Indovoices.com-“Solusi untuk meadamkan karhutla (kebakan hutan dan lahan) harus permanen. Juga me,butuhkan kerja sama dari berbagai pihak. tak ada yang mampu mengatasinya sendirian,” demikian tegas Doni Monardo, Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dalam acara diskusi media FMB 9 dengan topik “Antisipasi Karhutla Berlanjut” di Graha BNPB di Jakarta.
Doni menyebutkan selama 2019 sudah 328.724 hektare lahan amblas karena karhutla atau kebakaran hutan dan lahan. Sekitar 27 persennya atau 86.563 hektare adalah lahan gambut.
Dia menjelaskan untuk Sumatera Selatan hingga saat ini sudah tercatat 60.123 hektare menjadi korban karhutla. Tapi dia optimistis jumlah titik api dan kebakaran akan berkurang seiring dengan mulai turun hujan di beberapa daerah rawan Karhutla.
“Hujannya sudah turun di Jambi dan menyebar luas hingga ke Sumsel ini. Berdasarkan data BNPB, hujan terjadi di 10 kabupaten/kota di Sumatera Selatan, 11 kabupaten di Riau, 6 kabupaten di Kalimantan Selatan, 1 kota di Kalimantan Tengah, 7 kabupaten di Jambi, 11 kabupaten di Kalimantan Barat,” paparnya.
Hujan yang terjadi dalam beberapa hari ini tidak lepas dari peran teknik modifikasi cuaca (TMC) oleh Mabes TNI dengan 4 armada, yakni 1 hercules, 1 unit CN 295 dan 2 unit Casa 212.
Kemarin siang hingga sore, Kota Palembang dan sebagian kota-kota lainnya di Sumatera Selatan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Tidak hanya hujan akan tetapi pada daerah tertentu, disertai dengan angin kencang dan petir. Sebelumnya beberapa daerah yang kering tanpa hujan lebih dari 60 hari, di antaranya di Jambi dan sekitarnya. Akibat karhutla di Jambi asapnya menyebar hingga masuk ke wilayah Riau. Menurutnya, asap berkumpul menyeberang ke Selat Malaka dan mungkin ke negara tetangga.
BNPB juga memadamkan api karhutla dengan melakukan pengboman air menggunakan 49 helicopter. Untuk di Sumsel adalah jumlah unit terbanyak yakni 9 helikopter, yakni 7 untuk waterbombing dan 2 untuk patroli. “Upaya TMC ini belum berakhir, kita masih berjuang hingga pertengahan Oktober,” tukasnya.
Pemadaman karhutla di wilayah Indonesia yang berlahan gambut memang berbeda dengan karhutla di negara lain. Menurut Doni, ada lahan gambut yang memiliki bara api hingga 7 meter. Bahkan ada yang kedalaman yang masih mengandung bara hingga 20 meter. Dengan keadaan ini maka masalah karhutla jadi masalah permanen.”Karena itu perlu solusi secara permanen dan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak.Tak ada yang mampu bekerja sendirian,” tegasnya.
Hadir pula sebagai narasumber lain yaitu R. Mulyono. R. Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Rafles B Panjaitan, Plt Direktur Pengendalian Perubahan Iklim KLHK,Yudi Anantasena, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, dan Dr. Didy Wurjanto selaku Kepala Kelompok Kerja Perencanaan Anggaran dan Hukum BRG (Badan Restorasi Gambut). (jpp)