Hari ini saya termenung lama, membaca komentar beliau akhir-akhir ini yang desperado, seperti orang kehilangan akal. Seorang doktor ekonomi, lulusan Boston University, Insinyur lulusan ITB, telah turun profesi menjadi komentator murahan agar tetap eksis di dunia politik. Menghina Presiden dan Menteri-menteri
Menyatakan bahwa Jokowi tidak berani menghadapi Surya Paloh? Kasihan amat RR ini, dia tidak mampu melihat kenyataan betapa canggihnya Jokowi dalam strategi dan taktik politik. Bukan seperti Anda, yang jurus Rajawali kepretnya, nggak mempan Bro untuk Jokowi. Jokowi tidak takut dengan siapapun. Bukankah Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Nasdem dipecat oleh Jokowi? Lupa ya…
Saya dulu kagum pada beliau, analisisnya tajam, dan memang sering sekali berbeda dari analisis umum. Sayang sekali, Rizal Ramli sekarang ini menceracau kata orang Melayu, mengigau dengan mengucapkan kata-kata yg nggak jelas konteksnya karena demam tinggi atau hilang akal.
Soal hutang, itu sudah dibantah, ada data jelas dari tahun ke tahun, tapi Anda cuma ambil satu angle dan blow up …
Defisit neraca perdagangan karena Menteri perdagangan memudahkan prosedur impor tanpa harus ada rekomendasi dari Kementrian terkait? Mungkin lagi demam tinggi sehingga RR lupa bahwa kebijakan ini diambil karena korupsi quota impor daging yang menjebloskan Presiden PKS ke penjara kan? Oleh karena itu quota impor ditentukan di rapat kabinet yang dipimpin Menko Perekonomian, dimana Menteri terkait hadir, dan dilaksanakan oleh Kementrian Perdagangan dengan lelang terbuka. Ini pun Anda barangkali atau dengan sengaja mengaburkan fakta ini. Semua tuduhan Anda itu bisa dijelaskan dengan akal sehat, tapi memang kelihatannya Anda tidak tertarik untuk penjelasan itu. Yang penting sensasi….masu
Saya menyerukan kepada Rizal Ramli, cara-cara yang Anda lakukan saat ini merendahkan diri Anda sendiri. Merendahkan martabat gelar Doktor, karena kalau hanya mengucapkan data dan tuduhan, secara kampungan gitu, ya nggak usah sekolah cape-cape. Ikuti saja Ratna Sarumpaet, Neno Warisman, dll. Ternyata Anda ini satu kaliber dgn Fadlizon juga atau barisan sakit hati yang lain…
Bandingkan dengan seorang Rahmat Gobel, diberhentikan sebagai Menteri, tak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata getir ketika diberhentikan , tetap menjaga jati dirinya dan malah bersedia menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Jepang. Sangat elegan. Sebagai orang yang pernah jadi teman berdebat jaman Suharto, saya berpesan: Bro, walaupun desperado untuk laku lagi di politik, tapi ya kata orang Jawa : “ ngono yo ojo ngono”.
*penulis: Emmy Hafild