Indovoices.com- Komitmen Indonesia dan Iran dalam memperkuat kolaborasi menuju status kesehatan yang lebih baik di kedua negara, serta peningkatan status kesehatan secara luas dibuktikan melalui Forum Indonesia-Iran Health Business Forum (HBF) yang digelar di Jakarta.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Engko Sosialine Magdalene, mengatakan Nota Kesepahaman Bidang Kesehatan antara pemerintah Republik Indonesia dan Republik Islam Iran telah diteken di Astana, Kazakhstan, 26 Oktober 2018, lalu setahun kemudian, Plan of Action sebagai implementasi dari Nota Kesepahaman juga ditandatangani kedua belah pihak di Jenewa, Swiss, 21 Mei 2019.
Pernyataan itu Dirjen Engko disampaikan dalam Forum Indonesia-Iran Health Business Forum (HBF), Selasa (03/09/2019). Adapun Nota Kesepahaman Bidang Kesehatan Indonesia-Iran memiliki tujuh area kerja sama, antara lain: 1) Health services, 2) Pharmaceutical products and medical devices, 3) Health research and development, 4) Universal Health Coverage, 5) Prevention and control of communicable and non-communicable diseases, 6) Traditional medicine, dan 7) Heath emergency response and disaster management.
Forum HBF tersebut diharapkan dapat menghasilkan informasi dan memfasilitasi pemangku kepentingan untuk kolaborasi lebih lanjut di masa depan, serta memperkuat kolaborasi yang telah ada.
“Dengan HBF, dapat meningkatkan kolaborasi, kemitraan bisnis dan inisiatif bersama antara Indonesia dan Iran di bidang inovasi nanoteknologi, kefarmasian dan alat kesehatan,” ucap Dirjen Engko.
Turut hadir dalam forum bisnis ini sejumlah produsen farmasi dan industri alat kesehatan, antara lain: PT Bio Farma, PT Kalbe, Dexa Medica, PT Indo Farma, PT Enseval Medika Farma, PT Kimia Farma, PT Phapros, Committee of Stem Cell Development and Tissue Engineering dan RSCM. Mewakili perusahaan farmasi dan alat kesehatan Iran, antara lain: INIC, Exir Nano Sina, Nano Daro Pajouhan Pardis, Avicenna, Persis Gen par, Danesh Pharmaceutical Development Co., Baran Chemical and Pharmaceutical, Biosun Pharmed Co., Parto Negar Persia (PNP), dan Parseh Intelligent Surgical System Co. (Parsiss). Asosiasi GP Farmasi dan ASPAKI turut berpartisipasi sebagai moderator dalam forum.
Pada kesempatan itu, delegasi Iran sempat mengunjungi fasilitas stem sel dan institusi kanker di PT Kalbe Farma serta fasilitas stem sel di RS dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Dari hasil kunjungan tersebut, Indonesia dan Iran berhasil menemukan peluang potensial kerja sama saling menguntungkan, seperti joint venture, joint research, joint meeting, joint production, joint brands bagi health advanced technology di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Iran Nanotechnology Innovation Council (INIC), Prof Saeed Sakar meyakinkan pihak Indonesia bahwa tidak ada sanksi embargo dari internasional bagi sektor kesehatan, sehingga Iran dan Indonesia dapat bekerjasama secara penuh.
“Tidak ada hambatan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan Iran. Iran sangat menyambut hangat Kemenkes untuk bertemu lagi di Teheran, Iran, termasuk dengan industri kefarmasian dan alat kesehatan dalam forum bisnis,” katanya.
Melalui forum HBF, Saeed Sakar mengungkapkan pengalaman mengenai perkembangan nanoteknologi di Iran untuk memperluas kegiatan bersama antara Indonesia dan Iran. Indonesia telah memiliki pengembangan nanoteknologi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan, seperti pengobatan nanoteknologi untuk kanker, dan pengembangan nanoteknologi herbal medicine.
Nanoteknologi banyak berperan dalam dunia kesehatan dan memengaruhi kehidupan manusia, seperti meningkatkan kemampuan produk, farmasi, alat kesehatan, kosmetik, dan lainnya. Perkembangan nanoteknologi sektor kesehatan di Iran. Perkembangan nanoteknologi pada sektor kesehatan menghasilkan produk baru, diagnostik lebih cepat dan efektif, pengobatan, dan farmasi.
Instrumen based nanotechnology bagi pengobatan kanker, seperti bedah kanker dan kanker payudara. Prosedur kanker dengan mengambil jaringan khusus dan hasilnya sampel beku (frozen technology). Dengan bedah kanker biasa, 30% ketinggalan jaringan malign, namun dengan nanoteknologi hanya 3% eror jaringan malign yang tertinggal sehingga 97% dikatakan berhasil sehingga nanoteknologi sangat bermanfaat.
Forum Bisnis Kesehatan berhasil mempertemukan Industri Kefarmasian dan Alat Kesehatan Indonesia dan Iran. Para industri saling berbagi pengalaman, profil dan usulan kerja sama. Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek direncanakan akan melakukan kunjungan resmi ke Teheran, Iran pada 16-17 September 2019.
Kunjungan resmi merupakan wujud komitmen kerja sama Indonesia dan Iran, dan diharapkan para industri dalam negeri yang akan turut ikut dalam rombongan Kemenkes RI dapat lebih mematangkan kerja sama dengan Iran Nanotechnology Innovation Council.(jpp)