Well, selamat beraktifitas kembali semua indovoicer yang sudah kembali dari mudik yang lancar jaya, eh maksudnya masih macet lestari. Jelas itu salahnya Jokowi……… karena Jokowi memang sedang in charge bukan?, gak mungkin lah salah SBY…..:)) Ya sudahlah, yang penting sekarang sudah pada ngumpul maning bukan? Next year will be better ola ola lah ………. Kalo ada yang mengaku supirnya terjebak dalam macet neraka salah dewe lah, wong di bunderan semanggi aja nyasar mulu…………:))
Menariknya bagi yang tetap tinggal di Jakarta atau mereka yang mengambil liburan di Jakarta selama lebaran kemarin, merasakan surga lancar jaya, yang hanya bisa dinikmati selama lebih kurang 1 minggu setiap tahun di ibukota negeri ini. Jelas itu prestasi luar biasa yang bisa dibuat dan mungkin akan di claim oleh Gubernur dan wagub yang memang jempolan itu sebagai prestasi mereka mengatasi kemacetan………:)) Terima kasih om Sandy…………..
Demi melanjutkan kesuksesannya om Sabdi yang baik hati, dengan mendermakan semua gaji ( uang operasional enggak ya?) untuk warga jakarta itu, pergi ke USA selama sepekean untuk pelajari kemacetan dan ketahanan Kota.
https://www.merdeka.com/jakarta/ke-amerika-selama-sepekan-sandiaga-belajar-soal-kemacetan-dan-ketahanan-kota.html
Wow keren, dia ingin Ke MIT ( Massachusetts Institute of Technology) belajar mengatasi kemacetan, berharap mampu mengurangi sampai 30% kemacetan. Sekali lagi terima kasih om Sandi yang pinpinbo. Anda ingin berlibur atau ingin belajar mengatasi kemacetan di MIT sebenarnya? Ini sama halnya Indonesia ingin belajar sepakbola bukan ke Brazil, tapi perginya ke Brunei !! Inilah pemimpin yang pinpinbo itu, pinter menghabiskan anggaran bodoh dalam menentukan kebijakan paling pas untuk kota Jakarta. Study terbaik bukan pergi ke Cambridge situ om, yang terbaik sampean mengundang semua pakar infrastruktur transportasi di Republik ini duduk di ruang rapat kantormu dan berdiskusi secara terbuka, expose ke utube kalo perlu (akan banyak feet back dari viewer) , maka sampean akan dapatkan cara mengatasi kemacetan khas kota Jakarta. Ke Boston sampean hanya akan menemukan teori2 yang muluk2 dan tak mungkin sampean aplikasi di Jakarta tercinta ini, paham ora son?………. kalau mau belajar kekacauan itu jangan datang ke tempat yang sudah tertib bung, datanglah ketempat yang lebih kacau.
Hanya untuk mempelajari cara mengatasi kemacetan, om Sandi harus bersusah payah, ke MIT, padahal tak mungkin di aplikasikan di kota gila seperti Jakarta yang deret pertumbuhan jalan dan deret pertumbuhan kendaraannya sangat tidak sebanding. Teknik lampu lalu lintas secanggih apapun tak akan dapat di aplikasi dengan kondisi infrastruktur jalan Jakarta yang tak normal sekarang ini. Ruas jalan ditutup untuk PKL, Troatorar dipake sebagai tempat jualan, jalan jalan protokol diisi semua roda transportasi mulai dari sepeda, motor, mobil pribadi, sampai angkutan umum, dsbnya. Sebaiknya om Sandi cukup menugaskan Deputi Gubernur atau sekelas kepala Dinas saja, bahkan Ahok lebih smart dengan mengirim anak anak muda sekalian untuk belajar dan magang, bukan sekedar mengunjungi kegiatan kegiatan seperti ini, yang terkesan hanya sebagai liburan dan menghabiskan waktu pejabat untuk sebuah ceremony yang tak berdampak apapun buat warga Jakarta yang membayar semua ongkos kegiatannya. Kenapa tidak mengirim anak anak muda dari SKPD Perhubungan DKI mengambil study S2 & S3 di MIT saja sekalian?, atau paling tidak sekelas short course beberapa bulan misalnya??
Bicara Ketahanan Kota dari berbagai kemungkinan ancaman, barangkali om Sandi tak perlu mimpi terlalu muluk, contoh sederhana, kasat mata, apa yang sudah di atur dengan sangat baik dan bagus saja dirusak dengan begitu mudah tanpa mempertimbangkan aspek Ketahanan Kota. Apa yang terjadi dengan kawasan Monas? Kawasan yang sudah diatur oleh Keppres sejak era Presiden Soeharto disertai berbagai Pergub diacak acak oleh Gubernur ABSU. Kawasan yang ditetapkan jadi zone netral itu , dirubah tanpa pernah mempertimbangkan aspek Ketahanan Kota (Negara)! Dengan Pergub yang tak berwawasan Ketahanan Kota/Negara itu mereka atas nama keberpihakan kepada rakyat (entah rakyat yang mana) mengijinkan kegiatan di monas mengumpulkan massa , yang dapat dengan mudah dibelokkan untuk menghancurkan Negara (bukan hanya sekedar kota dalam kasus Monas ini). Jadi bagaimana kita bisa mempercayai orang seperti ini untuk belajar Ketahanan kota secara menyeluruh, kalo track record nya mengatakan mereka ini adalah (maaf) “begundal begundal” untuk kehancuran sebuah Kota!!
