Kampreters, mah emang gitu! Tidak hanya para “elite” nya. Para pengikutnya pun idem. Bahkan noraknya pun gak kalah sama elite nya. Seakan-akan, semakin norak, semakin keren. Hmm, mungkin gara-gara bermukim di bumi datar yang gravitasinya berbanding terbalik dengan bumi bulat yak? Jadilah cara pikir mereka selalu bertentangan dengan norma-norma yang bersifat universal yang berlaku di bumi bulat. Parahnya, mereka sangat sangat yakin seyakin yakinnya bahwa hal tersebut benar adanya. Wajar kalau ujaran kebencian maupun HOAX, selalu mewarnai setiap kali kampreters berekspresi dan cilakanya dianggap sahih. Terlebih ketika terkait dengan capres sang petahana Jokowi. Yah namanya saja kampreters. Tidur kebalik, cara pikir pun kebolak.
“Elmu Duga-Dugi” a.k.a. “Elmu Menduga-Duga” Ala Kampreters
Btw, masih ingat saat Jokowi menetapkan Ma’aruf Amin sebagainya cawapresnya untuk maju di Pilpres 2019? Semesta alam pun terhenyak kaget. Baik cebongers selaku penduduk bumi bulat yang mendukung Jokowi, juga para kampreters. Bedanya dengan cebongers, kagetnya kampreters diikuti dengan rasa galau membahana.
“Tentu rasa kaget dan galau membahana yang meliputi pengikut kita, tidak boleh dibiarkan berkepanjangan!;” Demikian hasil urun-rembuk para elite kampreters. “Sebab dapat membahayakan eksistensi seluruh kampreters di bumi datar maupun yang mendapat tugas menyusup di bumi bulat sehingga harus menyamar menjadi cebong-cebongan;” demikian simpulan para elite tersebut. Lalu bersepakatlah mereka untuk mengolah sebuah “dongeng” yang nantinya wajib diviralkan di berbagai medsos. Sikonnya, ya kurang lebih mirip ketika sang junjungan kampreters mempersiapkan konferensi pers terkait kasus “Penggebukkan Ratna Sarumpaet.”
Dengan menggunakan ilmu mumpuni bernama “elmu duga-dugi,” secara keroyokan bersegeralah mereka mengarang dongeng bukan sembarang dongeng. Hasilnya? Pasca Jokowi menetapkan cawapresnya. Hanya dalam waktu singkat, viral “dongeng” bahwa kalau Jokowi menang di Pilpres 2019 maka kelak di tengah jalan akan melengserkan Ma’aruf Amin. Lalu menaikkan Ahok sebagai gantinya. Dongeng ini menjadi semakin liar viralnya. Soalnya, para kampreters yang nyamar jadi cebong-cebongan, menyebar dongeng tersebut di bumi bulat secara masif. Maklum, namanya juga kampret bayaran. Eh, maaf, maksudnya cebong-cebongan bayaran deng. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menggoyahkan pilihan para cebongers. Utamanya cebongers yang naif. Harapannya, cebongers yang termakan dengan dongeng HOAX tersebut, mau merubah pilihan. Dari Jokowi ke junjungan para kampreters. Siapa lagi kalau bukan Prabowo – Sandi.
Sayang berjuta sayang! Alih-alih menggoyahkan cebongers. Justru semangat gak mau dikoplakin sama kampreters membuat para cebongers bergerak semakin militan untuk memenangkan Jokowi – Ma’aruf Amin. Cebongers tidak lagi hanya berhip hip hura atawa mengadakan deklarasi demi deklarasi. Blusukan sesuai anjuran Jokowi pun yang dilakukan tanpa henti dan kenal lelah. Tujuannya cuma 1: Jokowi – Ma’aruf Amin harus menang di Pilpres 2019.
“Elmu Duga-Dugi” a.k.a. “Elmu Menduga-Duga” Ala Cebongers
Ngomong-ngemeng, perlu mengingat bahwa bukan hanya kampreters saja yang bisa pake “elmu duga-dugi.” Cebongers pun juga bisa. Bedanya, kalau kampreters nge-HOAX. Cebongers valid karena menggunakan data historis yang digabungkan dengan situasi dan kondisi aktual dan faktual. Ce’ileee, guayanya rek!
Oke, mari praktekin “elmu duga-dugi” ala cebongers. Tentu pertanyaannya serupa tapi gak sama seperti kampreters. Hanya saja “subjek”nya yang diganti sehingga pertanyaannya menjadi begini: “Kira-kira apa yang akan terjadi kalau, ya sekali lagi kalau loh (jangan buru-buru Ge’eR yak!), Prabowo menang? Dengan menggunakan “elmu duga-dugi,” sangat mudah untuk menjawab pertanyaan ini.
