Adalah Koko Ardiansyah, Siswa sebuah Sekolah di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, Nasib naas menimpanya, impiannya menjadi anggota Pasukan Bendera (PASKIBRA) kandas di tengah jalan karena dikeluarkan secara sepihak oleh Panitia dan digantikan oleh orang lain. Hal ini diketahui public setelah viral di Facebook hasil unggahan Akun MALIBAS CHANNEL pada 13 Agustus 2019. Padahal, ia juga sudah mengikuti karantina hingga pengukuran baju, sepatu, dan peci. “Nama saya di nomor 29. Udah ikut pengukuran baju, pengukuran sepatu, terus terakhir karantina. Nama saya nggak ada keluar,” kata Koko. Koko digantikan oleh Doni yang merupakan Anak dari PLT Bupati Labuhanbatu H Andi Suhaimi Dalimunthe.
Anak Pejabat dengan angkuhnya menggantikan Anak Yatim yang dari bawah garis ekonomi itu bukan kisah baru. Itu sudah menjadi pemandangan sehari hari, bahkan terkadang kisah ini sering digambarkan dalam Sinetron di TV, jadi tidak ada yang aneh. Yang menjadi miris adalah birokrasi dan masyarakat yang mengamini bahkan terkesan tidak perduli mengenai situasi ini, entah karena sang anak pejabat memiliki kekuatan sehingga warga segan atau karena faktor dana yang menjadi faktor “Tutup Mulut”. Untunglah, Tidak semuanya begitu karena Anak Presiden bahkan mau merendah selevel dengan rakyat tanpa mengunggulkan statusnya, ini yang membanggakan walaupun kita masih miris dengan kejadian belakangan ini yang menimpa Koko dari salah satu Pejabat, yang masih PLT pula.
Tidak bisa kita salahkan apabila ada pejabat dan keluarga nya bersikap arogan dan sombong, pertama faktor kaget karena punya jabatan dan faktor kedua adalah mereka Gila Hormat dan sanjungan. Sebenarnya apa yang di alami oleh Koko itu sudah Umum terjadi di kalangan masyarakat, hanya bedanya Kasus Koko Viral karena Judulnya Anak Yatim Gagal jadi Paskibra di ganti oleh Anak Pejabat. Yang mesti jadi pertanyaan adalah kemana Menpora? Dia seharusnya menjadi jembatan ketidakadilan dalam masyarakat mewakili Negara.
Atas hal itu, Ketua Umum Badko HMI Sumut M Alwi Hasbi Silalahi menyampaikan komentarnya.
“Pak Bupati, malu dong. Sebagai pemimpin anda harus menjadi contoh yang baik bagi masyarakat, apalagi ini berkaitan dengan generasi bangsa,” sedih Hasbi melihat seorang anak yatim yang tak lolos itu.
Hasbi mendorong DPRD Labuhanbatu bisa turun tangan terkait hal ini. Paling tidak, segera memanggil Plt Bupati Labuhanbatu Andi Suhaimi Dalimunthe.
“Kita dorong wakil rakyat segera menggunakan hak-haknya terkait persoalan publik ini. Bila memungkinkan dan ditemukan unsur pelanggaran hukum, segera interpelasi Bupati Labuhanbatu,” tegas Hasbi kepada wartawan di Medan.
Hasbi juga mendorong peran Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) segera menindaklanjuti persoalan Paskibra Labuhanbatu tersebut.
“Paskibra ini berkaitan dengan Kemenpora. Kita dorong Menpora Imam Nahrawi memperhatikan kasus ini,” tegas Hasbi.
Dalam sebuah video beredar, Plt Bupati Labuhanbatu Andi Suhaimi mengatakan anaknya mengikuti proses seleksi Paskibra Labuhanbatu.
“Namun tidak semua proses diikutinya. Saya bukan mengatakan anak saya ini bandel, tapi saya meyakini anak saya ini termasuk anak yang berprestasi,” kata Andi Suhaimi.
Namun faktanya, dalam daftar nama-nama siswa/siswi yang ikut seleksi Paskibra Labuhanbatu, tidak ditemukan nama anak sang Bupati
Hoaxkah kisah duka Anak Yatim yang ingin jadi Paskibraka ini? Atau telah terjadi penghapusan Nama Anak PLT Bupati karena sudah kadung malu? Menpora harus aktif mencari tahu dan memberitakan masalah ini untuk menjawab keresahan warga yang meminta keadilan atas kesewenang wenangan ini. Menpora Jangan memble