
Pemprov DKI resmi menghentikan ijin usaha Hotel dan Griya Pijat Alexis. Permohonan TDUP Alexis ditolak melalui surat bertanggal 27 Oktober 2017 yang diteken Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta Edy Junaedi.
Bagi sebagian kalangan pendukungnya Anies dinyatakan sukses. Sukses memberantas prostitusi, sukses menepati janji kampanyenya, dan sukses membuat gebrakan dalam dua pekan memimpin Jakarta. Tapi tidak bagi saya! Karena saya malah menemukan tiga kegagalan Anies berkaitan dengan ditutupnya Hotel dan Griya Pijat Alexis.
Pertama, Anies gagal berpihak.
Motto Anis adalah keberpihakan. Tetapi kini musnah sudah harapan warga Jakarta mendapatkan keberpihakan dari Sang Gubernur barunya.
Berjanji menciptakan 200.000 pengusaha baru, malah kini resmi menghentikan sebuah usaha yang membuat setidaknya 4000-an warga tidak menentu nasibnya.
Bagaimana tidak, dengan ditutupnya Hotel Alexis, 1000 karyawannya terpaksa menelan pil pahit menyandang gelar pengangguran disaat UMP dinyatakan naik menjadi rp 3,6 juta. Dengan asumsi 1 karyawan memiliki 2 orang anak, setidaknya 4000 orang terdampak kehidupan ekonominya. Belum termasuk usaha-usaha turunannya, vendor-vendor yang biasa mensuplai kebutuhan hotel. Pasti mereka juga terkena imbasnya dengan mengurangi karyawan karena pelanggannya otomatis berkurang.
Bagaimana dengan mereka yang memiliki cicilan KPR, cicilan kendaraan, Pastilah macet! Atau mungkin istrinya sedang hamil menunggu kelahiran anaknya. Sudah barang tentu akan oleng dan tergoncang!
Lalu dimanakah posisi keberpihakan Anies sekarang?tidak jelas! Yang ada malah “keber-PHK-an”
Lagi-lagi langkah Anies kontradiktif dengan apa yang diucapkannya. Esok dhele,sore tempe. tidak konsisten pun arogan!
Dengan begini kita jadi teringat kata-kata Ahok.Ahok yang mengatakan bahwa untuk merangkul semua tidaklah mungkin terbukti benar. Koruptor tidak mungkin dirangkul, tindak asusila harus ditertibkan, pelanggar hukum harus ditindak. Setiap kebijakan ada konsekuensinya, demi kebaikan bersama pasti ada yang harus dikorbankan.
Tetapi apakah kebijakan tersebut memenuhi rasa keadilan? Itulah yang akan terus saya cermati dan kritisi.
Kedua, Anies gagal berkomunikasi.
Penutupan Hotel dan Griya pijat Alexis sekaligus mengkonfirmasi bahwa Anies gagal berkomunikasi dengan baik.Tak seperti janji kampanyenya yang akan melibatkan warga dalam setiap keputusan, Anies justru secara sepihak menutup Hotel Alexis.
Pernyataan Legal & Corporate Affair Alexis Group Lina Novita : “Perlu dicermati juga, dalam suratnya, disebutkan izin belum dapat diproses, bukan dicabut. Kami akan bertanya apa yang harus kami perbaiki,” kata Lina di Alexis
Berarti memang tidak ada komunikasi yang mendahului tidak diperpanjangnya ijin Alexis. Penutupan hotel tidak melalui proses teguran dan peringatan. Ini unik karena Anies sering mengkritik Ahok sewenang-wenang menggusur tanpa berkomunikasi dengan warga.sehingga muncul perlawanan lha malah sekarang dia yang dengan arogannya hanya berdasarkan laporan masyarakat, lalu ditutuplah Alexis.
Saya menduga ini hanya tindakan emosional Anies saja. Terpaksa dilakukan karena Anies tertekan oleh desakan masyarakat atau haters yang nyinyir Alexis belum juga ditutup.jika dugaan saya benar, berarti ribuan karyawan Alexis adalah korban dari ketidakjelasan program Anies yang bekerja hanya bekerja berdasarkan nyinyiran orang.
