Sudah membaca puisi yang dibuat oleh Sri Mulyani untuk menjawab tudingan Prabowo? Saya yakin sebagian besar pembaca sudah membacanya. Bagi yang belum membacanya, saya lampirkan di bawah sekali lagi karena menurut saya, puisi tersebut sangat menarik.
“Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,
Kami menyelesaikan
Ribuan kilometer jalan raya, toll, jembatan Untuk rakyat, untuk kesejahteraan
Kami menyelesaikan
Puluhan embung dan air bersih,
bagi jutaan saudara kita yang kekeringan
Puluhan ribu rumah, untuk mereka yang memerlukan tempat berteduh
Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,
Kami bekerja menyediakan subsidi
Jutaan sambungan listrik untuk rakyat untuk menerangi kehidupan, hingga pelosok
Kami terus bekerja
Meringankan beban hidup 10 juta keluarga miskin
Menyediakan bantuan pangan 15 juta keluarga miskin
Menyekolahkan 20 Juta anak miskin untuk tetap dapat belajar menjadi pintar
Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,
Kami bekerja siang malam
Menyediakan jaminan, agar 96.8 Juta rakyat terlindungi dan tetap sehat.
Merawat Ratusan ribu sekolah dan madrasah,
agar mampu memberi bekal ilmu dan taqwa,
bagi puluhan juta anak-anak kita untuk membangun masa depannya
Kami tak pernah berhenti, agar
472 000 mahasiswa menerima beasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan
20.000 generasi muda dan dosen berkesempatan belajar di universitas terkemuka dunia untuk jadi pemimpin harapan bangsa.
Puluhan juta petani mendapat subsidi pupuk, benih dan alat pertanian,
170.400 hektar sawah beririgasi untuk petani
Jutaan usaha kecil mikro memiliki akses modal yang murah
Jutaan penumpang kereta dan kapal yang menikmati subsidi tiket
Jutaan keluarga menikmati bahan bakar murah
Jutaan pegawai negeri, guru, prajurit, polisi, dokter, bidan, dosen hingga peneliti mendapat gaji dan tunjangan untuk mengabdi negeri
Terus, Kami terus bekerja, agar
74.953 desa mampu membangun, membasmi kemiskinan. 8.212 kelurahan terbantu untuk melayani rakyat kebih baik
Triliunan rupiah tersedia
membantu saudara kita yang terkena bencana membangun kembali kehidupannya
Dan masih banyak lagi yang aku mau ceritakan padamu
Agar engkau TIDAK LUPA
Karena itu adalah cerita tentang kita MEMBANGUN INDONESIA
Aku tak ingin engkau lupa itu.
sama seperti aku tak ingin engkau lupa akan sejarah negeri kita.”
“Aku perempuan yang memenuhi panggilan ibu pertiwi
Aku perempuan, aku tidak surut demi kecintaanku kepada negeri
Untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia
Aku dan tujuh puluh enam ribu jajaran Kemenkeu, adalah KAMI.
KAMI TIDAK PERNAH LELAH MENCINTAI DAN MEMBANGUN INDONESIA.
Bagaimana engkau?
#KemenkeuProfesional”
Puisi ini dibuat oleh SMI untuk menanggapi ucapan Prabowo yang sebelumnya menegaskan jangan lagi ada penyebutan Menteri Keuangan (Menkeu), melainkan diganti jadi menteri pencetak utang. Hal ini disampaikan oleh Prabowo dalam acara dukungan alumni perguruan tinggi di Padepokan Pencak Silat Taman Mini, Jakarta Timur, Sabtu 25 Januari 2019.
Berhari-hari awak media mengejar komentar SMI untuk mendapatkan respon atas perkataan Prabowo tersebut, namun selalu direspon dengan senyum khas SMI. Baru kemarin apa yang disampaikan oleh Prabowo dijawab langsung oleh SMI melalui puisi “Cerdas” seperti yang sudah saya cantumkan di atas.
Kenapa saya sebut cerdas? Karena dalam puisinya, Sri Mulyani berbicara tentang capaian pemerintah dalam berbagai hal. Mulai infrastruktur hingga pemberantasan kemiskinan, dari bantuan pangan hingga beasiswa, dari pengadaan listrik hingga subsidi pupuk serta lain-lainnya. Dan semuanya disertai data berupa angka-angka yang cukup jelas, hal yang tidak mampu dilakukan oposisi yang lebih banyak asal cuap, kalau pakai data pun data yang keliru.
Ketika dirinya berbicara soal jalan, tol, jembatan, embung, dia menggunakan kata puluhan ribu, ribuan, ratusan, kenapa? Karena informasi itu adalah informasi yang sudah umum dan sudah diketahui oleh banyak orang.
Namun ketika dia menjelaskan 10, 15 dan 20 juta rakyat miskin, atau soal jaminan kesehatan 96,8 juta, beasiswa untuk 472 ribu mahasiswa, 170.400 hektar sawah dan seterusnya, dia menggunakan angka-angka riil yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Melalui puisi ini, SMI tidak saja menampar Prabowo, namun juga mampu “menjual” Jokowi melalui apa yang sudah berhasil dicapai selama kepemimpinannya.
Dua paragrap terakhir puisinya terlihat jelas melalui kata “KAMI TIDAK PERNAH LELAH MENCINTAI DAN MEMBANGUN INDONESIA.” Menunjukan bila apa yang selama ini dilakukannya adalah untuk bangsa dan negara ini.
Tidak heran bila jubir BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade merasa gusar dan meminta Sri Mulyani tak perlu membanggakan kerja pemerintah lewat puisinya itu.
“Itu tugas pemerintah, nggak perlu Anda banggakan, kalau Anda nggak ikhlas, Anda mundur saja. Nah, permasalahannya yang dikritik Pak Prabowo, hal yang Anda lakukan membangun jalan, jembatan, lalu embung, dan hal lainnya itu bisa dilakukan tanpa berutang kalau pemerintahnya kreatif,” tutur Andre.
Namun Andre tidak menjelaskan kreatif seperti apa yang dimaksud. Apalagi Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) era SBY, Chatib Basri ikut menyebutkan sebelumnya bila utang merupakan hal yang wajar.
Yang terpenting ialah, kata Chatib, utang tersebut mampu dibayar dan dilunasi.
“Selama kamu masih bisa bayar, oke kan,” jelas Chatib.
Dan lebih penting lagi menurut saya, utang itu ada hasilnya, dipakai buat apa, bangun apa, selesain proyek apa, jelas. Kalau sekedar berhutang namun tidak jelas hasilnya, ya sama saja dengan pemerintahan yang lalu. Alhasil duit hutang habis terpakai, proyek mangkrak berceceran.
Kegusaran BPN pada akhirnya menunjukkan rasa gelisah mereka terhadap berbagai prestasi Jokowi, yang sudah diungkap oleh Sri Mulyani melalui puisinya tersebut. Upaya BPN Prabowo menutup-nutupi dan menihilkan pencapaian Jokowi dihadapan masyarakat, terusik oleh puisi cerdas SMI.