— Politik itu seni memainkan opini—
Usai periode 2024, secara konstitusi Jokowi sudahtidak bisa maju menjadi Capres lagi. Tinggal menyisakan Prabowo yang untuk kesekian kali mencoba mengadu keberuntungan menjadi orang nomer satu di Republik ini. Lantas siapa lawan Prabowo yang pantas berada di pentas suksesi 5 tahunan?
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Anis Baswedan (AB) saat ini menjadi sosok potensial berada di pentas pilpres 2024. AHY sudah mendeklarasikan dirinya terjun ke dunia politik dengan menyandang nama besar ayahanda dan partai berlogo bintang mercy. Gaya komunikasi massa AHY dalam berpolitik patut diakui jauh dari intrik dan kontroversi statement. Kepercayaan diri yang tinggi didukung tata bahasa santun yang cenderung normatif menjadi modal pembentukan opini publik tentang gaya kepemimpinan normal. Moment Idul Fitri dengan mengunjungi beberapa tokoh nasional dimainkan dengan cantik sebagai upaya menarik empati. AHY berusaha merintis jalan simpatik beberapa tokoh penting dengan gaya humanis yang tidak melulu religius. AHY yang sedang “menyebar pesona” dan AHY yang mensosialisasikan diri masuk dalam jajaran elite politik.
AB yang hingga saat ini menjadi orang nomer satu (sendirian) di ibukota, lengkap dengan keleluasaan jabatan yang disandangnya, merupakan sosok potensial naik tingkat menjadi capres 2024. Seberapa potensialnya AB dimata jajaran elite politik, kita bisa melihat gelagat dan manuver AB dalam memainkan issue sensitif merespon situasi. Lupakan pernyataan AB sebagai “tuan rumah” lokasi kerusuhan 22 Mei lalu yang mengundang banyak reaksi kontroversi. Ada hal menarik lain yang patut dicermati saat perayaan malam takbiran.
“Di Jakarta kita mengijinkan kegiatan takbiran keliling dilaksanakan. Kita ingin agar warga merasakan ini adalah tanah mereka sendiri, rumah mereka sendiri. Jangan sampai mereka merasakan berada di tanah asing dimana mereka tidak boleh melaksanakan yang sudah menjadi kebiasaan selama ratusan tahun. Izinkan warga Jakarta menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri dan inilah yang sekarang kita kembalikan di Jakarta” tutur AB saat diwawancarai media perihal kegiatan takbiran keliling yang juga diikutinya.
AB sedang membangun panggung politiknya sendiri. Menarik empati atas nama sebuah identitas tertentu yang menurutnya selama ini terabaikan. Gaya politik AB yang cenderung berkelok kelok dengan manuver di beberapa tikungan terbukti sukses menjadikan dirinya bagian penting dalam berpacu merangkul dukungan. Pribumi dan non pribumi, muslim pribumi dan muslim pendatang setidaknya menjadi issue sensitif yang senantiasa dimainkan dalam upaya memisahkan perbedaan di ruangnya masing-masing. Perbedaan yang sebenarnya tidak ada coba diciptakan dalam upaya mengelompokkan standar loyalitasnya. AB paham sedang berada di jalur perjuangan politik identitas yang dibangun bersama kelompok besar namun samar dibelakangnya.
AB dan AHY patut diduga sedang membidik ruang kosong suksesi kepemimpinan dengan caranya masing-masing. Mereka berdua sedang menciptakan “poros tengah” diantara 2 kubu bebuyutan Jokowi dan Prabowo. Kubu Jokowi yang masih fokus kerja periode penghabisan sambil membuka “audisi” siapa calon pengganti Jokowi. Dan kubu Prabowo yang mulai terengah-engah mempertahankan ambisinya.
Pilpres 2024 masih jauh dari agenda politik. Namun perang opini sudah mulai dimainkan sebagai upaya membangun persepsi dukungan. AB dan AHY dua sosok fenomenal yang tidak mustahil bisa menyalip Prabowo di sebuah tikungan, sekaligus menjadi rival terpenting kubu Nasionalis sepeninggalan Jokowi.
Semoga Paham