Indovoices.com – Akhir-akhir ini, banyaknya berita palsu atau hoaks yang bertebaran di jagad digital menjadi santapan bagi sejumlah warganet di tanah air setiap hari. Agar tidak mudah terpengaruh dengan berita-berita yang tak bisa dipertanggungjawabkan, maka perlu adanya literasi media sehingga kabar bohong tidak beredar dengan bebas di semua platform media sosial.
Kekeliruan menyaring informasi dan kurangnya melakukan crosscheck untuk setiap informasi yang diterima, bisa juga terjadi karena kurangnya akses warganet untuk mendapatkan kabar valid dan yang dapat dipertanggunjawabkan. Ini yang menjadi dasar hadirnya Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), forum dimana kita bisa langsung mendapatkan informasi akurat, data valid langsung dari institusi terkait. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pengelolaan dan Penyediaan Informasi Ditjen IKP Kominfo Siti Meiningsih.“Forum Merdeka Barat 9 ini menjadi wadah untuk merespon isu-isu yang berkembang di masyarakat, dan juga untuk mengurai krisis informasi publik dari pemimpin institusinya langsung,” ujarnya saat membuka acara yang berlangsung di aula Rumah Dinas Gubernur Gorontalo, Rabu, (30/01/2019).
FMB9 dengan tema Pembangunan SDM dan Sektor Pertanian di Gorontalo pagi itu, dimoderatori oleh guru besar Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Mahludin Baruadi dengan menghadirkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. Kegiatan ini diinisiasi oleh Ditjen IKP Kementerian Kominfo berkerjasama dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo, turut dihadiri oleh Forkopimda, unsur Pemprov Gorontalo, puluhan wartawan, LSM, BUMN, dan Swasta.
Mengawali Sambutannya, Menteri Amran membahas isu yang baru-baru ini banyak diperbincangkan yakni soal hasil panen buah naga yang dibuang petani ke sungai. Oleh sebab itu, dengan adanya kejadian yang sempat viral dan menghebohkan ini, membuat tim kementerian pertanian langsung mengecek ke lapangan, ternyata buah naga yang dibuang adalah buah naga yang memang sudah tidak layak dijual ataupun dikonsumsi. “Akibat berita itu muncul kekhawatiran dalam benak masyarakat. Namun tim kami langsusng bertindak sehingga semua bisa langsung cepat ditanggapi dan teratasi,” ucarnya.
Dikatakan Amran, Sektor pertanian di Gorontalo, tidak lepas dari pemberitaan-pemberitaan hoaks, apalagi kalau bebrbicara soal import. “Saya menyesalkan berita tentang import yang hanya ribuan terus disorot oleh sejumlah kalangan, sementara eksport kita yang ratusan ribu tak pernah disorot sama sekali,” kata Menteri Pertanian.
Bangun SDM Sektor Pertanian
Lebih lanjut, Mentan Amran mengatakan pemerintah punya komitmen kuat untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pertanian merata di seluruh wilayah Indonesia. “Keberhasilan pembangunan adalah keberhasilan bangsa,” ungkapnya.
Mentan pun menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Gorontalo Rusli Habibie yang mampu mendorong sektor pertanian menjadi sektor penopang ekonomi rakyat. “Jka ada 10 Gubernur seperti Gubernur Gorontalo Rusli Habibie maka dunia bisa diguncang. Ia merupkan salah kepala daerah yang bekerja keras, cerdas, ulet, punya komunikasi yang sangat bagus dan selalu menyenangkan,” beber Amran
Sektor pertanian menjadi sektor yang diunggulkan sejak 18 tahun lalu sejak di resmikan sebagai provinsi. Selain ingin tahu perkembangan Gorontalo dalam pertanian, saya juga tertarik dengan seberapa besar perhatian pemerintah pusat pada daerah kecil ini yang bahkan masih tercatat sebagai salah satu provinsi termiskin di Indonesia.
Selang beberapa waktu saat acara berlangsung, banyak hal baru yang bisa kita dapati dari acara ini diantaranya adalah soal penurunan angka kemiskinan di Gorontalo hingga menjadi Provinsi pertama yang menjadi lokasi penyelenggaraan kegiatan diskusi dari FMB9 di tahun 2019. Saat dilantik pada tahun 2012, angka kemiskinan di Gorontalo tercatat masih 20%. Lalu kemudian Rusli Habibie selaku Gubernur Gorontalo melakukan terobosan baru dengan menggratiskan pendidikan, kesehatan, melakukan pembangunan infrastruktur, serta menggagas ekonomi kerakyatan, termasuk di dalamnya pertanian dan peternakan. “Saya telah merasakan apa yang telah dilaksanakan dan dikerjakan oleh pemerintah pusat baik oleh Presiden hingga ke para menterinya di Gorontalo, sehingga saya melakukan mapping (pemetaan) yang menuju pada satu kesimpulan untuk segera menurunkan angka kemiskinan dengan melakukan berbagai program,” kata Rusli.
