Indovoices.com- Suasana kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tampak berbeda pada Hari Batik Nasional ke-10. Beragam corak batik menghiasi berbagai sudut kantor pemerintah di bilangan Senayan Jakarta ini. Tampilan unik ini sebagainupaya untuk memberikan pesan kepada masyarakat agar bangga menggunakan batik Indonesia.
“Tugas kita melestarikan, mengembangkan, dan mendarahdagingkan atau menanamkan rasa bangga terhadap batik Indonesia,” disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, pada malam peringatan Dasawarsa Batik Sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, di halaman kantor Kemendikbud.
Mendikbud juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap batik Indonesia yang saat ini sudah menjadi milik dunia yang terdaftar sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO.
“Generasi muda Indonesia harus berbangga dengan peninggalan leluhur yang luar biasa ini. Menjadi tugas kita untuk melestarikan, mengembangkan, dan menanamkan rasa bangga berbusana batik. Jangan sampai nanti batik kekayaan bangsa kita justru negara lain yang ambil alih,” ujar Mendikbud.
Masa depan perekenomian dunia, kata Mendikbud, akan ditentukan oleh industri kreatif, karena sifatnya eksklusif dan tidak diproduksi secara berulang sehingga menjadi andalan kita ke depan. “Kita sangat kaya dengan sumber dasar (industri kreatif) yaitu budaya kita,” tuturnya.
Mendikbud mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia agar terus memberikan dukungan terhadap produksi batik dalam negeri, yang mempunyai filosofi tersendiri dalam pembuatannya. “Terutama adalah batik yang ditulis, bukan batik yang dicetak. Untuk yang dicetak itu namanya motif batik, kita harus bisa membedakan. Setiap batik harus beda dengan yang lain karena itu adalah kerajinan tangan,” jelas Mendikbud.
Sementara itu, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Nadjamuddin Ramly mengemukakan, perayaan satu dasawarsa batik dikemas dalam bentuk drama musikal. “Itu dilakukan supaya pesan moral yang ingin disampaikan kepada generasi muda lebih mengena. Drama ini menjelaskan bagaimana kondisi batik saat ini,” terangnya.
Nadjamuddin berharap, peringatan Dasawarsa Batik sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih mencintai batik Indonesia ditengah semakin maraknya penjualan batik cap yang diproduksi di luar negeri. “Persaingan ekonomi di mana banyaknya batik cap atau di-print yang masuk dari luar negeri juga berakibat pada menurunnya penjualan batik cap dan batik tulis buatan lokal di pasaran dalam negeri. Semoga apa yang kita suguhkan malam ini dapat menggugah kesadaran kita untuk lebih mencintai batik Indonesia,” harapnya.
Filosofi nilai luhur batik merupakan pusaka bangsa Indonesia yang turun-temurun. Saat ini telah menjadi salah satu budaya pemersatu pendukung falsafah negara Bhineka Tunggal Ika untuk menciptakan perdamaian di tengah-tengah pluralitas bangsa Indonesia. Batik adalah perwujudan produk Indonesia yang mengusung nilai-nilai perdamaian di tengah-tengah pluralitas masyarakat dunia.
“Sepuluh tahun pengakuan UNESCO untuk batik Indonesia, kita harus terus maju. Indonesia melesatkan batik, Indonesia memandirikan batik di masyarakat, Indonesia mememperkuat perdamaian dan menjadikan batik sebagai nation branding of Indonesia,” pesan Mendikbud. (jpp)