Indovoices.com – Dengan menggunakan pakaian serba hitam, tepat ba’da sholat isya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo datang di Kantor Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Kedatangan orang nomor satu di Kemendagri dan BNPP tersebut bukan untuk rapat atau sejenisnya, melainkan menyaksikan pagelaran wayang kulit.
Kebiasaan nonton wayang kulit ternyata sudah digandrungi Tjahjo sejak usia remaja. Lahir di tengah lingkungan jawa ternyata membuat budaya jawa mendarah daging pada diri Menteri yang satu ini. “Sejak remaja saya memang menyukai wayang, wayang tidak hanya tontonan, namun juga tuntunan”, tutur Tjahjo.
Tjahjo kemudian menjelaskan kenapa menggelar wayang di tengah kota besar seperti Jakarta, di saat generasi sekarang lebih menyukai gadget. “Pagelaran wayang kulit adalah hiburan yang sangat murah meriah, sengaja kita gelar agar semua kalangan dapat menikmati. Merupakan salah satu cara melestarikan budaya dan berkomunikasi kepada masyarakat”, ungkap Tjahjo.
“Selain melestarikan budaya, pada kesempatan kali ini akan dibawakan lakon Kikis Tunggurono yang berkisah perebutan wilayah negara, wilayah yang subur dan makmur itu telah dipertahankan haruslah segera dibangun. Inilah pesan nasionalismenya”, tambah Tjahjo.
Wayang yang dibawakan oleh Dalang Ki Bayu Aji Pamungkas tersebut, menurut Tjahjo memiliki makna yang luar biasa. Mengajarkan masyarakat dari berbagai generasi untuk lebih mencintai bangsa dan negara. Selain itu juga menghargai para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan setiap jengkal wilayah negara Indonesia, sehingga tugas generasi penerus tinggal melanjutkan pembangunannya.
Dalam kesempatan tersebut Tjahjo juga menyampaikan, “Pada era sekarang ini usaha mempertahankan wilayah negara tidak lagi menggunakan pendekatan keamanan, namun lebih kepada pembangunan wilayah negara”. Pernyataan tersebut sejalan dengan semangat Pemerintah Pusat melalui BNPP dan Kementerian Lembaga terkait untuk mempercepat pembangunan di wilayah perbatasan secara terpadu.
“Semoga pesan yang disampaikan dalam pagelaran wayang ini sampai ke masyarakat sekitar. Terkadang cara cara penyampaian pesan seperti ini lebih diterima oleh masyarakat”, tutup Tjahjo. [kemendagri]