Hutang pemerintah dikatakan sudah dalam taraf mencemaskan, bahkan sampai dikatakan bayi yang baru lahir sudah mewarisi hutang. Lalu, benarkah hal tersebut? Atau justru bayi kita mewarisi piutang? Mari kita bedah lebih dalam.
Rincian hutang Indonesia
Untuk memahami hutang Indonesia, kita harus telaah dulu komposisinya, berbanding dengan GDP Indonesia. Detil data yang saya ambil, bisa dilhat langsung dari laporan keuangan Bank Indonesia di sini:
https://www.bi.go.id/en/iru/economic-data/external-debt/Default.aspx
Pada waktu artikel ini dibuat, data yang saya pakai adalah data terakhir hari ini, yaitu data bulan Februari 2019. Saya persilahkan anda untuk mengunduh laporan hutang terakhir yang tersedia dan menghitung proporsinya. Jadi disini data saya pakai adalah data mentah dari laporan keuangan Bank Indonesia, yang belum disentuh pihak manapun baik politik maupun media, karena berupa laporan finansial.
Dalam laporan BI tersebut, disebutkan bahwa komposisi total hutang Indonesia adalah 376.839 juta dollar, atau apabila di kurs kan dengan 14.000 adalah 5.276 triliun rupiah.
Komposisi hutang tersebut adalah sebagai berikut: (dalam juta USD)
Mari kita bedah satu persatu, hutang-hutang tersebut.. Untuk konsistensi angka, saya akan menetapkan satuan dalam juta USD. Hutang Indonesia dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu hutang swasta dan hutang pemerintah. Hutang Swasta adalah hutang yang dilakukan oleh pelaku-pelaku bisnis indonesia. Hal ini meliputi perusahaan-perusahaan seperti Astra, Sinar Mas, Lippo, dan perusahaan-perusahaan swasta yang lain termasuk BUMN, baik perusahaan asing maupun perusahaan domestik. Sebetulnya hutang ini tidak perlu diurus oleh pemerintah selama tidak terjadi apa apa. Jadi bisa kita abaikan, kecuali perusahaan tersebut tiba tiba wanprestasi. Perincian hutang swasta adalah sebagai berikut
Sedangkan hutang pemerintah yang berjumlah 186.219 terbagi menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah hutang yang dilakukan oleh Bank Sentral, sejumlah 3.023, dan hutang yang dilakukan oleh pemerintah sendiri, yaitu 183.196 USD.
Hutang Bank Sentral
Hutang bank sentral ini didapat dari alokasi SDR yang diberikan IMF. Disebutkan hutang saat ini adalah 3.023 juta USD. Indonesia sendiri praktis tidak ada hutang kepada IMF sejak 2006. Jejak surat hutang Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
- 2010 – 6.109 juta USD
- 2011 – 860 juta USD
- 2012 – 42 juta USD
- 2013 – 307 juta USD
- 2014 – 150 juta USD
- 2015 – 0
- 2016 – 106 juta USD
- 2017 – 0
- 2018 – 7 juta USD
Sayangnya dokumen tersebut tidak merinci Surat Hutang ini, selain menyebutkan bahwa surat ini dalam bentuk rupiah. Surat hutang ini hanya disebutkan sebagai “Surat Berharga Lainnya” dalam bentuk IDR. Karena itu, asumsi saya adalah hutang dalam negeri. Selain surat hutang tersebut, Bank sentral juga memperoleh alokasi SDR dari IMF yang berjumlah tetap, yaitu 2.754 juta USD. Kemudian ada pula penempatan deposito warga negara asing di Indonesia, sejumlah total 4 juta USD. Ditambah dengan kewajiban lain-lain sejumlah 258 juta USD yang juga tidak dirinci di dokumen BI tersebut. Total hutang Bank Sentral adalah 3.023 juta. Turun dari angka 5.930 juta di tahun 2014.
