Secara tidak sengaja saya menemukan cuitan di twitter dengan nama akun @takviri. Judul cuitannya pun ditulis dengan huruf besar “SKENARIO BESAR”, di bawahnya dicantumkan poin-poin seperti screenshot yang saya lampirkan di bawah ini.
(https://mobile.twitter.com/Takviri/status/1048031848763285504)
Rasa penasaran pun membuat saya berpikir, apa iya di belakang kasus muka bonyoknya RS tersimpan sebuah skenario besar untuk menjatuhkan Jokowi?
Untuk poin nomor satu yang terdapat pada screenshot sudah menjadi fakta tak terbantahkan bahwa Ratna Sarumpaet memang menjalani operasi plastik tanggal 21 September 2018, hal ini sesuai dengan keterangan dari kepolisian yang diperoleh dari RS Bina Estetika.
(https://www.liputan6.com/news/read/3658087/polisi-datangi-rs-bina-estetika-terkait-kabar-ratna-sarumpaet-operasi-plastik)
Sama halnya dengan poin nomor dua yang menyebutkan berita tersebut diblow-up tanggal 2 Oktober 2018 juga merupakan fakta tidak terbantahkan.
(wow.tribunnews.com/amp/2018/10/02/ferdinand-hutahaean-sebut-fadli-zon-sudah-bertemu-ratna-sarumpaet-yang-dikabarkan-dianiaya)
(https://news.okezone.com/amp/2018/10/02/337/1958613/fadli-zon-sebut-ratna-sarumpaet-dianiaya-oleh-3-laki-laki)
(http://wow.tribunnews.com/2018/10/02/dahnil-anzar-sebut-ratna-sarumpaet-trauma-dan-ketakutan-pasca-dikeroyok)
Perhatikan link-link yang saya berikan di atas, semuanya bertanggalkan 2 Oktober 2018.
Demikian halnya juga dengan poin nomor tiga, pembaca juga pasti sudah mengetahuinya bukan? Tidak ada pelaporan sama sekali terkait penganiayaan tersebut. Ketiga poin di atas merupakan informasi umum yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat.
Mari kita masuk ke poin yang lebih krusial untuk mengungkap ada tidaknya skenario tersebut. Pada point keempat dikatakan bahwa dalam rentan waktu 10 hari, pamflet tersebut mereka cetak dan sebar. Dan inilah buktinya
Saya tidak ingin membahas itu pamflet milik siapa karena sudah ada penulis dari media lain yang menuliskan siapa pemilik asli pamflet tersebut. Fokus saya hanya pada pamfletnya saja.
Saya kutip sebagian kalimat yang dituliskan oleh Ingrid Kansil di instagramnya (ini link nya bagi yang ingin membaca selengkapnya pernyataan Ingrid Kansil. https://www.instagram.com/p/BoeDi8jnlzV/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=4ye1x2sbqodo)
Ketika pemberitaan dan foto tentang ibu Ratna Sarumpaet tersebar di media dan sy jg lihat di pamflet yg sy dapatkan dari bunda Dorce ketika kami bertemu ngga sengaja tgl 2 okt 2018 di resto gandys steak menteng ( waktu itu pamflet tsb di berikan ke meja tempat saya makan oleh bunda Dorce dan disaksikan oleh ibu , ayah dan adik sy)
Coba perhatikan huruf bergaris tebal, tanggal 2 Oktober 2018, menandakan pamflet atau brosur tersebut bisa jadi dicetak tepat pada hari berita mengenai Ratna Sarumpaet dianiaya atau bahkan SEBELUM tanggal itu.
Ok, kita asumsikanlah pamflet tersebut dicetak bertepatan pada tanggal 2 Oktober 2018, mungkin setelah berita penganiayaan tersebut beredar. Pertanyaannya, apa tujuan mencetak pamflet tersebut? Alih-alih melaporkannya kepada Polisi, mereka malah lebih memilih untuk mencetak pamflet dan menyebarkannya. Tujuannya apalagi kalau bukan mau menggalang massa alias MEMPROVOKASI bertopengkan aksi solidaritas, itu kesimpulan saya.
Tidak percaya? Lihat screenshot di bawah ini lagi, dalam salah satu grup WAG tertulis jelas Undangan Komite Solidaritas Ratna Sarumpaet Dan Demokrasi, lagi-lagi tanggal yang tercantum adalah tanggal 2 Oktober 2018. Inilah yang dimaksud akun @takviri adanya upaya mobilisasi para veteran aktivis (poin nomor 5)
Artinya bila kita melihat secara keseluruhan, mulai berita tersebut diblow-up, penyebaran pamflet untuk menggalang aksi, upaya mobilisasi aktivis veteran, maka kita akan menemukan sebuah benang merah, yakni upaya tersebut dilakukan secara bersamaan dan sistematis di tanggal 2 Oktober 2018.
Termasuk juga tanggal beredarnya foto wajah bonyok Ratna Sarumpaet diberbagai sosmed serta konferensi pers dan kecaman yang disampaikan oleh Prabowo terkait dugaan penganiayaan terhadap nenek-nenek umur 70 tahun tersebut. Sebuah kebetulankah? Saya meragukannya, saya mau tidak mau harus setuju dengan apa yang disampaikan oleh akun @takviri bahwa ini adalah sebuah skenario besar dalam upaya menjegal Jokowi.
Saya tidak bisa membayangkan bila polisi tidak bergerak cepat mengungkap kasus ini. Mungkin berita yang kita baca hari ini bukan lagi soal Ratna Sarumpaet yang tertangkap polisi saat berada di Bandara Soetta, namun adalah berita rencana demo dengan nomor togel 510, 610 atau 710 yang ujung-ujungnya meminta Jokowi turun (poin nomor 6).
Bisa jadi mereka menyadari, akan sulit untuk mengalahkan Jokowi bila harus berdebat dan beradu program, apalagi melihat betapa besarnya animo rakyat dan berbagai kepala daerah di Indonesia yang tidak ragu menyatakan dukungannya untuk Jokowi. Sementara menyerang Jokowi dengan isu-isu basi seperti keturunan PKI, Antek China, Pro Asing, sudah kurang gregetnya dan satu persatu terbantahkan.
Jadi opsi lainnya adalah merancang cara-cara busuk dan kotor agar Jokowi sedapat mungkin diturunkan sebelum pilpres 2019.
Saya mendukung polisi untuk terus mengusut kasus ini, apalagi Ratna Sarumpaet sudah berhasil ditangkap sebelum ke luar negeri. Jadi seharusnya tidak terlalu sulit bagi pihak kepolisian untuk mengungkap siapa dalang di balik skenario ini, sekaligus memproses belasan elite politik yang telah diadukan oleh Farhat Abbas, Cyber Indonesia dan pihak-pihak lainnya sebagaimana mestinya.