Rasanya Lelah hati ini melihat Perlakuan Pemerintah Pusat yang melakukan kekonyolan sedikit demi sedikit, agak miris melihat perbedaannya jika dibandingkan dengan Zaman Jokowi di Periode Pertama, walaupun dianggap di Periode kedua banyak kemajuan, tetapi setidaknya minimalis sekali Problem yang dibuat Pemerintah Pusat, andaikata ramai pun karena dibuat oleh Kaum Radikalis maupun kaum Oposisi Pemerintah. Ya Memang di periode ini ada juga yang dipegang oleh orang orang yang cukup berkompeten sejauh ini, seperti Kementrian BUMN, Kementrian Politik dan Hankam, Kementerian Keuangan, KEMENDAGRI dan KEMENLU. Mereka dipimpin oleh orang orang yang mumpuni.
Beban hati ini terasa berat ketika Wabah Penyakit CORONA mulai mewabah di Cina. Sungguh terkejut menyaksikan Pemerintah Indonesia memutuskan tali silaturahmi pintu kepada dan dari Tiongkok, dengan alasan melindungi Warga dari Virus mematikan CORONA. Orang China dilarang datang ke Indonesia dan Orang Indonesia dilarang pergi ke sana. Kita memang tidak sekuat Amerika Serikat, tetapi tindakan kita sama sadisnya dengan Amerika Serikat, sayangnya Amerika Serikat bisa berdiri dengan kakinya sendiri saat dihajar Typhoon dan Banjir Bandang sementara Indonesia berkali kali dihantam Tsunami dan Gunung Berapi, tetapi Chinalah yang memberikan bantuan paling besar apalagi saat Tsunami menghantam Aceh, apakah Pemerintah sudah lupa?
Lain Indonesia, Lain Jepang, Thailand, Finland, Mereka tidak menutup pintu, bahkan mereka mengirimkan Pasukannya untuk membantu China Bersama sama menanggulangi Virus disana entah melalui Pengiriman Masker ataupun tenaga Medis, padahal hubungan China dengan negara itu biasa saja.
Pemerintah China menunjukkan Sehatnya daya logika ketika Warganya tengah diancaman Penyakit, dengan segala kekuatannya, menggunakan segala daya yang luar biasa, Membangun Rumah Sakit khusus Pnemonia dalam waktu 7 hari saja dengan tenaga kerja dari China dari latar belakang Atheis, Muslim (Mayoritas warga Wuhan adalah Muslim), Kristen, Konghuchu, mereka Bersama sama terus menerus membangun RS dalam waktu 7 hari dan diteruskan dengan Pembangunan Masker terbesar pertama di China untuk membantu Warga yang terserang penyakit, Pemerintah juga aktif mengeluarkan Drone untuk mengingatkan warga yang sehat agar tetap dirumah agar terhindar dari Virus dari warga yang sakit, segala daya upaya dikeluarkan untuk menyehatkan China kembali.
Lain di China Lain di Indonesia, WHO bahkan bingung dan tetap menginginkan Indonesia tetap waspada dan jangan jumawa walaupun Indonesia sebagai negara yang saat ini belum ada pelaporan ataupun kasus virus Corona di negaranya, WHO meminta agar Indonesia tetap waspada dan deteksi kasus dari persiapan di Fasilitas Kesehatan. Hal ini menyusul serangkaian warga Australia yang tinggal di Bali telah didiagnosis menderita Pneumonia, namun prosedur pengujian dan otoritas kesehatan masih terbatas. Ibarat Keluarga yang satu satunya sukses sementara anggota lainnya Bangkrut, Indonesia dinilai mulai memasuki tingkat kesombongannya.
Bukannya fokus memikirkan bagaimana menguatkan ekonominya dan fasum Kesehatannya, Indonesia malah berpikir hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, Salah satu Menteri Flamboyan merencanakan isu kepulangan 600 Kombatan EX ISIS dibackup dengan Komnas HAM dan BNPT yang jelas jelas untuk menanggulangi Teroris bukan menjadi badan Pendukung Teroris, ISIS memang bukan negara, tetapi mereka adalah Penjahat ideologi, teroris dan Algojo Kemanusiaan, bahkan Suriah yang sudah pernah “diperkosa” ISIS saja jijik menerima kembali, makanya Presiden Assad dari Suriah mau eksekusi anggota ISIS dari manapun asal negara mereka satu persatu saking bencinya karena peristiwa masa lalu.
Presiden Jokowi harus tegas menolak rencana ini jika tidak mau dicap sebagai bagian Design Maker kepulangan teroris ke Tanah Air. Tidak perlu ada RATAS (Rapat Terbatas), Indonesia adalah Rumah kita, Seluruh Masyarakat Indonesia dari Sabang Merauke Nias Pulau Rote adalah “anak-anak” yang hidup di Rumah Bumi Pertiwi, Kita sudah anggap Presiden Jokowi sebagai “AYAH” dari Rumah Bumi Pertiwi selama 5 tahun ke depan. Apakah seorang “AYAH” tega membiarkan Sekelompok “Pemerkosa” bermalam di rumah bumi pertiwi? Apakah seorang “AYAH” diam saja ketika pembantu sang “AYAH” mencoba menggelar karpet merah untuk para “Pemerkosa” datang ke Rumah Bumi Pertiwi? Dan satu lagi, apakah perlu melakukan Rapat Terbatas hanya untuk mendiskusikan layakkah seorang “Pemerkosa” bermalam entah untuk berapa lama di Rumah Bumi Pertiwi?
Apakah di Indonesia sekarang sudah tidak ada lagi isu penting yang bisa dibahas? Sehingga isu tidak penting mau dianggap penting? Apakah mereka sudah lupa kasus JIWASRAYA masih menganga lebar? Apakah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sudah diatas 50% sehingga tidak perlu lagi membahas ekonomi? Apakah sudah lupa membahas soal Investasi yang masih kita perlukan di Indonesia? Tentu saja membawa Teroris pulang sama saja menutup langsung Pintu Investasi? Siapa juga Investor yang mau menaruh dana Investasinya di Rumah yang dipenuhi “Kutu” dan “Rayap”, dipenuhi Koruptor saja sudah sedikit, apalagi jika ditambah dengan Teroris yang sudah siap dengan Bom Bunuh Diri terpasang di Dada dengan Timer jika mereka pulang.
Pak Jokowi, Jika sebelumnya saya menuliskan Artikel mengenai betapa hebatnya seorang Jokowi, kali ini saya menuliskan artikel tentang Ratapan dan Tangisan. Ratapan dan Tangisan yang agak sedikit dengan kemarahan, Marah karena ada sekelompok Manusia manusia bejat memakai topeng Pembantu anda yang ingin mengundang resmi Penjahat Internasional ke Indonesia, Rumah kita Bersama, dan tidur Bersama kita dimana disini banyak anak anak yang tak berdosa yang bisa saja dipengaruhi untuk menjadi Penjahat atau dimakan mentah mentah sama mereka itu. Mereka akan datang dengan undangan bertuliskan Membela HAM dan membela Agama, tetapi isi hati penuh iblis iblis yang siap menyantap Bumi Ibu Pertiwi Indonesia.