Indovoices.com – Dalam rangka memperingati Hari Nasional Museum Indonesia yang ditetapkan pada 12 oktober, Museum Perumusan Naskah Proklamasi mengadakan seminar nasional Nasionalisme Diaspora Indonesia di Acacia Hotel Resort, Jakarta, (18/10/2018). Acara ini turut mengundang para siswa, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati museum, komunitas dan instansi terkait dari seluruh Indonesia.
Maksud kegiatan seminar nasional ini adalah dalam rangka melaksanakan visi misi Museum Perumusan Naskah Proklamasi sebagai sarana edukasi dan penyebarluasan informasi bagi masyarakat khususnya generasi muda. Tujuan diadakannya kegiatan ini antara lain yaitu untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan masyarakat serta menanamkan arti dari sebuah perjuangan bangsa dalam mencapai proklamasi kemerdekaan. Melalui kegiatan ini, para peserta dapat mengetahui sejarah Diaspora Indonesia, perkembangan nasionalisme Diaspora Indonesia serta relevansinya dengan kondisi saat ini, serta posisi pemerintah terhadap pengelolaan Diaspora Indonesia.
Nasionalisme atau rasa kebanggaan dan cinta tanah air adalah semangat yang harus dimiliki oleh setiap warga negara yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun adakalanya sejumlah masyarakat harus pergi ke luar negeri meninggalkan tanah kelahiran mereka disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya adalah bekerja, melanjutkan studi, melaksanakan tugas negara ataupun karena alasan pernikahan dengan WNA. Mereka inilah yang kemudian tersebar dan menetap di lebih dari 90 negera di seluruh penjuru dunia yang disebut dengan diaspora Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Museum Perumusan Naskah Proklamasi sebagai lembaga yang memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan pelayanan edukasi serta kemitraan di bidang sejarah perumusan naskah proklamasi sebagaimana tercantum dalam Permendikbud No. 38 Tahun 2015.
Seminar ini juga diharapkan dapat menggali lebih dalam peran pemerintah dalam membina masyarakat Indonesia di luar negeri (MILN) yang dulu dianggap sebagai the lost population namun sebetulnya dalam konteks kekinian mereka adalah the extended nation agar tetap memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan menjadi aset bangsa yang berharga sebagai duta-duta bangsa atau people to people diplomacy yang akan senantiasa berupaya mempromosikan dan menyuarakan kepentingan Indonesia serta mengharumkan nama bangsa di dunia.
Agus Widyamotko sebagai keynote speaker yang mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan, diaspora yang paling melekat diantara kita ketika pergi kemana-mana namun tetap masih melekat pada tindakan budaya. Ingatan kolektif tentang budayanya membuat mereka membawa sesuatu hal yang mirip sama dari daerah asalnya.
“Hal ini menimbulkan cinta Tanah Air yang memiliki ikatan batin, yang menjadi ikatan sejarah bagi para Diaspora.” Tutur Agus Widyamotko dalam paparannya.
Pembicara pada sesi pertama adalah Dewi Savitri Wahab (Staf Ahli Kementerian Luar Negeri Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri), Subiantoro (Universitas Gajah Mada Yogyakarta), Hamdan Hamedan (Indonesian Diaspora Netrwork-United), dan dimoderatori oleh Bondan Kanumuyoso (Universitas Indonesia).
Pembicara pada sesi kedua adalah Nugroho Abikoesno (Keluarga Tokoh Abikoesno Tjokorosoejoso), Iwan Wibisono (Diaspora di Australia), Erin Cipta (Pegiat Literasi – Eks BMI) dan dimoderatori oleh Tasya Kamila (Praktisi Seni).
Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) Agus Nugroho mengatakan, salah satu alasan tema ini diangkat ialah, karena sebenarnya banyak sekali orang Indonesia yang ada di luar negeri, dan sebetulnya mereka-mereka adalah orang-orang dengan jiwa nasionalisme yang kuat.
“Sekarang juga ada banyak naturalisasi pemain bola, kita juga gak, tahu tinggalnya juga diluar negeri, tetapi ternyata kalau ada perayaan 17 Agustus mereka juga ikut merayakan 17 Agustus, nah, semangat-semangat itulah yang akan kita tularkan untuk generasi-generasi yang akan datang.” Tuturnya. (Bianca Christy/Erika Hutapea).