Patut menduga, perekonomian kembali seperti masa silam. Tepatnya praksis KKN akan mencapai stadium 4++. Sapa bilang? Loh, bukannya Prabowo sendiri yang ngomong bahwa kalau dirinya kepilih maka para koruptor akan mendapat uang pensiun (Monggo, link terkait dengan hal ini gampang kok didapatnya. Tinggal panggil Mbah Gugel, pasti kejawab). Akibatnya mudah ditebak kalau gitu. Pemerataan pembangunan tidak lagi terjadi seperti di era Jokowi. Rakyat pun akan semakin menderita. Di sisi lain, negara-negara lain yang ileran sampai ngeces dengan SDA Indonesia, kembali sorak sorai bergembira.
Dasar “Duga-Dugi:” Prabowo bisa menjadi seperti saat ini, suka tidak suka, mau tidak mau, karena mewarisi kejayaan Orba. Ditambah, salah satu pendukung militant yang punya dana tidak terbatas, siapa lagi kalau bukan anak-anak “Bos Besar Orba.” Tentu didukung oleh para kroni yang memang sangat doyan KKN. Sekedar catatan tambahan: “Beda banget yak, praksis elmu duga-dugi cebongerss vs. kampreters? Cebongers punya dasar dalam menduga-duga. Kampreters asal njeplak berbau HOAX. Buktinya? Di tengah krisis ekonomi global yang berkepanjangan, Indonesia di tangan Jokowi cs., masih tetap “survive” sambil terus berupaya mewujudkan kemaslahatan rakyat dari Sabang sampai Merauke.
Patut menduga, ambruknya perekonomian karena KKN kembali merajalela seperti di era Orba s/d sebelum Jokowi, memang sangat ditunggu-tunggu oleh pendukung pentolan Prabowo. Siapa lagi kalau bukan PKS bersama gank nya yaitu HTI, FPI, dan segala turunannya. Skenarionya kurang lebih menjadi begini: Pucuk dicinta, ulam tiba. Perekonomian ambruk, salah pemimpin. Siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Prabowo. Jadi kerahkan “people power” (mengutip si Mbah yang kebelet banget jadi Bos Besar karena selama ini cuma jadi Bos Kecil) untuk melengserkan Prabowo. Lalu mengangkat Rizieq Shihab menjadi pemimpin tertinggi di Indonesia. Sekaligus mengganti Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dengan ideologi Khilafah. Patut menduga lagi, atas scenario ini yang terparah adalah Indonesia dengan mudah menjadi Suriah jilid 2
Dasar “Duga-Dugi:” Bukankah yang selama ini paling getol tereak-tereak #gantipresiden adalah kubu kampreters, baik PKS, HTI, FPI, dan turunannya, yang mengidam-idamkan hadirnya negara khilafah di Indonesia? Bukankah juga, Prabowo sudah meneken kontrak politik bahwa kalau dirinya menang, akan menjemput sendiri Rizieq Shihab pulang ke Indonesia. Momen yang sangat dirindukan oleh fans fanatik Rizieq yang tergila-gila sama ide negara khilafah. Berbanding terbalik dengan Jokowi. Marwah Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sangat dijaga. Kemaslahatan rakyat mulai dari Sabang sampai Merauke, dengan kerja kerja kerja, terus diwujudkan tanpa henti secara maksimal.
Last But Not Least
Mumpung Indonesia sampai saat ini masih berazazkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Mumpung Indonesia sampai saat ini masih dalam situasi dan kondisi aman tentram. Walau memang sih, riak-riak untuk membuat Indonesia menjadi Suriah jilid 2 oleh kampreters tetap kencang dan nyaring (namanya juga “elmu duga-dugi” toh). Inilah saatnya bagi yang cinta NKRI yang berazazkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, tanpa henti dan kenal lelah, merangkul siapapun untuk memenangkan Jokowi. Tentu ini bukan hanya untuk kenikmatan sesaat saat ini, melainkan untuk generasi penerus NKRI tercinta.
Jadi, blusukan terus sampai henti di sisa hari pencoblosan. Lawan terus semua ujaran kebencian dan HOAX kampreters tanpa henti dan tanpa kenal lelah. Seperti yang terbaru adalah surat suara yang sudah tercoblos di Negeri Jiran. Tepatnya di Selangor – Malaysia (Terkait kasus ini, akan muncul di tulisan berikut, berjudul: “Korelasi HOAX dengan Akun Robot Kampreters.” Tentu ini bukan hanya untuk kenikmatan sesaat, melainkan untuk generasi penerus.
Ever Onward No Retreat!
TUHAN memberkati Jokowi – Ma’aruf Amin dan NKRI yang berazazkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Catatan Penting: Istilah “duga-dugi” dipopulerkan oleh seorang sahabat lama.