Selamat bertemu kembali pembaca IV, hari ini kebetulan ada salah satu anggota grup yang bertanya di grup dengan berbagai pertanyaan yang membutuhkan jawaban dan penjelasan cukup panjang.
Jadi karena tidak memungkin menjelaskan secara panjang lebar di grup, akan saya coba jelaskan melalui artikel, semoga penjelasan saya cukup memadai.
Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hai penulis IV, selamat pagi. Kenalkan saya roy lampos. Saya masih mahasiswa dan kuliah di padang. Saya sering membaca komentar disini dan kadang dalam kehidupan sehari2 hasil diskusi dan pemikiran penulis IV mempengaruhi saya.
Malam nanti saya dan beberapa kawan jam 20.00 akan berdiskusi dengan kawan HMI, GMNI, PMII dan PMKRI membahas peristiwa bom surabaya. Saya sendiri adalah anggota GMKI cabang Padang. Saya ada beberapa pertanyaan yg saya harap dikomentari penulis2 disini.
1. Apa sebaiknya respon ketika ada beberapa kawan mengatakan ini hanya pengalihan isu?
2. Apa sebaiknya respon ketika ada yg mengatakan kejadian ini adalah momen untuk menuntut Jokowi dan Tito mundur?
3. Apa sebaiknya respon ketika ada kawan mengatakan untuk tidak perlu mengutuk?
4. Apa sebaiknya respon ketika ada kawan yg mengatakan ini adalah kesalahan BIN?
5. Apa respon ketika ada kawan yg mengatakan bahwa kejadian ini bukanlah masalah agama tetapi kemanusiaan?
6. Apa sebaiknya respon ketika ada yg mengatakan bahwa teroris tidak beragama?
7. Apa sebaiknya respon jika ada yg mengusulkan untuk audiensi kepada pemerintah (gubernur) mengenai keadaan sumbar?
Mohon berkenan memberi respon, agar saya belajar dan malam nanti memberikan komentar yg benar untuk tindak lanjut. Terimakasih
Jawab:
1. Pengalihan isu dari apa? Dari dolar yg tembus 14 ribu? Faktanya kondisi perekonomian Indonesia masih cukup stabil. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Menkeu yang saya kutip sebagai berikut:
“Sri Mulyani memastikan, pemerintah akan terus menjaga indikator-indikator tersebut hingga pelaku pasar melihat Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang baik dan stabil.”
https://m.detik.com/finance/bursa-dan-valas/d-4014547/ini-sebabnya-dolar-as-tembus-rp-14000
http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/05/08/reaksi-sri-mulyani-saat-kurs-rupiah-tembus-rp-14-ribudollar-as
Sedikit tambahan dari rekan saya, Christian S Gultom, mungkin bagi yang menganggap hal ini sebagai pengalihan isu, patut memperhatikan bagaimana keluarga yang menjadi korban tersebut, karena jelas bagi mereka ini bukan pengalihan isu, fakta ada nyawa manusia yang hilang tidak layak disebut sebagai pengalihan isu.
2. Juga tdk beralasan, saat kejadian bom bali 1, 2 dan sebagainya, kenapa tidak ada tuntutan agar Presiden dan Kapolri saat itu agar mundur?. Padahal jumlah korban jiwa ketika itu jauh lebih banyak. Kenapa baru ribut-ribut sekarang? Apakah dgn mundurnya mereka, bisa menjamin bahwa tidak akan ada kejadian serupa terulang lagi?.
Artinya permasalahan terorisme saat ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi sudah merupakan tanggung jawab kita bersama, baik pemerintah maupun warga masyarakat. Terorisme bukan hanya musuh pemerintah, melainkan musuh kita semua.
3. Kejahatan terorisme adalah kejahatan kemanusiaan dan perbuatan yang biadab, kenapa tidak boleh dikutuk?. Korban jiwanya tidak memandang suku dan agama, semua bisa jadi korban. Bagaimana seandainya yang menjadi korban itu adalah anggota keluarga kita sendiri? Apakah kita tetap akan menganggap kebiadaban tersebut tidak boleh dikutuk?.
