Oleh: Gurgur Manurung
Indovoices.com – Dalam berbagai pertemuan resmi yang saya ikuti sebagai praktisi lingkungan, sosial, pendidikan, keagamaan dan lain sebagainya, acapkali menghadirkan pejabat. Pejabat itu datang untuk berpidato.
Di berbagai daerah yang saya ikuti hampir sama. Kesamaan pejabat itu adalah terlambat. Berbagai alasan mereka sampaikan mengapa terlambat. Kata pembuka mereka yang lazim digunakan adalah maaf saya terlambat. Mulai pejabat benaran hingga pejabat pengganti sama saja, mereka terlambat.
Suatu ketika, staf ahli Bupati hadir mengganti Bupati terlambat dengan alasan macet. Karena saya kesal, saya nyeletuk, staf ahli tidak ahli memprediksi macet? Peserta spontan tertawa.
Beberapa waktu lalu, ada pertemuan yang menunggu kedatangan camat. Kami harus menunggu hampir 2 jam. Ketika acara itu saya dipanggil untuk menyampaikan kata sambutan dan berkata,” selamat datang pak camat, sudah 2 jam kami menunggu pidatomu, saya harap pidato pak camat bermutu. Kalau tidak bermutu dan menginspirasi betapa ruginya kami”.
Mengapa pejabat seringkali terlambat dan pidatonya tak bermutu? Seseorang pidatonya tak bermutu menandakan hidupnya tak berkualitas. Hidupnya tak diisi hal hal yang baru. Sebab, orang biasa yang serius hidupnya menjalankan aktivitasnya menginspirasi banyak orang. Orang-orang membuka telinganya untuk mendengarkan pokok pokok pikirannya itu. Sebab, dia menginspirasi banyak orang.
Karena itu, setiap orang hendaklah berkarya dengan kreatif dan inovatif. Sikap itu yang melahirkan hal-hal yang baru. Hal-hal baru itulah yang sering menginspirasi.
Pidato, khotbah atau pembicara dan penulispun yang membuat ngantuk pendengar dan pembaca perlu introspeksi diri. Sebab, jika hal-hal yang disampaikan secara orisinil biasanya senang didengar dan dibaca.
Pejabat seperti Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil, Risma ditunggu pidato dan status medsosnya karena isinya sangat bermutu.
#gurmanpunyacerita