Indovoices.com – Presiden Joko Widodo menyampaikan keprihatinannya menyaksikan munculnya konten-konten negatif, berita provokatif, adu domba, kabar bohong yang akhir-akhir ini banyak sekali terlihat, yang jelas-jelas tidak mengindahkan etika dalam menyampaikan informasi.
“Bahkan dengan kepentingan tertentu, memang sengaja disebar untuk membangkitkan rasa takut, membangkitkan pesimisme, menebar ketakutan, menebar kecemasan, menebar kekhawatiran, dan juga perasaan-perasaan terancam,” kata Presiden saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan Konvensi Nasional Humas 4.0, di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/12/2018) pagi.
Presiden menegaskan, menghadapi hal itu, memang tidak cukup dengan regulasi dan penegakan hukum. Yang diperlukan adalah literasi digital sehingga warga masyarakat tidak hanya mampu menggunakan teknologi untuk informasi digital, tapi juga mampu memilih dan memilah informasi, mampu melakukan cross-check, dan mampu melakukan klarifikasi jika menerima sebuah informasi.
Menurut Presiden, kemajuan teknologi informasi digital yang sangat cepat harus diimbangi dengan standar moral dan etika yang tinggi dari penggunanya. Karena itu, Presiden mengapresiasi konsistensi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) yang selama ini terus mengusung #IndonesiaBicaraBaik.
“Ini sangat bagus. Saya lihat hashtag ini muncul di setiap acara Perhumas di website-nya, di surat-suratnya, di backdrop-backdrop acaranya, di poster-poster Perhumas. Ini bagus bahwa Indonesia harus bicara baik,” ujar Presiden.
Kepala Negara bahkan mengaku sangat setuju dengan gerakan Indonesia Bicara Baik, yang dinilai sebagai sebuah ajakan gerakan sosial, ajakan untuk hijrah.
“Ajakan untuk hijrah dari pesimisme menuju optimisme, membangkitkan optimisme Indonesia. Ajakan untuk hijrah dari semangat negatif ke positif, dari hoax ke fakta, dari kemarahan-kemarahan, kesabaran-kesabaran, dari hal-hal yang buruk-buruk menjadi hal yang baik-baik. Hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan,” tutur Kepala Negara.
Tentu, tegas Presiden, bicara baik bukan berarti menutup fakta bahwa masih ada yang kurang. Menurut Presiden, kita harus jujur bahwa masih ada yang perlu diperbaiki, dibenahi, direformasi. Masih ada kerja-kerja yang terus harus dipercepat dan tidak bisa tidak.
“Kalau mau Indonesia baik, kalau mau Indonesia maju kita membutuhkan kritik-kritik yang berbasis data tapi bukan pembodohan atau kebohongan. Kritik yang mencerdaskan tapi bukan narasi yang menebar pesimisme, narasi yang menakut-nakuti,” tegas Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menkominfo Rudiantara, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Agung Laksamana.