Contoh lain untuk sebuah Ketahanan Kota apakah pernah terpikir oleh uncle Sandi di area kawasan Kemayoran terutama bekas runway bandara tempo doeloe itu disiapkan sebagai landasan alternatif dalam keadaan emergency? Rasa nya tidak, kedua tokoh thompson & thomson ini tak pernah lulus pendidikan Lemhanas, mereka tak paham apalagi punya inisiatif misalnya dengan mengubah fly over Kemayoran menjadi Under pass Kemayoran, sehingga jalan diatasnya dapat difungsikan sebagai landasan mendarat pesawat dalam kondisi darurat!! Contoh sederhana lain, bagaimana kawasan pelabuhan Tj Priok itu menjadi kawasan campur aduk dengan pemukiman, baik yang permanen maupun kumuh!!. Belum lagi kebijkan OK OC yang mengijinkan zone perumahan menjadi tempat usaha, sebuah kebijakan yang kacau balau tanpa memperhatikan Ketahanan Kota…. ah, banyak kali ngaco nya ini bah…!
Banyak isu Ketahanan Kota lainnya , mulai dari isu lingkungan hidup, sanitasi, perubahan iklim, efek rumah kaca, lapangan kerja, dsbnya, tapi dengan mempercayakan kepada kepada “begundal begundal” badut ini rasanya kita menjadi sangat tidak bertanggung jawab pada kemaslahatan dan kesejahtraan kota Jakarta, lantas mau bagaimana lagi? kita tidak boleh merusak demokrasi, tetap harus menghargai pilihan politik warga jakarta58!! sabar bung…sabar!!
Om sandi seharusnya tidak perlu bersusah payah untuk urusan seperti ini, kalo sedikit mau rendah hati, ABSU cukup datang ke Mako. Ya, yang saya maksud Mako Brimob, bukan Mako si geisha cantik dari Tokyo itu….:). Semua sekarang paham bagaimana tahanan Mako Brimob itu telah mengubah Jakarta ke arah yang lebih baik. Bukti bukti nyata, satu demi satu sudah dan akan terus bermunculan. Lihatlah semua karya besar mulai dari waduk Pluit untuk mengatasi banjir dan ruang terbuka, MRT LRT ERP untuk transportasi massal, Jembatan Semanggi dan berbagai underpas, Jalan layang, semua dikebut untuk mengurangi titik kemacetan. Taman Kali jodoh, sebentar lagi Taman Lapangan Banteng, adalah saksi hidup atas sentuhan sang phenomenal, masih ada begitu banyak karya fenomenal lain yang kalau ditulis akan sangat panjang. Belum lagi dalam hal yang non fisik, tidak terlihat wujudnya, namun terasa dalam kegiatan bermasyarakat tiap hari, yakani sikap mental para PNS, di era Ahok ada perubahan signifikan mental PNS dari dilayani menjadi mental Melayani, yang kini sayangnya sudah kembali meredup itu!!
Om Sandi tidak perlu sungkan untuk datang berguru dengan cuma cuma kepada “sang phenomena” gubernur terbaik versi mbah Gugel. {Silahkan gugel dengan kata “gubernur terbaik Jakarta”…………………. , sebaliknya coba gugel dengan kata gubernur terbodoh Jakarta…………………… hmmmm…}
http://news.metrotvnews.com/metro/nN97a15k-ingin-berguru-ke-jakarta-menlu-singapura-surati-ahok
http://poskotanews.com/2016/03/23/pemerintah-singapura-belajar-dari-pemprov-dki/
Simak ke dua artikel lawas th 2016 diatas, Singgapore yang sudah maju saja ingin belajar ke pemprov DKI. Ada apresiasi besar dari negara Singapore. Seperti diketahui Spore tidak akan pernah belajar untuk sesuatu yang coba coba, karena mereka tidak memiliki ruang dan waktu untuk sebuah kesalahan, mereka menyadari diri mereka adalah sebuah titik merah di peta dunia, itu sebabnya mereka selalu memilih teknologi atau kebijakan yang tidak boleh salah untuk kepentingan publiknya. Mereka selalu menempuh policy lebih baik membeli sesuatu yang sudah jadi walau lebih mahal. Spore sampai memilih Jakarta itu adalah sebuah kehormatan besar, sebuah pengakuan internasional sesungguhnya.
Sebaliknya om Sandi malah ingin belajar lampu lintas ke Massachussets yang jelas tak pernah punya pengalaman apapun dengan kemacetan “neraka” ala Jakarta itu. sebuah kesia siaan!! Jadi kalo pada akhirnya hasil kunjungan kerja yang lebih mirip liburan lebaran buat keluarga om Sandi, adalah nol, warga jakarta jangan marah, karena sudah seperti yang diperkirakan. Oh ya om Sandi, sebenarnya ada cara mudah untuk mengatasi semua persoalan Jakarta, yakni “bakar dulu separoh Jakarta”…………………………( ahok BTP)……….
Ah sudahlah, kemarin ada kembang ke balai kota dengan kata kata ucapan “selamat kepada Gabener/ wagabener”, daripada kita membahas itu , lebih baik kita siap siap pergi ke kotak suara. Agar jangan terulang tragedi Jakarta di kota dan provinsi lain. Kepada semua warga Indonesia yang waras di seluruh negeri pilihlah walikota, bupati dan gubernur dengan rekam jejak prestasi, rencana program yang masuk akal, abaikan isu isu primordial, karena itu tidak akan pernah membawa kita benar benar ke sorga, sebaliknya kita hanya akan kebagian ‘neraka” dengan kebijakan bodoh mereka untuk kota dan provinsi kita. Kalo Djarot bagus di Sumut coblos lah kumis Djarot, kalo anda marah dengan isu korupsi Ganjar coblos saja matanya supaya jangan bermata ijo lagi, gitu saja sudah………
salam betterthangood indonesia