Tidak ada rencana yang matang Anies-sandi menata kota Jakarta.menyedihkan!
Ketiga, Anies gagal memberikan solusi.
Begitu ada keberpihakan,muncul solusi.kita tentu tidak lupa kalimat yang sering diungkapkan Anies saat kampanye. Nyatanya apa sekarang? Keberpihakannya enggak ada apalagi solusinya. Akan diapakan eks pegawai Alexis masih belum jelas.
Ada yang disuruh kursus kecantikan, ada yang akan dipekerjakan direstoran OK-OC, ada yang disuruh pengajian di syarikat Islam, tidak jelas sama sekali.berikut pernyataan Sandi Uno seperti diberitakan merdeka.com :
“Bahwa yang kerja di hotelnya nanti kita akan salurkan melalui Kadisnaker ke industri hotel yang serupa.Yang bekerja di restoran banyak juga rekan-rekan dari restoran dari OK OCE yang membutuhkan layanan,” kata Sandiaga di Polda Metro Jaya, Selasa (31/10).
Bahkan, Sandiaga mengusulkan agar para pekerja tak kembali bekerja di tempat yang serupa dan lebih memilih untuk memperdalam ilmu agama. Salah satunya dengan mengikuti pengajian di Syarikat Islam. Bukankah hidayah yang membuat orang hijrah? Ini mah memaksa orang untuk dapat hidayah. Mana bisa!
“Ya untuk yang ber-KTP DKI saya usulkan bisa ikut pengajian di Syarikat Islam,” kata Sandiaga.
Kursus kecantikan berapa lama? Dimana dan kapan bisa bekerja ?
Restoran OK-OC itu dimana? Jadi waiter/waitrees berapa gajinya?
Disuruh pengajian,apa bisa menghasilkan uang? Apa bisa memenuhi kebutuhan keluarga? Muncul juga wacana akan ditampung Sandi pada hotel syariah. Hotel apa dan dimana, ya tentu masih dicari keberadaannya. Masih tahap briefing. Absurd! Tidak ada penjelasan yang komprehensif.
Dengan tiga poin kegagalan diatas, kita pantas untuk bersedih. Ya.. Sedih karena oleh wakilnya penutupan Alexis ini malah disebut prestasi. Prestasi mahok!!
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memuji kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang terbilang sangat cepat. Dalam kurun waktu 2 pekan bekerja, sudah menyelesaikan 1 dari 23 janji kampanyanye yakni menolak perpanjangan izin Hotel dan Griya Pijat Alexis.
Bahkan, Sandi menyebut kinerjanya tersebut dengan istilah ‘pecah telur’.
Padahal kalau kita baca 23 janji Anies sandi tidak ada 1 poin pun yang menyebutkan penutupan Alexis adalah salah satu programnya.
Lihat 23 janji Anies sandi :
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.detik.com/news/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjp-plus-sampai-setop-reklamasi&ved=0ahUKEwiy7OC0r57XAhXDsI8KHa2kB1sQFggoMAE&usg=AOvVaw1V4lC-Y7_KtiKmMxLsRt-L
Hal itu hanya diungkapkan Anies saat debat dengan Ahok di Pilkada lalu, ramai dibicarakan orang, kemudian buru-buru dilaksanakan…
Terakhir, saya menunggu langkah konkret Anies mengatasi praktek asusila di Jakarta. Kita lihat apa dia juga akan menutup usaha lain yang serupa dengan Alexis.Kalau perlu semua hiburan malam ditutup agar tidak tanggung-tanggung. Tidak usah susah-susah menunggu laporan masyarakat, jalan saja di sepanjang jalan di Jakarta pukul 23.00 malam. Kalau menemukan lapak orang jualan kondom dan obat kuat, wanita-wanita seksi keluar dari hotel, nah disitu pasti ada praktek asusila.
Tetapi jika hanya berhenti di Alexis, berarti itu hanyalah produk gagal. Gagal memberantas prostitusi, malah sukses menciptakan pengangguran baru. Jangan ulangi lagi kesalahan itu, Pak Anies! Apalagi gagal kok dibilang sukses!
Selamat gagal paham!