Sumber: nasional kompas
Pilpres itu masih sekitar 2 tahun lagi tapi serangan terhadap pemerintah sudah mulai dilakukan dari sekarang.
Berita-berita hoax, seruan-seruan atau ajakan-ajakan untuk memberontak atau berjuang untuk menjatuhkan rezim sekarang sudah mulai menggema dimana-mana. Dan sebagai pancingan, mereka tidak segan-segannya meneriakkan fitnahan-fitnahan. Dan satu yang masih segar dalam ingatan adalah teriakannya Teuku Zulkifli Usman yang menulis tentang mengembalikan sumur-sumur minyak kita, tambang- tambang kita, emas dan timah kita, kembalikan pulau pulau kita di laut reklamasi.
Saya tidak akan mengatakan kalau si kifli ini buta atau tidak membaca berita. Tapi saya lebih prefer mengatakan bahwa si kifli ini adalah seorang muslim yang munafik dan pendosa. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena sudah sangat jelas bahwa sejak dibubarkannya Petral, sumur-sumur minyak kita, tambang-tambang kita, sudah kembali dimiliki rakyat. Dan yang mengembalikannya itu bukan para onta yang cuma bisa lantang menyebarkan berita macam-macam itu.
Yang sudah mengembalikan sumur-sumur minyak kita, tambang-tambang kita, adalah Jokowi!!
Mau bukti….?
Jokowi mencontohkan subsidi lima tahun untuk BBM mencapai Rp 1.140 trilun padahal untuk membangun jaringan kereta api di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua hanya butuh Rp 360 triliun.
“Subsidi sebesar itu itu kita bisa bangun jaringan kereta sampai papua, bangun 2.800 waduk padahal kita cuma butuh 49. Sekarang yang prioritas adalah pupuk, bibit dan traktor untuk petani. Kapal dan mesin pendingin untuk nelayan, dan modal kerja untuk usaha mikro di desa,” jelas Jokowi.
Aramco Bangun Kilang Minyak
Jokowi juga mampu menyakinkan Perusahaan Saudi Arabia ARAMCO untuk melakukan investasi dan membangun Kilang Minyak serta Storage BBM di Indonesia senilai 336 triliun rupiah yang selama ini pembangunan kilang minyak tidak pernah terwujud sejak era Soeharto.
RFCC dan TPPI
Beroperasi pada bulan Nopember 2015, unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di Cilacap Jateng dan Kilang TPPI (Trans Pacific Petrochemical Indotama) di Tuban Jatim, yang berakibat Import BBM Premium bisa berkurang sampai 30% sehingga negara bisa melakukan penghematan sebesar 150 miliar rupiah/hari, atau setara dgn 100 ribu barrel per harinya
Komite Explorasi Nasional (KEN)
KEN yang dibentuk pada masa pemerintahan Jokowi berhasil menemukan cadangan Minyak dan Gas di Indonesia Timur sebesar 5,2 miliar barrel. Penemuan ini tentunya menambah potensi cadangan minyak Indonesia yang saat ini diperkirakan tersisa sekitar 3,5 miliar barel. Selain itu juga berhasil menemukan potensi cadangan minyak sebesar ekuivalen 16 miliar barel.
Krayan Nunukan
Warga perbatasan di Krayan Nunukan, Kalimantan Utara akhirnya mampu membeli solar Pertamina dengan subsidi khusus seharga Rp. 5.150,- per liter. Dan itu hanya bisa terjadi sejak pemerintahan Jokowi, setelah 71 tahun Indonesia merdeka.
Sebelumnya, warga di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan sepenuhnya tergantung pada pasokan BBM dari Malaysia. Biasanya warga membeli solar dengan harga normal Rp 15.000 per liter.
Apa yang dipaparkan diatas hanya membahas bidang yang berkaitan dengan perminyakan. Saya belum membahas pencapaian Jokowi untuk hal-hal lain lagi seperti infrastruktur, pelabuhan, bandara dan banyak lagi lainnya.
Jadi saya tidak mengerti jalan pikiran si kifli beserta kaum kampret pengikutnya yang selalu menyalahkan pemerintahan Jokowi. Coba pikirkan, kurang serius apalagi pemerintah Jokowi untuk membangun bangsa ini.
Setelah saya telisik latar belakang si Kifli ini yang ternyata hanyalah kader PKS yang sedang mencari panggung supaya bisa terkenal, saya pun enggan menyebut nama lengkapnya lagi, toh dia juga bukan siapa-siapa. Saya lebih tertarik untuk membicarakan keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi.
Kita ambil contoh sederhana saja, sebelum pemerintahan Jokowi, penduduk di daerah perbatasan terabaikan sama sekali.
Presiden boleh silih berganti, namun jangankan untuk berkunjung, untuk memberikan perhatian saja bisa dibilang tidak ada. Puluhan tahun mereka hidup tanpa listrik, tanpa penerangan. Puluhan tahun harus membeli BBM dengan harga mahal dan hampir tak terjangkau, pos-pos diperbatasan lebih mirip gubuk derita daripada disebut pos.
Dimana peran rezim pemerintah saat itu?. Dimana si Kipli ketika itu?. Apakah duduk kekenyangan karena diberi makan oleh rezim sebelumnya sehingga tidak mampu bersuara?. Atau terlalu lama tidur di masjid sehingga menjadi dongok?.
Di masa pemerintahan Jokowi, pembangunan besar-besaran dilakukan, semua uang rakyat terlihat hasilnya. Daerah-daerah terpencil diperhatikan, pos-pos perbatasan diperbaiki, sekolah-sekolah diperbatasan dibangun, kurang apalagi coba?.
Ada Presiden sebaik ini bukankah sudah selayaknya kita dukung, kita support dan kita berikan semangat agar beliau bisa berbuat lebih banyak lagi untuk bangsa ini, bukankah begitu kawan?