Akhirnya polisi berhasil membongkar siapa pelaku penyebaran isu hoaks penyerangan ulama yang sudah sangat meresahkan masyarakat. Hari ini polisi akan merilis secara lengkap hasil penyelidikan. Tolong jangan ada yang kejang-kejang…!
Dan yang sangat mengejutkan ternyata kasus penyerangan terhadap ulama ini sesungguhnya hanya berupa cerita fiktif yang dibesar-besarkan oleh sebuah jaringan penebar hoaks agar seolah-olah benar-benar terjadi secara terstruktur, sistematis dan masif.
Motifnya jelas, ingin menciptakan keresahan di tengah-tengah masyarakat dan ingin mencitrakan bahwa pemerintah saat ini anti ulama dan anti Islam. Luar biasa keji, bukan!
Dan inilah pola-pola yang digunakan para pelaku menyebar kabar penyerangan ulama.
Pelaku orang gila
Menurut penjelasan jenderal Tito, dari 45 kasus yang menyebar di media sosial ternyata hanya 3 yang benar-benar ada kejadiannya, selebihnya bisa dipastikan tidak ada peristiwa penyerangan ulama. Dan yang tiga peristiwa inipun dilakukan secara spontan dan bukan terencana seperti yang diberitakan di media sosial. Usut punya usut, pelakunya adalah orang dengan gangguan kejiwaan alias gila.
“Peristiwa ini peristiwa sepintas. Tapi di media sosial dibumbui,” kata kapolri, jenderal Tito- detik.com
Puluhan berita lainnya hanyalah hoaks yang sekarang sudah dibekuk Polri.
Rekayasa
Penyerangan ulama tidak ada tetapi hanya rekayasa.
Beberapa waktu yang lalu ada peristiwa di Garut dimana seorang marbut atau penjaga masjid mengikat dirinya sendiri agar seolah-olah telah terjadi penganiayaan. Setelah diselidiki, ternyata semua sudah di skenariokan. Pelaku akhirnya mengaku di media bahwa ulahnya hanya semata-mata ingin diperhatikannya karena butuh uang.
Akibat ulahnya, penjaga masjid tersebut terancam 7 tahun penjara.
Tetapi saya salut karena kemudian pelaku secara jantan mengakui bahwa itu hanyalah otak kotornya merekayasa kasus. Banyak orang yang otaknya kotor tetapi tidak menyadari dan tidak pula mengakui, lha inilah yang justru berbahaya.
Sedih juga mendengarnya. Ironis! Di Garut marbut kehidupannya nelangsa padahal pemimpin daerahnya muslim. Di Jakarta yang pemimpinnya kafir, seorang marbut justru dimanjakan dan diperhatikannya kehidupannya. Bahkan mereka diberi kesempatan menjalankannya ibadah umroh dengan biaya ditanggung Pemprov DKI Jakarta. Ahok beranggapan bahwa marbut adalah pekerjaan mulia karena tugasnya membersihkan tempat ibadah sehingga kesejahteraannya harus diperhatikan. Itulah Ahok yang sesungguhnya…
Bukan Ulama
Ada lagi cerita orang biasa yang diserang tetapi beritanya ulama yang diserang. Saya pikir pelakunya ini memang pengkonsumsi micin curah akut, otaknya sudah lumer makanya kerjanya memberitakan kabar bohong.
Bayangkan kalau ada seorang anak yang dipukul tetangga karena kedapatan mencuri mangga lalu diberitakan oleh gerombolan micin di sosial media diberi kepsen “penyerangan ulama”. Jahat! Tetapi inilah yang terjadi.
“Yang lain, ada peristiwa penyerangan, penganiayaan, tapi korban bukan ulama. Tapi dikatakan oleh media sosial korbannya itu ulama. Padahal bukan,” kata Tito- detik.com
Tidak ada peristiwanya
“Penyerangan itu tidak pernah ada tapi hanya dibuat-buat,” kata Tito.
Peristiwa benar-benar tidak pernah terjadi alias fiktif. Namun, ada pihak yang menciptakan isu itu seolah ada kejadian penyerangan ulama yang terencana untuk mengkambing hitamkan kelompok tertentu.
Ini sudah meresahkan dan merupakan bentuk teror kepada masyarakat demi ambisi sebuah kekuasaan. Saya dukung pak Tito dan kawan-kawan mengungkap siapa dalang dibalik ini semua. Bongkar, tangkap!
Selamat bongkar-tangkap, pak polisi!