Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengemukakan, ada 3 (tiga) fokus yang dilakukan pemerintah dalam menangani dampak akibat gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok, NTB, dan sekitarnya, Minggu (5/8) malam.
“Jadi kita fokus ketiga hal dalam bencana ini. Yang pertama, secara terus-menerus memberikan informasi. Yang kedua, memberikan pelayanan ke para wisatawan, dan yang ketiga pemulihan,” kata Arief kepada wartawan usai Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/8) siang.
Yang pertama, jelas Menpar, hampir setiap jam Kementerian Pariwisata (Kemenpar) selalu mengeluarkan official statement agar bisa diacu dan tidak menjadi berita hoax atau berita bohong.
“Ada kan satu pulau, maaf ya, terjadi suatu eksodus besar-besaran itu karena hoax sebenarnya. Dikhawatirkan terjadi tsunami di situ, maka tidak bisa dibendung lagi mereka keluar besar-besaran,” ungkap Arief.
Ia menjelaskan, pada Selasa (7/8) pagi, telah dievakusi 200 orang wisatawan terakhir di Pulau Gili Trawangan. Sekarang rekan-rekan dari TNI dan Polri, lanjut Arief, melakukan penyisiran di pulau-pulau Gili.
“Kita harapkan hari ini benar benar tuntas, semua wisatawan dapat diantar ke Lombok, dan dari Lombok akan menuju ke tiga destinasi utama kita, yaitu nomor satu itu Bali, nomor dua Jakarta, dan nomor tiga adalah Surabaya,” ujar Menpar.
Pemilihan ke tiga titik itu, jelas Arief, karena mereka akan kembali ke destinasi yang dikunjungi, ke itinerary-nya, yang dari Bali kembali ke Bali, yang dari Jakarta kembali ke Jakarta, selanjutnya melakukan penerbangan ke negara masing-masing.
Adapun wisatawan yang langsung ingin kembali ke negaranya, menurut Menpar, jumlahnya tidak banyak. “Jadi kalau saya bulatkan kira-kira 50-60% ke Bali, sekitar 20-30% ke Jakarta, dan sisanya hanya 10-20% ke Surabaya,” ungkapnya.
Dipulihkan
Pada bagian lain wawancaranya, Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan untuk infrastruktur yang rusak, termasuk perumahan rakyat tentunya, hotel dan lain sebagainya, akan diakukan pemulihan.
Sedangkan lamanya waktu tanggap darurat, Arief mengatakan, tiga minggu, Pemerintah akan melihat selama waktu tiga minggu. “Kalau sudah selesai kita akan melakukan recovery,” ujarnya.
Sejauh ini, diakui Arief, beberapa negara mengeluarkan travel warning, meski tidak spesifik yang lebih mengarah kepada travel advisory.
“Itu tapi khusus untuk ke Lombok, dan kita memahami hal seperti itu karena memang kewajiban suatu negara untuk mengingatkan warganya yang sedang berada di daerah yang terkena bencana,” kata Arief.
Namun Arief mengaku tidak tahu pasti jumlah wisatawan yang berada di Lombok saat terjadi gempa. “Jumlah pastinya tidak tahu kita, tetapi kalau dari distribusi yang ada sekarang yang paling banyak di Lombok dan Bali nomor satu dari China. Nomor 2 dari Australia, lalu dari Singapura, Malaysia, dan terakhir Eropa. Kira-kira distribusinya samalah seperti itu,” kata Arief.
Demikian juga apakah masih ada wisatawan yang terjebak di daerah bencana, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku tidak berani mengatakan “iya”, karena tadi malam ada sekitar 6 orang kalau tidak salah dari Yunani mereka berada di bukit karena ketakutan terjadi tsunami. (SYAF/DNA/ES)