Jokowi, antara Ilmu Sun Tzu dan Perang Mempertahankan NKRI.
Apa yang terjadi belakangan ini di berbagai belahan wilayah Indonesia adalah wajah sesungguhnya dari kenyataan yang terjadi di Indonesia saat ini. Tidak bisa tidak ini adalah andil dari pembiaran yang selama ini terjadi tanpa penanganan dan perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Miris memang jika melihat kenyataan yang terjadi di berbagai instansi dan kelbagaan saat ini.
Harus diakui memang masih banyak segmen yg harus “dibersihkan” di berbagai instansi. Dari loyalis individu tertentu, barisan sakit hati atas kebijakan Jokowi, sampai hidden agenda terkait dasar negara…
Segmen yang berbeda, sangat berbeda latar belakang dan tujuannya.
Hanya mereka diSATUkan oleh kepentingan yang sama, musuh yang sama.
“Jokowi itu adalah Public Enemy” buat mereka.”
Jokowi menjadi kunci untuk berbagai kepentingan dan tujuan mereka dan atau kelompoknya.
Setelah berbagai cara dilakukan, berbagai strategi sudah dijalankan, berbagai pintu masuk sudah dicoba, berbagai macam panggung dan moment diciptakan dan semua berujung kepada satu hal “kegagalan” maka mereka kini berganti baju lagi.
Strategy dijalankan dengan lebih terkoordinasi, bukan lagi maju sendiri-sendiri tetapi bersama-sama atau berkelanjutan dari berbagai macam penjuru, berganti-ganti cara, berganti-ganti tokoh dan modelnya.
Pada akhirnya mereka tahu pasti bahwa orang tulus-ikhlas seperti Jokowi hanya bisa jatuh karena kesalahannya sendiri dan kehendak Tuhan.
Apa yang dialami Sang Sahabat memberi pelajaran teramat sangat nyata dan berharga.
Seorang Tulus, Ikhlas, Pemberani, Kapasitas-Kualitas mumpuni seperti Ahok, jatuh karena kesalahannya sendiri, bukan karena serangan bergelombang Sumber Waras, Badai Fitnah Reklamasi dll…
Dalam ilmu perang sepertinya hampir semua mengenal nama Sun Tzu, seperti bagaimana strategi perang Sun Tzu yang bisa relevan dalam berbagai sektor kehidupan. Sebagai “cucu” dari Sun Tzu, maka Ahok jelas terbukti kurang bijak, kurang luwes mempraktekkan ajaran dari leluhurnya. Bagaimana menerima serangan musuh, mengolahnya lalu mengembalikan serangan itu sambil ditambahkan tenaga miliknya sendiri. Dan Ahok tidak melakukan itu dengan baik.
Ahok terlalu kaku, saklek mempraktekkan KETEGASAN KEBERANIAN dan hasilnya semua melihat apa yang dialami Ahok. Dan Jokowi tentu amat sangat banyak mengambil pelajaran berharga dari apa yang dialami Sang Sahabat.
Rasanya baru kali ini Indonesia memiliki seorang Pemimpin yang fasih, lihay dan luwes memainkan strategi ilmu perang Sun Tzu.
Jokowi yang seorang SOLO MAN dengan latar belakang adat budayanya, pengalaman Jokowi sebagai seorang pengusaha furniture yang berpuluh tahun bersilaturahmi dan berniaga dengan banyak pihak termasuk dari negara lahirnya Sun Tzu menjadi kombinasi yang sangat mendukung, dan membuat Jokowi bisa “BERPERANG” dengan sangat baik, walau seringkali dianggap lemah, kurang tegas dan lain-lain bahkan bukan hanya oleh musuh politiknya tetapi yang menyakitkan justru itu datang dari pendukungnya sendiri yang mengaku militan kepadanya.
Sayang andai mereka mau berpikir cerdas, bersikap kritis tetapi bertindak bijak maka mereka akan menyadari seperti apa “perang yang harus dan sedang dihadapi Jokowi” sambil tetap memimpin negeri ini dan menjaga stabilitas keamanannya.
Seringkali sebagai rakyat waras tentu wajar kalau kita gemas, geregetan melihat kenapa ormas pembela Tuhan dan spesies sejenisnya tidak dihabisi saja, mengapa masalah Papua seperti tidak segera diselesaikan dll.
Tetapi saya ingatkan kembali disini:
“kalau selangkah saja, seandainya satu-dua kata saja keluar dari mulut seorang Jokowi dan itu salah, makan akan menjadi blunder nasional, maka Indonesialah yang harus menanggung akibatnya.
