Kejadian siswi yang mengirim surat kepada Ahok yang sekarang menjadi viral sebenarnya patut kita sesalkan. Dimana ada niat baik, untuk kebaikan tetapi malah dipolitisir yang akhirnya malah menyudutkan Ahok yang memiliki niat mulia, dan adik kita Fadila yang juga demi kebaikan masa depannya.
Apakah kebaikan itu akan terlihat buruk jika Ahok yang melakukan? Apakah kebaikan harus disamarkan dan di gelapkan jika ada Ahok terlibat didalamnya? Sebagai Ahoker sejati, tentu saya sangat menyesalkan kejadian ini.
Saya terlalu yakin adik kita Fadila ini hanya “iseng-iseng berhadiah” menulis surat untuk Ahok. Sebagai seorang siswa zaman now yang kekinian, mungkin dia akrab dengan media sosialnya hingga ikut larut dalam pemberitaannya media tentang Ahok, kemudian mendorongnya menulis surat untuk Ahok.
Mungkin tak pernah terbayangkan bahwa suratnya akan dibalas oleh Ahok. Selain banyaknya surat untuk Ahok yang menumpuk di Mako Brimob, dia juga bukanlah warga DKI Jakarta. Itulah mengapa saya sebut surat itu “iseng-iseng berhadiah”.
Adik kita Fadila ini mungkin lupa bahwa mendengar kabar orang tidak mampu menebus ijazah seperti inilah kelemahan Ahok. Mendengar warga miskin yang termarjinalkan seperti inilah yang akan membuat hati Ahok berkecamuk tidak tenang. Tanyakan pada pak Djarot kalau tidak percaya…
Maklum saja, sejak kecil Ahok memang terbiasa dididik untuk membantu warga yang kekurangan. Inilah sikap hati warisan ayahnya, Alm Indra Tjahaja Purnama.
Sehingga ketika ada postingan di sosial media yang menyebut surat Ahok tersebut Hoax, saya orang pertama yang tidak percaya. Tidak mungkinlah Ahok yang ada didalam penjara main pencitraan murahan memanfaatkan orang tidak mampu seperti adik kita Fadila ini.
Ada dua hal yang saya sesalkan dengan kejadian ini. Pertama, komunikasi yang buruk antara orang tua siswa dengan sekolah. Yang kedua, pernyataan bapak Saiful Rachman, Kadisdik Jatim yang terburu-buru menyebutkan surat Ahok tidak benar. Dan alih-alih mengecek kebenaran surat itu, malah meminta Ahok klarifikasi. Apa dia tidak tahu bahwa Ahok sedang dipenjara?
Dan benar saja, pihak sekolah akhirnya mengakui bahwa adik Fadila adalah siswanya. Itupun setelah kabar surat Ahok ini adalah hoax menyeruak liar ke permukaan. Ini buktinya..
Belakangan kepala sekolah malah mengatakan bahwa ijazah bisa diambil tanpa membayar tunggakan sebesar 2 Juta rupiah. Aneh saja jika itu bukan karena viralnya surat Ahok. Untuk mengambil ijazah okelah tidak dipungut biaya, tetapi bagaimana dengan tunggakan uang sekolah? Apakah jika dinyatakan lulus lalu dianggap lunas? Wah…lha kalau tunggakan uang sekolah dianggap lunas setelah lulus, ya ayo rame-rame nunggak uang sekolah lah kalau begitu. Itu logika ngawurnya…
Andai saja komunikasi antara orang tua siswa dan sekolah terjalin baik, tentu kejadian ini tidak akan muncul. Jika saja pihak sekolah proaktif menghubungi orang tua siswa yang tidak mengambil ijazah padahal sudah dinyatakan lulus, tentu saja adik kita Fadila tidak perlu stress akibat pemberitaannya dirinya yang viral.
Saya pun jika ada tunggakan sampai dengan 2 juta rupiah tidak akan pernah berani datang ke sekolah apalagi untuk menanyakan ijazah. Kapan perlu saya menghindar jika dihubungi oleh pihak sekolah karena takut diminta membayar tunggakan. Pun juga dengan adik kita Fadila ini.
Hal ini saya alami sendiri ketika kuliah beberapa tahun silam. Hingga tahun ke 4 setelah lulus, ijazah tidak saya ambil karena ada tunggakan sebesar 6 juta rupiah. Sampai akhirnya pihak administrasi kampus menghubungi saya dan menawarkan solusi ada keringanan biaya bila saya berniat mengambil ijazah. Akhirnya ijazah berhasil saya genggam setelah membayar 4 juta rupiah saja.
Lha inilah yang seharusnya dilakukan pihak sekolah, jemput bola alias proaktif menghubungi siswanya. Proaktif memberi penjelasan kepada masyarakat bahwa ketika lulus, tunggakan uang sekolah dianggap lunas…(kalau itu benar).
Dan setelah kita mendengar penjelasan dari staf Ahok, pak Natanael kemarin, terkonfirmasi bahwa memang ijazah diberikan setelah pak Natanael menghubungi pihak sekolah dan meminta nomer rekening sekolah. Hmm…
Sekali lagi dan bahkan berkali-kali membuktikan Gusti mboten sare. Ahok tidak salah menulis surat itu. Ahok juga tidak sedang berpolitik. Tidak ada niat busuk dibalik surat itu melainkan murni niat baik pak Ahok.
Sekarang, biarkan pak Ahok kembali menggeluti hobinya membantu orang tidak mampu. Biarkan dia terus menebar benih kebaikan dan jangan lagi disudutkan…
Selamat menebar kebaikan, stop hoax, mari mencerdaskan kehidupan bangsa!!