Bagi warga Jakarta ada yang spesial di perayaan Hari Kemerdekaan RI yang ke 74 yang akan digelas besok. Kalau biasanya upacara peringatan detik-detik proklamasi diadakan di lapangan Monas, maka tahun ini akan digelar di pulau reklamasi, pulau kontroversial di teluk Jakarta yang belakangan berganti nama bukan pulau tetapi pantai.
Soal pergantian nama ini tidak perlu saya bahas karena kita semua tahu bahwa gubernur Anies baru saja saya nobatkan sebagai juara 1 kepala daerah kategori “pengubah istilah dan nama proyek terbanyak”.
Sejumlah nama kebijakan dan proyek yang sukses berganti nama misalnya rumah susun menjadi rumah lapis, normalisasi menjadi naturalisasi, RPTRA menjadi Taman Maju Bersama, Taman Monas menjadi Monas Garden, OK Otrip menjadi Jak Lingko, penataan menjadi penertiban, penggusuran menjadi relokasi, menolak reklamasi menjadi menghentikan reklamasi, pemecatan menjadi penyegaran, dan terakhir pulau reklamasi juga diubah menjadi pantai reklamasi.
Jadi tidak usah heran kalau besok-besok Balai Kota berubah nama menjadi “Balai Kita” dengan narasi : “Jadi ini rumah kita, Jakarta milik semua kalangan. Bukan saja untuk mereka yang punya uang, tetapi untuk siapa? Untuk mereka yang di kampung-kampung, mereka yang termarjinalkan, mereka yang selama ini lemah..bla..bla..bla…
Dan begitu juga besok, kita akan menyaksikan narasi gubernur Indonesia di pulau reklamasi. Kita akan dengar untaian kata-kata naratif yang aduhai disana dimana seolah-olah gudbener menjadi pahlawan rakyat kecil.
Maaf bukannya merasa lebih Anies dari Anies, tetapi sebagai die hard Jokowi-Ahok sejak 2012 sampai selamanya saya sudah hafal betul, antena kecurigaan saya menangkap sinyal bahwa besok akan ada narasi keberpihakan itu dari sana.
Boleh -boleh saja besok gubernur Anies menarasikan keberpihakan kepada rakyat kecil. Tetapi jangan lupa! besok kita juga akan menyaksikan dari dekat bangunan-bangunan triliunan rupiah di pulau reklamasi yang diberi IMB secara “cuma-cuma” oleh gubernur yang sama, bangunan nan megah namun bukan untuk kita…
Niatnya untuk pencitraan keberpihakan eh taunya malah pamer melanjutkan reklamasi. Beginilah kalau gubernur kebanyakan narasi dan gagasan tetapi miskin karya, akhirnya terjebak sama omonganya sendiri
Selamat upacara!
Dan Setiawan
———————
Die hard Jokowi-Ahok sejak 2012 sampai selamanya.
adbagi warga Jakarta seperti saya tentu tahun ini begitu spesial.