Hutang pemerintah
Nah.. ini adalah hutang yang sering diributkan, terutama pada tahun politik. Katanya bayi kita akan menanggung hutang sejak lahir. Benarkah demikian? Pada pemerintahan modern, pemerintah tak ubahnya sebuah organisasi terpisah dari sebuah negara. Sebuah hal yang mendasar dari negara demokrasi, adalah pemerintah hanyalah sebuah lembaga dari sebuah negara, yang dipimpin oleh presiden. Dan sebagai lembaga, lembaga ini juga bisa berhutang pada organisasi lain, seperti bank, atau bahkan pada rakyat Indonesia. Beirkut ini adalah rincian hutang pemerintah
Kenyataannya, hutang terbesar Indonesia, adalah pada penduduk, dalam bentuk rupiah maupun USD. Total hutang ini mencapai 128.018 juta USD dari total 183.196 juta USD. 61.684 juta USD dalam mata uang rupiah, dan 66.334 dalam bentuk USD. Hutang ini berbentuk Surat Hutang, dan diperjual belikan di Bareksa. Bagi yang ingin memberikan hutang pada negara, saya persilahkan untuk memonitor bareksa untuk pembelian SBN karena sewaktu waktu negara akan menjual surat ini kepada individu yang ingin menginvestasikan uangnya. Atau kalau yang punya klikbca, maka bisa membelinya di dalam menu Investasi seperti contoh ini:
Jadi, apakah benar bayi kita menanggung hutang? Sebaliknya, lebih tepat disebut bahwa bayi kita menerima piutang negara. Apalagi bila anda membeli SBN ini, maka pada waktu jatuh tempo, bayi anda akan menerima pembayaran hutang dari pemerintah.
Sedangkan hutang yang sering diributkan sendiri berjumlah 55.178 juta USD. Agak anti klimaks kelihatannya. Dari total sebesar itu, 376.839 juta USD, hutang pemerintah yang diributkan tersebut ternyata hanya 55.178 juta USD, atau hanya 6% dari GDP. Lalu apakah angka tersebut besar? Mari kita lihat grafik di bawah ini, yang menggambarkan proporsional hutang pemerintah
Implikasi hutang pemerintah bagi anda
Bagi yang masih tidak mengerti, saya akan mencoba mereduksi konteks negara ke dalam rumah tangga anda supaya mudah dimengerti. Angka yang ditulis ini, adalah rasio dalam USD.
- Anggap penerimaan di keluarga anda adalah 10 juta rupiah (1 triliun USD GDP Indonesia)
- Hutang anak-anak anda ke orang di luar adalah 1,9 juta rupiah. Tentu saja, bukan tanggung jawab anda untuk melunasi hutang anak anda, tetapi kalau anak anda bermasalah, tentu masalah ini menjadi masalah anda sebagai kepala keluarga. Kata kunci: Kalau bermasalah.
- Anak-anak anda memberikan uangnya ke anda sebanyak 1,28 juta rupiah untuk diputar.
- Anda memiliki hutang sebanyak 550 ribu rupiah.
- Setiap bulan, anda menyisihkan 1,5 juta rupiah untuk berbelanja, ke restoran, beli kado untuk istri, ajak anak jalan-jalan, kue, ke mall, dan lainnya. (APBN belanja negara sebesar 2000 triliun, atau sekitar 150 juta USD).
Dengan komposisi keuangan anda seperti itu, apakah anda masih merasa khawatir kalau besok tidak bisa membayar hutang 550 ribu? Mungkin justru ada yang malah berpikir, kalau memang begitu, kenapa tidak ditutup saja 550 ribu itu. Toh uang kecil ini. Bisa potong dari kado ibu kan?
Saya akan memberikan pemikiran lain lagi untuk ini. Bagaimana bila 550 ribu ini bisa dicicil 60 ribu setiap bulan? Lalu uang 550 ribu ini dipakai untuk membeli 100 buah roti seharga 5500, yang kemudian bisa dijual 7000 rupiah. Dalam sehari, uang 550 ribu ini akan menghasilkan 700 ribu, atau 150 ribu. Kalau dalam sebulan, bisa untung 4,5 juta. Lebih dari cukup untuk membayar cicilan kan?
Jadi perlukah kita khawatir? Saya rasa, kita hanya perlu tertawa.
— Prof. X