Oleh : Samuel Tanujaya
Belakangan ini harus diakui ada banyak pihak yang terkejut ketika terjadi rusuh terkait Mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya yang berujung ribut di Manokwari dan Fak-fak Papua.
Dilihat dari berbagai sudut banyak pengamat politik, Tokoh Media Sosialbmenyatakan pendapat, pikirannya tentang Papua, penyebabnya dan sekelumit intrik politik disekitarnya.
Tetapi jika diamati hanya sedikit saja yang membahas bagaimana solusinya ?.
Saya mencoba mengajak kita semua untuk berpikir Cerdas, Kritis dan Bijak menyikapi kisruh Papua ini.
Orang tua angkat saya mengatakan kepada saya bahwa penyebab utama kisruh Papua adalah:
“Dosa lama dan kepahitan puluhan tahun yang harus ditanggung Jokowi.”
Ini dilakukan Pemerintahan sebelum Jokowi dan sekarang harus ditanggung sepenuhnya oleh Jokowi yang justru tidak terlibat sama sekali didalamnya.
Jadi bukan tentang perusakkan Bendera Merah Putih semata (yang kemudian tidak terbukti)
Pemulihan luka hati itu diyakini tidak akan cukup hanya 1-2 generasi saja, itu pun dengan catatan jika pemulihan dilakukan secara berkelanjutan dan teratur. Apalagi jika pemulihan luka hati itu hanya diawalnya saja.
Jadi kalau dibahasakan dalam kalimat sederhananya :
Kisruh Papua ini akibat dari berbagai macam tindakan rasis, represif dan ketidak adilah dari berbagai pihak kepada Orang Asli Papua.
Sehingga mengakibatkan luka hati yang teramat sangat dalam, membekas dan diturunkan dari generasi ke generasi tanpa ada usaha sognifikan dan berkelanjutan untuk mengobati luka hati tersebut.
Mungkin diperkirakan pemulihan luka hati ini tidak cukup hanya 1 sampai 2 generasi saja mengingat kompleksitas masalah Papua ini. Bagaimana hasil kekayaan alam mereka dikeruk habis-habisan oleh tamu lalu yang menikmati hasilnya justru masyarakat lainnya yang ada di Pulau Jawa. Bagaimana pembangunan di Pulau Jawa sangat maju berbanding terbalik dengan keadaan di Papua. Padahal itu HAK mereka, karena itu hasil kekayaan alam ditanah Papua.
Barusan saja, ketika saya sedang menyiapkan tulisan ini seorang kawan Papua saya mengundurkan diri sebagai salah satu performer di acara Konser Cinta Untuk Negeri, Demi Anak Generasi.
Sejak awal saya bertemu dia, kami berdialog tentang apa sebenarnya yang terjadi di Papua, saya sudah melihat dia seperti ada tekanan, ketakutan.
Dan saya coba meyakinkan dia bahwa kita justru keluar membawa misi perdamaian untuk meyakinkan saudara” kita di Papua sana bahwa kita baik-baik saja, semua baik-baik saja.
Tetapi usaha saya hanya bisa bertahan sampai hari ini. Dia memang mengatakan bahwa penyebabnya adalah kesibukannya, tetapi walaupun alasannya karena sibuk saya sangat yakin sekali dia sangat memikirkan tentang keamanan, keselamatan dan rasa persaudaraan dengan saudara-saudaranya sesama orang asli Papua.
Itulah kenapa saya seringkali bilang betapa kasihannya seorang Jokowi,
Karena di salah satu What App Group yang saya ikuti, saya seringkali harus memberikan penjelasan, himbauan, ajakan, supaya mereka tidak sembarang mengatakan segala sesuatu tentang kisruh Papua, memvonis Jokowi lemah, menjudge Jokowi takut kepada ormas Preman, KKB, FPI, OPM dll…
Kalau saya harus jujur,
Andaikata Jokowi memerintahkan atau memberi komando kepada TNI-POLRI untuk bereaksi secara represif, main tembak ditempat, basmi semua yang menyindir pemerintah, maka yang terjadi justru ribut dikalangan bawah, kekacauan di masyarakat dan bentrok horisontal. Sesuatu yang selama ini diharapkan para lawan Jokowi tetapi tidak sampai terjadi. Betapa besarnya pengorbanan seorang Jokowi dibully bahkan sampai keluarganya, bukan hanya oleh pendukung lawannya tapi oleh relawannya sendiri.
Kalau sampai yang terjadi adalah rusuh nasional, keadaan kacau balau.
Lalu pernahkah terlintas dipikiran para relawan itu;
“orang miskin atau rakyat jelata seperti saya ini berlindungnya kemana ?
kepada siapa ?
Polisi ? Sementara mereka sendiri harus menjaga keamanan negara, objek vital, Gedung Pemerintahan dan fasilitas umum lainnya ?
Maka seringkali saya tidak meladeni mereka yang kalau nyinyir-nya ahli, yang pandai mengeluh dan mengeluh tentang Pemerintah, tetapi tidak membantu dengan memberikan solusinya.
Jikalau kita semua mau negeri ini lebih baik ya mari bantu Jokowi, beri solusi kepada Jokowi. Kalau cuma nyinyir dan membully saja, lawan Jokowi pun sudah ahli bin khatam dalam hal pernyinyiran dan perbullyan.
Terus apakah itu berarti relawan Jokowi tidak boleh kritik ? Tidak boleh protes ? Boleh dan harus ! Jokowi perlu dikritik !
Sebagai kontrol sosial yang baik untuk mengawasi jalannya Pemerintahan.
Itulah, kenapa saya selalu bilang terus-menerus CERDAS – KRITIS – BIJAK.
Sampaikan kritik dengan cara yang bijak, jangan sampai tujuan kritik kita justru berbalik melemahkan posisi Jokowi.
Jangan sampai sudah suasana sedang panas, Pemerintah sedang melakukan cooling down tapi yang mereka yang ngakunya relawan Jokowi malah unjuk diri atau adu lomba nyinyir semata.
Sebagai penutup saya ingin terus mengajak kepada semua rakyat waras yang mencintai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI Harga Mati, dengan ajakan ini:
Mari bantu Pemerintah mendinginkan suasana dan menciptakan stabilitas keamanan
Dengan saling menahan diri dari emosi dan menggunakan media sosial dengan lebih bijak lagi, silahkan berbagi postingan yang positif dan menyejukkan…
Salam Cerdas, Kritis, Bijak…