Terapkan Stabilitas Harga Jual Jagung
Terkait sektor pertanian, Rusli menyampaikan bahwa sebelumnya kondisi petani jagung sangat memalukan. Seringkali benih kurang bagus atau pupuknya tidak ada. “Berbagai langkah ditempuh sebagai upaya perbaikan, sehingga akhirnya Gorontalo berhasil mengekspor jagung hingga sebanyak 113 ribu ton. Kini pupuk tersedia, bibit pun bagus,” tuturnya.
Rusli meambahkan, hal lain yang juga dilakukan pemerintah terkait produk jagung adalah penetapan standar harga jagung, yang tidak boleh kurang dari Rp3.100. “Kebijakan Mentan itu muncul karena ada kondisi di mana ketika musim jagung panen, harga jagung turun, paling tinggi Rp 1500. Kemudian saya minta tolong ke Pak Menteri. Akhirnya Pak Menteri membuat standar harga hartga jagung tidak boleh di bawah Rp3.150 per kilogram. Ketika harga di bawah ini, Bulog harus turun membelinya dengan harga Rp 3.150 per kilogram. Inilah yang membuat petani sejahtera,” pungkasnya.
Menurut Rusli, selain kinerja sektor pertanian, aksi nyata lainnya untuk menekan kemiskinan adalah dengan menggelar pasar murah. “Kita alokasikan anggaran untuk pasar murah. Ini sejalan dengan perintah Presiden agar negara hadir di tengah-tengah rakyat. Oleh karena itu, setiap hadir di tengah rakyat, kita ada oleh-oleh untuk rakyat yaitu adalah pasar murah. Akhirnya kemiskinan pun turun,” tandasnya.
Tekan Angka Kemiskinan, Sebuah Prestasi bagi Masyarakat Gorontalo
Gorontalo sendiri adalah salah satu provinsi yang sering melakukan eksport jagung ke negara tetangga kita Philipina, tidak dalam jumlah kecil tapi sudah ratusan ribu, dan tahun ini ditargetkan eksport jagung sebesar 150.000 Ton, setelah pada tahun 2018 Pemprov Gorontalo berhasil mengekspor jagung hingga 113 ribu ton dari total ekspor jagung nasional 360 ribu ton.
Hal ini tentu berpengaruh dalam menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo, berdasarkan survei pada September 2018, BPS Gorontalo melansir adanya penurunan angka kemiskinan hingga 0,98 poin, yakni menjadi 15,83 persen atau 188,30 ribu jiwa. Padahal pada Maret 2018, angka kemiskinan masih tercatat di 16.81 persen atau sebanyak 198,51 ribu jiwa.
Secara nasional, nilai ekspor pertanian kita juga tumbuh 2 tahun terakhir ini hingga mencapai nilai Rp 499,3 Triliun. Tidak heran sektor pertanian menjadi penyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nomor 2 di Indonesia. Nilai investasi kita di bidang pertanian selama 4 tahun terakhir juga tumbuh sebesar 110,2% dengan nilai Rp 61,6 Triliun. Tidak heran, pemerintah merancang grand desain Indonesia pada tahun 2045 akan jadi lumbung pangan dunia.
Hal penting yang cukup mendorong menurunkannya angka kemiskinan di Gorontalo adalah produksi jagung yang meningkat dari tahun ke tahun. Sampai saat ini produksi jagung Gorontalo sudah mencapai di angka 70 ribu ton, capaian ini tentu sangat tinggi mengingat target awalnya adalah 57 ribu ton pada tahun 2019 ini.
Antusiasme masyarakat terlihat cukup besar. Ragam pertanyaan silih berganti dari berbagai penjuru ruangan. Saya duduk paling belakang karena memang Aula Rumah Dinas Gubernur Gorontalo dipenuhi banyak orang dari berbagai kalangan, bahkan terlihat beberapa yang tidak kebagian tempat duduk.
Ada hal yang cukup unik ketika dialog yang dipandu Prof Dr. Mahludin Baruadi ini sudah berakhir. Tiga orang dari arah depan meminta untuk bisa diberikan waktu tambahan berbicara. Mentan Andi pun membijaksanainya, bahkan setelah itu ia mengajak untuk berofoto bersama mereka. Sontak, membuat audience bergerumuh disambut tepukkan tangan serentak hingga acara berakhir.
Secara pribadi, saya yang medapat tugas untuk melaksanakan peliputan di sana, merasa kagum karena bisa mengetahui kondisi daerah Gorontalo seperti apa, prestasinya sejauh mana dan banyak hal lagi yang sangat informatif. Ini luar biasa! (hm.ys)