Indovoices.com- Perkembangan teknologi informasi (IT) menjadi perhatian banyak pihak, tidak terkecuali Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Balitbang dan Diklat Kemenag. Merespons perkembangan teknologi pembelajaran, Puslitbang Penda mengembangkan metode pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis IT untuk Madrasah Aliyah.
Langkah awal yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah menyusun pedoman pembelajaran PAI berbasis IT. Kepala Puslitbang Penda Amsal Bakhtiar mengatakan, hadirnya teknologi informasi mempermudah penyampaian materi pelajaran agama Islam di sekolah. Dalam konteks ini, guru tidak boleh gagap teknologi.
Menurut Amsal, akses informasi saat ini demikian terbuka. Para siswa bisa menjadikan internet untuk menggali beragam informasi. Kondisi ini harus bisa direspons dengan baik oleh guru agar bisa menghadirkan pembelajaran PAI yang inovatif.
“Nah, jangan sampai bapak ibu guru ketinggalan informasi ketika mengajar Sejarah. Misalnya, murid bisa mencari makam Ibnu Khaldun di Tunisia. Bahkan, kuburannya pun bisa dilihat pakai tiga atau empat dimensi,” paparnya di Tengerang, Rabu (02/10).
Tiga Kali FGD
Kabid Litbang RA dan Madrasah Puslitbang Penda Hj Alfinar Aziz mengatakan, draft panduan yang akan dibahas sudah dipersiapkan melalui beberapa tahap. “Tiga kali Focus Group Discussion (FGD) pada tahap persiapan. Lalu, tahap verifikasi dengan melibatkan para guru dan pengawas PAI di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya,” katanya.
Workshop dikemas dalam bentuk sidang komisi agar lebih fokus. Ada tiga narasumber yang dihadirkan, Dr Baiq Hana Susanti dan M Arif Hadiwinata (UIN Jakarta), serta Dr Taufiqurrahman dari UIN Malang. Hasil sidang komisi kemudian dibahas bersama dalam sidang pleno sehingga draft yang dihasilkan menjadi bahan yang siap digunakan bersama.
Alfinar berharap, para peserta memberikan masukan dan koreksi untuk perbaikan pedoman pembelajaran PAI berbasis IT. “Kami mohon, bapak ibu sekalian memberi kritikan konstruktif atas panduan ini,” harap Alfinar.
Kepala Kantor Kemenag Kota Malang H Muhtar Hazawawi turut hadir dalam pembukaan lokakarya tersebut. Pihaknya sangat gembira atas dipilihnya Kota Malang sebagai lokasi kegiatan. “Jadi, meski Malang namanya, tapi mujur nasibnya,” ujar Muhtar saat memberi sambutan.
Kegiatan ini mengundang 56 guru MA se-Malang Raya terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Blitar, dan Pasuruan. Workshop dijadwalkan tiga hari, Rabu-Jumat, 2-4 Oktober 2019 di Klojen Malang. (jpp)