintah bahkan hampir menembus Rp 6.000 triliun per akhir November 2020.
Berikut kumparan sajikan fakta-fakta mengenai total utang pemerintah pusat:
Utang Pemerintah Nyaris Rp 6.000 Triliun
Total utang pemerintah pusat hingga akhir bulan lalu mencapai Rp 5.910,64 triliun. Utang tersebut naik Rp 32,93 triliun dari bulan sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan November 2019 Rp 4.814,31 triliun, maka dalam setahun terakhir utang pemerintah bertambah Rp 1.096,33 triliun.
Hingga akhir November lalu, rasio utang pemerintah pusat mencapai 38,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Rasio ini juga lebih besar dari November 2019 yang hanya 30,03 persen dari PDB.
Rasio Utang RI Masih Lebih Rendah dari Negara Lain
Dari bahan pemaparan Sri Mulyani, selama tahun ini pemerintah memproyeksi rasio utang mencapai 38,5 persen dari PDB, meningkat dari tahun lalu 30,5 persen dari PDB.
Rasio utang itu dinilai lebih baik dari Jepang yang diperkirakan tahun ini sebesar 266,2 persen dari PDB. Italia sebesar 161,8 persen, dan Amerika Serikat 131,2 persen dari PDB.
Selain itu, rasio utang Prancis sebesar 118,7 persen, Kanada 114,6 persen, Inggris 108 persen, India 89,3 persen, dan Jerman 73,3 persen.
Malaysia rasio utangnya tahun ini akan mencapai 67,6 persen, China 61,7 persen, Thailand 50,4 persen, dan Filipina 48,9 persen.
Utang Didominasi SBN Domestik
Total utang itu pemerintah pusat hingga akhir November 2020 itu berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) dengan denominasi rupiah sebesar Rp 3.891,92 triliun dan SBN valuta asing atau valas mencapai Rp 1.193,12 triliun.
Sisanya, berasal dari pinjaman Rp 825,59 triliun. Terdiri atas pinjaman dalam negeri Rp 11,55 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 814,05 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan sumber pembiayaan utang pemerintah paling banyak berasal dari dalam negeri. Hal ini sekaligus menepis anggapan bahwa utang pemerintah hanya berasal dari luar negeri atau pihak asing.
“Seolah-olah dari luar negeri aja, sebetulnya tidak. Sebagian besar dari pembiayaan adalah dari dalam negeri,” kata Sri Mulyani dalam webinar Outlook Ekonomi Indonesia 2021. (msn)