Video iklan di bioskop mengenai keberhasilan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam membangun 65 bendungan dalam waktu dua musim, menuai polemik berkepanjangan.
Pro-kontra terkait apakah iklan tersebut dianggap sebagai kampanye atau bukan pun mengemuka di berbagai kalangan.
Mulai dari Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid yang menilai, bahwa iklan semacam itu layak untuk dihentikan penayangannya.
Dirinya beralasan, iklan itu tidak hanya menyampaikan pencapaian pemerintah, tetapi lebih menonjolkan sosok Jokowi. Hal itu dianggap akan menimbulkan tafsir yang berbeda bagi siapapun yang menyaksikannya.
Sementara Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan mengatakan, saat Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden, pemerintahannya tak pernah memasang iklan di bioskop seperti pemerintahan Jokowi-JK.
Sebab, pemerintahan SBY menghindari hal- hal yang berpotensi melanggar peraturan kampanye.
Syarif juga berpendapat, seharusnya Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) turun tangan untuk ikut menentukan apakah iklan pembangunan bendungan di bioskop tersebut termasuk melanggar aturan pemilu atau tidak.
Sedangkan dari pihak yang pro, Sekretaris Jenderal DPP PKB Abdul Kadir Karding menilai, tidak ada yang salah dengan iklan yang menampilkan pencapaian kerja pemerintahan Jokowi-JK tersebut.
Karding justru heran, mengapa partai politik pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terlihat panik melihat iklan tersebut.
Pihak Kominfo sebagai pihak yang menayangkan iklan itu sendiri menganggap apa yang dilakukannya adalah merupakan bagian dari fungsi Kominfo untuk menyampaikan program -program pemerintah, baik yang akan dilaksanakan, atau yang sudah dilaksanakan.
Namun Pro-Kontra yang paling unik justru terjadi antara Ruhut Sitompul dengan Fadli Zon.
Sebelumnya, Fadli Zon menanggapi iklan keberhasilan pemerintahan Joko Widodo yang tayang di bioskop. Ia menilai, iklan Jokowi tersebut sebaiknya dicopot.
“Sebaiknya iklan ini dicopot dari bioskop. Sangat merusak suasana dan selera,” kata Fadli melalui akun twitternya @fadlizon, Rabu 12 September 2018.
Cuitan Fadli tersebut pun mendapat tanggapan dari Sukarelawan Jokowi, Ruhut Sitompul. Ruhut menilai Fadli merasa sadar bahwa Prabowo tidak akan menang sehingga jadi memprotes iklan di bioskop itu.
“Bukan ketakutan, dia sadar dia tidak akan menang-menang, jadi dia stres,” ujar Ruhut.
Terkenal akan gaya ceplas-ceplosnya, Ruhut pun melanjutkan, ada atau tidaknya iklan itu Prabowo tidak akan menang pemilihan presiden 2019. Sehingga Ruhut menyarankan Fadli agar tidak banyak menyindir-nyindir lagi.
“Minum saja baygon rasa stroberi dari pada nyinyirin,” kata Ruhut.
Ngakak saya membaca komentar Ruhut yang nyelekit seperti itu.
Bisa jadi apa yang disampaikan oleh Ruhut memang benar, karena berdasarkan penelusuran saya, iklan tersebut sebenarnya bukan baru kali ini saja ditayangkan.
Pemerintah sudah beberapa kali menayangkan iklan sejenis melalui bioskop.
Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Iklan BBM Satu Harga: 25 April – 9 Juni 2018
2. Iklan tentang Infrastruktur: 25 April – 9 Juni 2018
3. Iklan Kartu Indonesia Sehat: 25 April – 9 Juni 2019
4. Iklan Tol Laut: 25 April – 9 Juni 2018
Empat iklan sebelumnya juga ditayangkan di bioskop, bahkan dalam waktu yang bersamaan.
Bahkan pemerintah juga pernah menayangkannya di media televisi dalam bentuk iklan layanan masyarakat atau public service announcement (PSA).
Lantas kenapa baru sekarang diributkan? Apakah memang benar seperti yang disampaikan oleh Ruhut bahwa pada dasarnya Fadli sadar bila Prabowo lagi-lagi akan keok di pilpres 2019 nanti?
Saya lebih cenderung menyebutnya sebagai kesadaran bahwa persepsi yang berusaha mereka bangun selama ini akan menemui kegagalan. Begini analisanya, coba kita perhatikan bagaimana pihak oposisi berusaha membangun image bahwa pemerintah mengalami kegagalan dalam membangun perekonomian negeri ini.
Mulai dari meneriakkan dolar naik, harga kebutuhan pokok naik, tempe tipis, ikan asin mahal dan seribu satu tudingan yang intinya ingin memojokkan pemerintah. Bahkan tersebar juga hoax di sosmed soal BBM akan dinaikkan hanya untuk menimbulkan ketakutan dan keresahan di tengah masyarakat, yang pastinya hoax tersebut bukan dari kubu Jokowi
Padahal kalau kita mau bandingkan kondisi saat ini dengan kondisi enam bulan atau satu tahun yang lalu, toh tidak jauh berbeda. Harga-harga relatif stabil, demikian juga barang-barang pokok, tidak ada gejolak berarti. BBM juga tidak mengalami kenaikan.
Penyampaian fakta hasil kerja pemerintah terutama dalam hal ini, iklan di bioskop tentu akan menjungkirbalikkan persepsi keliru yang selama ini berusaha mereka tanamkan ke benak masyarakat.
Masyarakat akan bisa melihat apa saja pencapaian kerja pemerintah dalam membangun negara ini. Bukti-bukti nyata itulah yang dikhawatirkan akan mampu menepis segala keragu-raguan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi. Jadi tidak heran bila mereka mencak-mencak bagai monyet kebakaran ekor.
Kembali ke soal Ruhut yang meminta Fadli Zon minum baygon. Walaupun terkesan sebagai candaan dan jawaban ngawur. Sebenarnya terselip pesan yang ingin disampaikan Ruhut kepada Fadli bahwa sudahlah, usaha kamu dan kelompokmu untuk mendiskreditkan pemerintah sudah gagal. Kamu juga sudah tahu gak bakalan menang. Jadi upaya memojokkan Jokowi dengan hoax, fitnah dan tipuan murahan lainnya itu ibarat upaya bunuh diri, karena semua itu tidak akan bisa mengalahkan fakta.
Ohya, ngomong-ngomong soal tawaran Ruhut kepada Fadli untuk minum Baygon rasa Stroberi, kalau dirasakan kurang suka, boleh ditukar dengan rasa jeruk atau anggur kok. Saya yakin banyak pembaca termasuk saya yang akan dengan senang hati mengirimkannya buat Fadli secara cuma-cuma. Bukankah begitu kawan?
Trailer Ruhut Suruh Fadli Zon Minum Baygon
https://youtu.be/r7QdIn0F6tA