Indovoices.com- Saya menonton video pidato anda di Sigapiton 2 hari lalu. Mendengar pidato anda yang mengatakan orang Batak cerdaslah, jangan hanya berantam kalian, buka-buka baju kalian disini, buka baju kalau ada gunanya, sudah tua lagi. Pidato anda diikuti tertawa hadirin. Kemudian, anda lanjutkan dengan mengatakan jangan mau dibodoh-bodohi, saya tau siapa yang provokasi kalian.
Sedih, miris, luka mendengar video pidato anda. Ketika kejadian aksi buka baju iitu, saya ada di Siborongborong. Melihat berita itu di medsos, saya langsung ketempat kejadian untuk mengetahui mengapa sampai buka baju.
Saya kesana hanya diam dan melihat-lihat mereka. Mencoba memahami apa yang terjadi. Saya mendengar, besoknya tepatnya hari Jumat tanggal 13 September 2019 akan ada aksi lagi.
Pagi hari di hari Jumat, pukul 7.00 WIB saya sudah di Sigapiton dari Balige. Masyarakat Sigapiton berdoa dan bernyanyi lagu rohani. Ketika berdoa dan menyanyi mereka menangis. Sangat menyedihkan. Saya sangat sedih melihat mereka menangis.
Menjelang siang, mereka menceritakan mengapa mereka sampai buka baju. Tengah hari tepatnya makan siang, pamong praja, polisi, escapator bergerak dan terjadilan bentrokan. Polisi begitu beringas mendorong masyarakat Sigapiton yang diikuti escapator. Benturan fisik polisi, pamong praja dengan masyarakat Sigapiton. Benturan yang mengerikan. Penduduk Sigapiton cukup banyak yamg berusia diatas 70 tahun seperti anda. Bahkan ada yang 85 tahun ikut melawan. Semoga anda bisa bayangkan sakitnya masyarakat Sigapiton ketika itu.
Melihat kejadian beringas polisi itu, saya menjadi paham mengapa mereka sampai buka baju. Mereka sudah tua seperti yang anda katakan. Mereka sudah tidak kuat melawan polisi yang beringas dan pamong praja yang juga kasar. Mereka buka baju supaya polisi menjauh. Sangat jelas tujuan buka baju. Buka baju itu spontan.
Karena itulah, saya sangat miris, sedih, terluka mendengar video pidato anda yang kesannya mengolok buka baju yang dilakukan ibu-ibu Sigapiton. Saya kira anda selaku Menkomaritim digaji negara ketika pidato dan mungkin yang tertawa itu juga dalam kondisi digaji negara. Anda digaji negara untuk melayani rakyat bukan untuk pidato yang menyakitkan itu.
Ingatlah, mereka itu perempuan yang beradab. Mereka itu buka baju karena sebuah cita cita akan tanah leluhurnya. Di atas tanah leluhurnya itulah anda membuat lelucon yang menyakitkan.
Saya selaku putra Batak dan warga negara Indonesia, sikap saya dengan buka baju itu adalah berusaha memulihkan mereka. Saya datangi mereka. Tujuannya agar merrka pulih dan kuat untuk memperjuangkan keyakinannya akan cita cita mereka. Mereka memiliki cita-cita.
Menyoal tuduhan anda provokasi dari luar Sigapiton, perlu direnungkan. Sepetahuan saya orang-oramg di luar Sigapiton yang peduli niatnya baik. Saya tidak melihat sedikitpun orang diluar Sigapiton yang peduli niatnya tidak baik. Mereka ada yang mengirim surat ke Presiden. Mereka bertindak dengan hormat keada konstitusi.
Terkait dengan pidato anda yang mengatakan agar datang kepada saya perlu dipahami. Anda katakan bahwa saya pasti kasih solusi. Hidup berbangsa dan bernegara bukan soal anda. Tetapi soal kepastian hukum. Anda manusia biasa. Rakyat Sigapiton tidak butuh jaminan anda. Mereka butuh jaminan negara. Bedakan kepastian anda pribadi dan kepastian hukum.
Itulah sebabnya harus tertulis di dokumen lingkungan. Mereka butuh kepastian secara terinci secara hukum. Sayangnya, dokumen lingkungan sulit diakses. Padahal regulasi kita sudah mengatur Sistem keterbukaan informasi publik. Dokumen lingkungan ditulis harus diikuti publik secara terbuka. Ketidak terbukaan ini pulalah awal dari konflik itu. Kiranya kita menguatkan rakyat Sigapiton dan cita cita mereka tercapai di negeri demokrasi yang kita cintai ini.
Gurgur Manurung
Tangerang.