Ingat kasus Ahok di 2017, hanya 1-2 kata saja yang keluar dari mulutnya dan DKI Jakarta harus menanggung akibatnya. Rakyat waras, bernalar cerdas, pasti akan mengakui bahwa sesungguh-sungguhnya yang dihukum Allah bukanlah seorang Ahok yang harus mendekam sekira 2 tahun didalam penjara, tetapi DKI Jakarta-lah yang sedang menanggung hukuman, harus menerima kenyataan dua tahun tanpa kejelasan arah pembangunan, 2 tahun sudah APBD berhamburan untuk sebuah kemajuan kota dan warga yang sebatas ditataran wacana belaka dan retorika kata.
Jika sudah demikian siapa yang sesungguhnya dihukum Allah ?
Sekali lagi Jokowi tentu sudah belajar amat sangat banyak dari kasus yang menimpa sahabat sejatinya.
Itulah mengapa seorang Jokowi tidak bermain kayu atau membakar api dendam ditubuh instansi pemerintahan sekalipun tahu ada banyak simpatisan HTI disana, tidak bermain kayu ketika mendapati para pembantunya lebih memilih berseberangan kebijakan dengannya, bahkan berlawanan kebijakan antara pusat dan daerah.
Ada banyak nama dan terlalu banyak data intelijen kalau Jokowi mau gunakan itu sebagai cara untuk menghilangkan kekuatan lawan politiknya, mengamputasi power politic mereka yang berseberangan dengannya demi melanggengkan kekuasaannya sendiri.
Tetapi kita semua melihat, apa yang dilakukan Jokowi kepada Jakarta kini, yang arah kebijakannya jelas bukan hanya tidak sejalan tetapi cenderung berlawanan bahkan terkadang terkesan melawan kebijakan pusat ?
Tetapi mari kita berpikir kritis, bersikap kritis dan bertindak bijak.
Kita tidak lebih mengerti dari pada para penasehat Jokowi, tidak lebih pandai dari Staff Ahli Jokowi.
Saya pribadi memilih terus menguatkan kepercayaan saya kepada Jokowi, bahwa ia yang direstui Allah untuk memimpin negeri ini, dan bahwa Allah jugalah yang akan memampukannya melewati masalah dan tantangan negeri ini kedepannya.
Bagian saya dan seluruh rakyat waras lainnya adalah mendukung dan membantu Jokowi dengan terus mempercayainya, mengkritisi kebijakannya serta memberikan solusi untuknya yang seringkali justru mendapatkan solusinya ketia dia blusukan bertemu majikannya, ya majikan Jokowi, rakyat jelata karwna untuk merekalah Jokowi mengabdikan dirinya.
Untuk rakyat jelata-lah Jokowi merelakan dirinya, orang tua, anak, cucu dan keluarganya dihujani hinaan dan fitnah murahan.
Mari bersama bergandeng tangan, satukan kepercayaan kita bahwa Jokowi akan mampu mengatasi semua ini, satu per satu masalah akan dilewati bersama rakyatnya, dan bersama rakyatnya pula Jokowi akan menyongsong Indonesia baru yang lebih maju seperti katanya pada dihadapan ratusan ribu pendukungnya di Gelora Bung Karno April kemarin.
Jangan terpancing nasehat semu yang sepertinya benar, jangan terpesona kritik palsu yang terlihat sepertinya benar,
Berpikirlah cerdas,
bersikaplah kritis,
Bertindaklah bijak,
Jangan pernah rela Jokowi dipisahkan dari rakyatnya, dari relawan pendukungnya yang berjuang tanpa mengejar kursi jabatan walau berpeluh keringat dijalanan
Yang rela keluar uang, tenaga, pikiran demi seorang Jokowi memimpin kembali negeri ini.
Ingat Indonesia kita sedang diintai banyak pihak, ada khilafah diujung Timur Tengah sana, ada Kapitalis yang sok Demokratis diujung barat sana, belum lagi para penjahat rakyat yang masih bertebaran dibanyak instansi pemerintahan.
Ah saya terlupa ada yang sedang hamil tua ingin segera melahirkan “generasi baru-nya” tetapi lagi-lagi harus menunda kelahirannya karena si Tukang Kayu itu kembali dikehendaki Allah dan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali negeri ini.
Mari bersamaku,
Bersama kita lewati hujan masalah dan badai kepentingan dari Aceh hingga Papua,
Dari Timur Tengah hingga ke Barat sana…
Dengan membulatkan tekad, menguatkan niat
NKRI HARGA MATI
PANCASILA SELAMANYA
BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DARMA MANGRWA
Bukan demi Jokowi
Tapi demi anak generasi !
Samuel Tanujaya
Demi Anak Generasi