Indovoices.com -Sebuah surat terbuka dari sekitar 100 pakar Amerika Serikat (AS) ditujukan kepada Presiden Donald Trump atas pendekatannya terhadap China.
Surat terbuka itu didorong oleh kekhawatiran tentang memburuknya hubungan AS dan China, dan perang dagang yang merebak ke persaingan teknologi dan area lainnya.
Dipublikasikan oleh Washington Post Rabu (3/7/2019), surat terbuka itu ditujukan bagi Trump dan juga anggota Kongres AS dengan judul “China Bukan Musuh”.
Dilansir Straits Times Jumat (5/7/2019), surat itu berisi keluhan para pakar mengenai pendekatan AS ke China saat ini, dan memberi saran untuk kebijakan luar negeri yang lebih baik.
Dalam surat itu, para pakar menyatakan mereka sangat menyoroti semakin renggangnya relasi dua negara yang mereka anggap tidak mencerminkan kepentingan AS maupun dunia.
“Meski kami juga bermasalah dengan perilaku China yang tentu membutuhkan respons kuat, kami juga percaya aksi AS juga berkontribusi terhadap penurunan hubungan itu,” ulas surat itu.
Penulis surat itu mencakup peneliti, pengusaha terkemuka, dan mantan Duta Besar AS untuk China. Begitu juga dengan eks petinggi Pentagon maupun militer.
Di antara mereka terdapat J Stapleton Roy, Duta Besar AS untuk China pada 1991-1995, dan Mantan Penjabat Wakil Menteri Luar Negeri Susan Thornton.
Dalam surat itu, para pakar menyebut perilaku China yang dianggap meresahkan adalah represi terhadap warganya dan kebijakan luar negeri agresif.
Perilaku itu tentu membutuhkan respons Washington yang tegas dan efektif. “Tetapi pendekatan secara secara fundamental kontraproduktif,” ulas pakar.
“Kami tak percaya China adalah musuh ekonomi atau ancaman keamanan nasional yang bersifat eksistensial dan harus dilawan di segala bidang,” ulas surat terbuka itu.
Surat itu menekankan usaha pemerintahan Trump untuk menyingkirkan China dari ekonomi global bakal menghancurkan serta membuat AS terisolasi sendiri.
Selain itu, pendekatan AS juga dianggap melemahkan pengaruh pejabat China yang masih berpandangan moderat dan menyatakan China tak berambisi menggantikan AS sebagai penguasa global.
Sebagai tanggapan, pengamat China Bill Bishop menulis bahwa di era Presiden Xi Jinping, Beijing melihat pengekangan merupakan bukti AS mulai menurun.
Bishop juga berargumen, tidak ada yang berani atau mempunyai cukup pengaruh guna mendorong adanya perubahan dalam pendekatan relasi bilateral AS dan China.
Meski begitu di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang dan media Negeri “Panda” lainnya memuji surat itu sebagai “pandangan yang rasional dan obyektif”.
Dalam konferensi pers, Geng mengatakan prasangka dan kesalahan perhitungan seharusnya tidak perlu menjadi penyebab memburuknya hubungan dua negara.
“Kami percaya bahwa pandangan obyektif, rasional, dan pragmatis pada akhirnya akan menang atas pandangan paranoid, fanatik, dan nol,” tegas Geng (kompas)