Bisnis.com, JAKARTA–Ciputra Group merupakan salah satu pemain lama di bisnis properti yang sudah melalui masa-masa pasang surut properti di Indonesia. Hingga saat ini, Ciputra masih berhasil mempertahankan citranya melalui proyek-proyek prestisius yang diluncurkan di berbagai plosok negeri. Untuk mengetahui pandangan Ciputra Group tentang bisnis properti saat ini, Bisnis mewawancarai Managing Director Ciputra Group Harun Hajadi pekan lalu. Berikut petikannya.
Bagaimana Ciputra menilai pasar properti tahun ini?
Tahun ini seharusnya lebih bagus dari tahun lalu. Ada beberapa indikasi yang mendukung optimisme kami. Pertama, suku bunga acuan mulai turun. Kedua, loan to value dinaikan dari 70% ke 80%, dari 60% ke 70%, dan dari 50% ke 60%. Kalau ada kenaikan LTV kan berarti DP yang dikeluarkan pembeli lebih sedikit dan ini tentu akan menumbuhkan pasar properti. Ketiga, giro wajib minimum diturunkan, dengan demikian likuiditas di pasar akan lebih bertambah sehingga orang semakin berbelanja. Keempat, ada tax amnesty. Masa kalau semua ini berjalan, properti tidak berjalan?
Sepanjang tahun lalu, penjualan untuk segmen menengah ke atas relatif tertekan. Bagaimana dengan tahun ini?
Kami melihat, kalau bunga bank turun, maka cost funding kita turun, ekonomi akan mulai membaik dan industri mulai berjalan baik sehingga PHK yang direncanakan itu tidak terjadi. Saya melihatnya seluruh segmen akan membaik.
Masyarakat di segmen menengah atas umumnya punya uang tetapi tidak mau dibelanjakan. Bagaimana supaya dia bisa belanjakan itu? Satu, ada tax amnesty. Jadi,ada duit di bawah bantal yang akan bisa dia belanjakan, padahal dulunya tidak bisa. Yang dulunya tidak ada di SPT, nantinya bisa dia keluarkan. Itu kalau ada tax amnesty. Kedua, kalau bunga turun dan ekonomi membaik, psikologi masyarakat akan membaik.
Kelas menengah ke atas umumnya ditentukan psikologi, kalau psikologinya bagus dia keluar duit. Namun, lain dengan masyarakat menengah ke bawah, penentunya ada uang atau tidak ada uang. Kalau dia tidak di-PHK, berarti uang ada terus. Upah minimum naik ya bagus, berarti mereka ada uang. Mereka ada pekerjaan tetap dan selama ada pekerjaan tetap mereka akan belanja, rumah pasti akan dicari.
Apa strategi yang disiapkan Ciputra untuk memacu pertumbuhan usaha di tengah perlambatan ekonomi?
Kami tidak ada strategi khusus. Di saat perekonomian dikatakan lemah tahun lalu pun, Ciputra Surya penjualannya malah naik 100% lebih. Tahun ini kita punya proyeksi 10% di bawah tahun lalu. Namun, itu bukan karena faktor perlambatan pertumbuhan permintaan, tapi karena pasokan proyek baru kita tahun ini memang lebih sedikit. Biasanya kalau ada proyek baru yang diluncurkan, penjualan akan tinggi sekali. Tahun ini ada proyek baru tapi kecil-kecil. Di Yogyakarta kita akan tambah proyek baru. Di Lampung juga akan kita luncurkan lagi.
Bagaimana rencana ekspansi usaha Ciputra?
Kami sudah hadir di hampir semua provinsi dan ekspansi akan terus kami lakukan. Di Pulau Sumatra, yang belum itu tinggal di Banda Aceh, Padang dan Bengkulu, sedangkan di Jawa sudah ada di semua kota-kota besarnya. Provinsi yang belum kita masuki di antaranya NTT, NTB, Papua, Papua Barat, dan Gorontalo. Tahun ini, kami menunggu izin pembangunan proyek di Jayapura, kami akan mulai di sana. Investasi kami yang cukup besar sejauh ini adalah di Medan, Jakarta, Surabaya, dan sekarang Makassar. Kemungkinan berikutnya yang akan kami garap dengan investasi besar itu Palembang, tetapi masih belum pasti.
Apa indikator yang diperhatikan Ciputra ketika memutuskan masuk di suatu kota?
Pertama-tama kami perhatikan pertumbuhan ekonominya. Kalau perekonomiannya bagus, potensi jangka panjang kota itu bagus. Kami masuk ke Makassar, misalnya, karena pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan itu jauh di atas rata-rata nasional, bahkan lebih tinggi daripada Jakarta dan Surabaya. Pertumbuhan Makassar itu mencapai 9% per tahun selama 10 tahun terakhir. Tidak ada daerah lain di Indonesia yang seperti itu, sehingga kami berani investasi tinggi di sana.
Apa yang akan dikembangkan di Makassar?
Kami sudah mulai dengan proyek reklamasi Centre Point of Indonesia Makassar tahap pertama seluas 106,41 hektar. Ini proyek yang tidak mudah, apalagi ini adalah proyek reklamasi yang pertama bagi Ciputra Group. Investasi untuk reklamasinya saja itu sekitar Rp3,5 triliun dan kami targetkan selesai di Maret 2018. Namun, tentang apa yang mau dibangun di atasnya dan berapa nilainya, masih sangat konseptual, tetapi secara umum akan dibangun landed house, apartemen, hotel bintang lima, Ciputra World Makassar, SOHO, dan proyek komersial lainnya. Proyek-proyek tersebut akan dikembangkan setidaknya dalam 12 tahun setelah reklamasi selesai. Tahun depan, 30% dari sekitar Rp4 triliun capex Ciputra Group akan dialokasikan untuk Makassar, padahal tahun ini baru 5% dari sekitar Rp4 triliun juga.
Mengapa Ciputra mulai terjun ke proyek reklamasi?
Kami ambil bisnis reklamasi bukan semata-mata karena di Kota Makassarnya sudah penuh, tetapi karena kesempatan seperti ini tidak datang tiap hari. Bayangkan, ada Pemprov yang ajak KSO swasta untuk kembangkan kawasan reklamasi. Itu yang kita lihat pertama. Lalu kemudian kita lihat ada potensi keindahan dan kecantikan yang bisa kita desain dan jual di sana. Kami juga berkewajiban serahkan 50,57 hektar lahan reklamasi itu nanti kepada Pemprov Sulsel dan itu kami prioritaskan.