Indovoices.com – Teori domino adalah teori yang berspekulasi bahwa apabila sebuah negara di suatu kawasan terkena pengaruh komunisme, negara-negara sekitarnya akan ikut dipengaruhi komunisme lewat efek domino. Teori yang sering didengungkan pada tahun 1950-an sampai 1980-an ini digunakan oleh beberapa presiden Amerika Serikat semasa Perang Dingin (Cold War) sebagai alasan intervensi A.S. di seluruh dunia.
Meski tidak pernah menggunakan istilah “teori domino” secara langsung, Presiden Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower menjelaskannya dalam sebuah konferensi pers tanggal 7 April 1954 saat membahas komunisme di Indocina:
Di Asia Tenggara, pemerintah AS menggunakan teori domino untuk membenarkan keterlibatannya dalam Perang Vietnam dan dukungannya bagi seorang diktator non-komunis di Vietnam Selatan. Faktanya, kegagalan Amerika Serikat untuk mencegah kemenangan komunis di Vietnam memiliki dampak yang jauh lebih kecil daripada yang diperkirakan oleh para pendukung teori domino. Dengan pengecualian Laos dan Kamboja, komunisme gagal menyebar ke seluruh Asia Tenggara.
Vietnam Utara dan Selatan
Pada September 1945, pemimpin nasionalis Vietnam Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dari Prancis, memulai perang antara rezim komunis di Hanoi (Vietnam Utara) melawan rezim yang didukung Prancis di Saigon (Vietnam Selatan).
Di bawah Presiden Harry Truman , pemerintah AS memberikan bantuan militer dan keuangan rahasia kepada Prancis; alasannya adalah bahwa kemenangan komunis di Indocina akan mempercepat penyebaran komunisme ke seluruh Asia Tenggara. Dengan menggunakan logika yang sama ini, Truman juga akan memberikan bantuan kepada Yunani dan Turki selama akhir 1940-an untuk membantu mengendalikan komunisme di Eropa dan Timur Tengah.
Apa Teori Domino?
Pada tahun 1950, pemangku kebijakan luar negeri AS menganut kuat gagasan bahwa jatuhnya Indocina ke komunisme akan cepat menyebabkan keruntuhan negara-negara lain di Asia Tenggara. Dewan Keamanan Nasional (National Security Council) memasukkan teori tersebut dalam laporan tahun 1952 tentang Indocina, dan pada bulan April 1954, selama pertempuran yang menentukan antara pasukan Vietnam dan Prancis di Dien Bien Phu, Presiden Dwight D. Eisenhower menyebutnya sebagai prinsip “jatuhnya domino” (falling domino).
Dalam pandangan Eisenhower, kekalahan Vietnam terhadap kendali komunis akan mengarah pada kemenangan komunis yang serupa di negara-negara tetangga di Asia Tenggara (termasuk Laos, Kamboja, dan Thailand) dan di tempat lain (India, Jepang, Filipina, Indonesia, dan bahkan Australia dan Selandia Baru) . “Konsekuensi yang mungkin dari kekalahan [dari Indocina],” kata Eisenhower, “tak terhitung bagi dunia.”
Setelah pidato Eisenhower, frase “teori domino” mulai digunakan sebagai ungkapan singkat tentang kepentingan strategis Amerika Serikat terhadap Vietnam Selatan, serta kebutuhan untuk menahan penyebaran komunisme ke seluruh dunia.
Amerika Serikat semakin terlibat di Vietnam
Jika Anda pernah menonton film Rambo (John James Rambo, karakter fiksional dalam saga Rambo), keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam sangat terlihat.
Setelah Konferensi Genewa ( Geneva Conference) yang mengakhiri perang Prancis-Vietnam dan memecah Vietnam di sepanjang garis lintang yang dikenal sebagai paralel ke-17, Amerika Serikat mempelopori Southeast Asia Treaty Organization (SEATO), aliansi longgar negara-negara yang berkomitmen untuk mengambil tindakan terhadap ” ancaman keamanan ”di wilayah tersebut.
John F. Kennedy , penerus Eisenhower di Gedung Putih , meningkatkan komitmen sumber daya AS dalam mendukung rezim Ngo Dinh Diem di Vietnam Selatan dan pasukan non-komunis yang berperang di perang saudara Laos pada tahun 1961-62. Pada musim gugur 1963, setelah munculnya oposisi terhadap Diem muncul, dukungan Kennedy berkurang pada Diem. Tetapi secara publik menegaskan kembali kepercayaan pada teori domino dan pentingnya mengendalikan komunisme di Asia Tenggara.
Tiga minggu setelah Diem dibunuh dalam kudeta militer pada awal November 1963, Kenney tewas terbunuh di Dallas. Penggantinya Lyndon B. Johnson terus menggunakan teori domino untuk membenarkan peningkatan militer AS di Vietnam dari beberapa ribu tentara menjadi lebih dari 500.000 selama lima tahun ke depan.
Negara Bukan Domino
Teori domino sekarang didiskreditkan, setelah gagal memperhitungkan karakter perjuangan Vietnam Utara dan Viet Cong (National Liberation Front, berasal dari istilah bahasa Vietnam untuk Komunis Vietnam Việt Nam Cộng Sản)) dalam Perang Vietnam .
Dengan mengasumsikan Ho Chi Minh adalah pion raksasa komunis Rusia dan Cina, pemangku kebijakan Amerika Serikat gagal melihat bahwa tujuan Ho dan para pendukungnya adalah kemerdekaan Vietnam, bukan penyebaran komunisme.
Pada akhirnya, meskipun upaya Amerika untuk memblokir pengambilalihan komunis gagal, dan pasukan Vietnam Utara berbaris ke Saigon pada tahun 1975, komunisme tidak menyebar ke seluruh Asia Tenggara. Dengan pengecualian Laos dan Kamboja, negara-negara di kawasan Asia Tenggara tetap di luar kendali komunis.
*Referensi:
- wikipedia
- history