4. Sebenarnya pergerakan terorisme sudah diketahui oleh pihak BIN dan Kepolisian, namun karena kelemahan UU Terorisme sebelumnya yang menegaskan kalau teroris baru bisa ditindak hanya setelah terjadi, membuat posisi kepolisian tersandera dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Untuk itulah perlu kita desak agar DPR segera mengesahkan UU Terorisme agar BIN maupun polisi dapat bergerak menumpas teroris berikut sel-sel tidurnya. Melempar kesalahan kepada pihak lain bukanlah solusi. (Terima kasih atas masukan dari Christian S Gultom, member WAG Indovoices)
5. Setuju, makanya saya katakan, terorisme itu adalah musuh kita bersama, tidak memandang suku, ras dan agama, karena semua dapat menjadi korbannya. Walaupun pelaku teror mengatasnamakan agama tertentu, dalam hal ini Islam, namun perbuatannya tidak mencerminkan agama yang dianutnya.
Coba kita perhatikan, di Suriah, di Yaman, di Iraq dan berbagai negara Timur Tengah lainnya, siapa yang menjadi terorisnya? ISIS yang mengaku sebagai Islam, siapa korbannya? Ya umat Islam juga yang dianggap berseberangan dengan mereka.
Agama Islam sesungguhnya adalah agama damai, tidak menganjurkan kekerasan dan menghargai nyawa manusia. Berbeda dengan teroris yang bahkan nyawanya sendiri pun tidak dihargai, anaknya sendiri pun sanggup dikorbankan hanya karena kekeliruan dan kedangkalan berpikir mereka dalam memaknai ajaran agamanya.
6. Setuju, lagi-lagi meskipun mereka meneriakkan takbir, namun tindakan mereka tidak mencerminkan agama yang mereka anut. Jadi kita jangan mau diadu domba antar sesama umat beragama.
Dalam kehidupan sosial, banyak kita temukan orang-orang yang jago menghapal kitab sucinya, sampai-sampai titik komanya pun mereka hapal letaknya. Namun apakah mereka juga memahami makna dan esensi yang terkandung didalamnya? Belum tentu. Tanpa pemahaman yang benar dan tepat, yang terjadi hanya kesesatan berpikir.
Sebagai contoh, apa yang ada dipikiran kita, saat kita membaca kata “Jihad?”.
Ternyata makna jihad tidak semata-mata harus membunuh dan menumpahkan darah dalam pengertian sempit. Seorang Bapak yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya bisa disebut jihad. Ada guru yang mengajar di pedalaman, menempuh jarak berkilo-kilo meter untuk membagikan ilmunya, itu pun bisa dikatakan jihad. Seorang Ibu yang berjuang membesarkan anak-anaknya pun termasuk jihad dan semua itu tidak semata-mata harus menumpahkan darah namun nilainya tidak kalah besarnya.
Tapi karena kata itu dipahami dengan pandangan yang dangkal dan sempit, akhirnya yang terjadi adalah sesat atau salah pemahaman. Pemikiran yang keliru membuat tindakan juga ikut keliru. Sama seperti yang disampaikan oleh rekan saya Yulia, salah satu member di grup Indovoices yang mengatakan Kitab Suci bukanlah seperti koran yang hanya bisa dibaca sekilas dan selesai. (Terima Kasih kepada Yulia atas masukannya).
7. Untuk poin ini saya kurang memahami maksudnya, untuk keperluan apa audensi dengan gubernur Sumbar (Sumatera Barat?) dilakukan, dalam konteks apa?
Terorisme saat ini telah menjadi musuh bersama kita semua, wajib diperangi oleh segenap masyarakat tanpa memandang suku, agama, ras, etnis maupun golongan. Mari kita bergandengan tangan, bahu membahu untuk menghalau terorisme dari negeri ini.
Banyak cara yang dapat kita lakukan, diberbagai akun medsos banyak kita temukan orang-orang yang dengan gampangnya menghujat, menghina, mengucapkan kata-kata kasar, bersikap intoleran, sikap-sikap intoleran inilah akar dari munculnya terorisme, mari kita laporkan. Hanya kerjasama antara pemerintah dan rakyatlah yang mampu memusnakan terorisme berikut sel-sel tidurnya dari negara ini. Itulah sumbangsih yang dapat kita lakukan sebagai warga negara.
Demikianlah jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh Mas Roy Lampos. Semoga bermanfaat.