Sebelum menjelaskan lebih jauh, Penulis ingin menjelaskan kenapa analogi yang dipergunakan adalah Keluarga untuk menjelaskan Kabinet “INDONESIA MAJU” Zaman Now. Keluarga adalah satuan Unit masyarakat yang paling dasar dan paling sederhana untuk dijabarkan, itu terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak anak, kita bisa kembangkan sedikit lebih komplek tentunya menjadi ke kemunculan Kakek, Nenek, Adik/Kakak Ipar, Paman/Bibi dan Keponakan. Kita semua disini bisa mengklarifikasikan Keluarga menjadi 2 alur cerita didalam masyarakat sehari hari dan itu Faktual. Yang pertama adalah Keluarga Cemara dan Keluarga Imajiner Mega Kreasi Film, dua duanya itu alur kisah Fiksi/Non Fiksi, disebut Fiksi karena memang faktanya tokoh kisah keluarga ini diisi oleh aktor dan aktris yang punya nama di bidangnya. Apa yang membedakan?
Keluarga Cemara adalah Keluarga sederhana yang sanggup bersatu dan melekat satu sama lain dalam roda kehidupan yang ganas sementara mereka tetap hidup sederhana walaupun badai dan cobaan menerpa hidup mereka, Masalah mereka hadapi secara Bersama sama dan punya visi misi yang sama. Ending keluarga cemara adalah Happy Ending, keluarga tetap bersatu dalam cinta dan hubungan semakin kuat dan harmonis.
Keluarga karya Production House Mega Kreasi Film, ini keluarga sederhana juga dan dihadapkan pada masalah dan konflik pada masyarakat, tapi endingnya selalu saja hancur dan bagian keluarga berantakan dan tidak keruan, Suami nikah lagi sama perempuan lain, Istri selingkuh sama laki laki lain, Anak jadi Pelacur, Anak jatuh ke Narkoba, istri / suami meninggal karena kena penyakit, macam macamlah tapi endingnya selalu saja Bad ending.
Negara adalah susunan unit keluarga dalam versi besar. Kabinet Negara adalah Orang tua dimana diisi oleh Kepala Negara dan wakilnya yang berperan sebagai “Ayah/Ibu” dalam “Keluarga besar” Negara dan Kabinet sebagai “Ibu/Ayah”. Masyarakat adalah Analogi anak anak dalam Keluarga besar suatu Negara. Kabinet dan Presiden serta wakilnya direkatkan dalam “suatu Pernikahan” setelah melewati fase Pengucapan “Janji Pernikahan” yang disebutkan saat Kampanye Kemenangan dan saat Pidato Pelantikan, dan satu lagi diucapkan lagi saat Pembentukan Kabinet.
Sebagai seorang “Orang tua”, Negara dan Kabinet haruslah menjalankan struktur yang adil dan transparan kepada masyarakat sebagai “Anak anaknya”, ini yang disebut Pendidikan Politik dan Sosial. Yang benar harus dipuji, Yang salah harus dihukum, anak bungsu dan anak sulung harus punya hak yang sama dan setara. Dalam masyarakat, ini dibuktikan dalam kehidupan beragama dan kehidupan berkarir. Ya kita punya hak untuk memilih apa agama kita dan kemana kita mau membawa kehidupan kita masing masing. Seperti dalam keluarga, dimana anak Bungsu tidak boleh memaksakan agar anak Sulung menyukai Bubur ayam atau Anak sulung memaksakan adiknya untuk membeli Buku tulis sementara adiknya ingin membeli mainan, masyarakat sebagai “Anak” dari Kabinet dan Negara selaku “Orang tua” juga ingin memilih sendiri apakah mereka beragama islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu dan Kepercayaan tertentu selama tidak saling memaksakan kehendak dan menghina satu sama lain. Masyarakat berhak membangun Gereja, Mesjid, Kelenteng, Pura, Tempat ibadah selama syarat pembangunan terpenuhi tanpa diganggu gugat dengan alasan tidak boleh beribadah karena tidak sesuai ajaran agama ini itu, Masyarakat berhak memilih membangun Bisnis onlinekah, kerja sebagai buruhkah, bikin sendiri bisnis kulinerlah, kerja dibalik Meja dan ruangan berAC kah dan lainnya tentunya dalam suasana yang kondusif, tidak mengancam dan aman.
Sekarang pertanyaannya Penulis serahkan kepada Pemerintah sebagai “orang tua” kami dan kami adalah “Anak anak”mu.
Apakah Kalian akan berfungsi sebagai “Orang tua” dalam serial Keluarga Cemara? Siap melindungi kami anak anakmu dari segala masalah, menghormati hak kami dalam kehidupan beragama maupun hidup sehari hari. Menjadi seorang “Ayah” yang berjuang meningkatkan taraf kehidupan atau menjadi seorang “Ibu” yang memberikan Pendidikan dan kasih sayang?
Dalam hal kenegaraan, Pemimpin Negara dalam analogi harus memberikan kebebasan kepada kami menjalankan ibadah kami masing masing dan sanggup menumpas segala macam rongrongan yang mengancam ideologi negara dan Agama kepercayaan tiap warga yang beraneka ragam agama dan kepercayannya.
Ataukah menjadi “Orang tua” dalam serial Mega Kreasi Film? Yang selalu dipenuhi oleh konflik rumah tangga? Anak jugalah yang menjadi korban. Dalam hal ini, Pemerintah negara maksudnya menjadi Loyo dan lemah terhadap ancaman ideologi dan kebudayaan dan kehidupan beragama masyarakatnya.
Kami adalah anak anak bangsa, kalian adalah Pemimpin Kabinet INDONESIA MAJU yang menjadi Orang tua kami. Di tangan kalianlah, Anak anakmu ini nasibnya, apakah akan dibentuk menjadi Manusia Indonesia yang benar benar maju atau menjadi Manusia dibawah ancaman atas nama agama dan kami hidup dalam ketakutan, kengerian dan benci satu sama lain.
Tulisan ini Penulis tujukan kepada Kementerian Agama yang mencoba sedang melakukan atraksi Stand Up Comedy, Kenapa? Karena kemarin berlaku seperti Superman yang trangginas melawan intoleransi dan berteriak dan mengaku sebagai Menteri Agama NKRI bukan Menteri Agama islam karena Indonesia terdiri dari 6 agama resmi, kenapa sekarang jadi seakan akan mencoba melindungi ormas agama yang selama ini mengancam kehidupan beragama di Indonesia dan terlihat Menteri Agama jadi galau sama kata katanya sendiri.