Lebaran setiap tahun berdampak hampir ke semua sektor. Tidak sedikit bisnis yang meraup omzet besar pada saat Lebaran, bahkan mengalahkan omzet pada 11 bulan lainnya.
Indovoices.com -Lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah telah tiba. Kembali ke fitrah manusia yang hakiki di adalah tema besar lebaran kali ini. Kembali suci. Dan, yang lebih menggembirakan lagi, Idul Fitri 1440 Hijriah kali ini diadakan bersamaan, yakni Rabu 5 Juni 2019.
Beragam cara masyarakat merayakan hari besar umat Islam kali ini. Pasalnya, waktu mudik yang panjang seperti tahun lalu dengan adanya dua libur nasional sepekan sebelum lebaran dan keputusan pemerintah yang memberikan tiga hari jadwal libur dan cuti bersama.
Tentu, adanya libur panjang selama 10 hari ini diharapkan mendorong ekonomi masyarakat, terutama di daerah-daerah mudik. Ya, daerah-daerah tujuan mudik itu tentu sangat berharap adanya belanja dan konsumsi masyarakat dari warga kawasan megapolitan Jakarta dan sekitarnya ke daerah mudik di Jawa maupun luar Jawa.
Berkaitan dengan libur Lebaran 2019, Bank Indonesia pun telah memprediksi kebutuhan uangnya, yakni sebesar Rp217,1 triliun atau naik 13,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan tersebut terkait dengan aliran kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) serta cairnya tunjangan hari raya PNS yang mencapai Rp19 triliun dan alokasi dana-dana program di daerah. Aliran dana yang mengalir ke daerah-daerah mudik diyakini mengalir deras.
Sebagai gambaran, daerah-daerah mudik–Jawa dan luar Jawa–mendapatkan limpahan ekonomi lebaran juga bisa terlihat dari kendaraan yang keluar meninggalkan Jakarta dari H-7 hingga H-2 Lebaran yang sudah mencapai 429.935 kendaraan menurut catatan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Tak dipungkiri, penggunaan kendaraan pribadi tetap masih menjadi pilihan utama pemudik tahun ini. Bila mengacu data Jasa Marga itu, bila setiap kendaraan ada empat orang saja, ada sekitar 2 juta pemudik yang keluar pintu tol Cikarang Utama.
Artinya, mobilitas pemudik melalui tol ke arah Jawa itu masih sesuai dengan prediksi dan hasil survei Litbang Kementerian Perhubungan, pemudik dari Banten, Jabodetabek, dan Bandung Raya mencapai sekitar 18,2 juta orang, atau naik 12% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu.
Dari gambaran di atas itu, bisa dibayangkan dampak dari ekonomi Lebaran ini, terutama adanya transfer dana dari pusat yang mengalir dan ekonomi daerah menjadi bergerak, baik itu potensi maupun usaha masyarakatnya.
Dalam konteks psikologi perilaku, harus diakui pemudik yang berasal dari perkotaan, Jabodetabek misalnya, cenderung mempunyai daya beli yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat setempat.
Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II sebesar 5,27%. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan kuartal yang paling tinggi sepanjang 2018. Lebaran menjadi salah satu faktor terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sekarang pertanyaanya, berapa spend money pemudik selama di kampung halaman pada tahun ini? Sesuai dengan prediksi BI, kebutuhan uang kartal selama masa Idul Fitri kali ini mencapai Rp217,1 triliun, meningkat 13,5% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp191,3 triliun.
Belanja Masyarakat
Hal ini mengindikasikan besarnya potensi belanja masyarakat hanya dalam Idul Fitri kali ini. Itu belum lagi potensi perputaran zakat selama Ramadan juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memperkirakan target zakat pada Ramadan ini terkumpul sebanyak Rp9 triliun.
Angka tersebut yang dikelola Baznas masih sebagian kecil dari potensi zakat di Indonesia sebesar Rp217 triliun. Adapun, zakat fitrah berupa beras diprediksi sebanyak 350.000 ton. Seperti kita ketahui, Ramadan dan Lebaran menjadi momentum sebagian besar masyarakat untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama.
Daya beli masyarakat makin meningkat pada saat Lebaran, salah satu sebabnya adalah adanya pendapatan tambahan yang didapatkan dari Tunjangan Hari Raya (THR). THR adalah hak bagi para pekerja baik aparatur sipil negara maupun swasta.
Besaran THR pun sudah diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2016, yaitu 1 kali gaji bagi pekerja yang sudah bekerja selama 1 tahun. Tambahan pendapatan tersebut tentu saja menjadi amunisi tambahan untuk belanja kebutuhan selama Lebaran.
Kemana larinya uang para pemudik ini tentu saja menarik untuk diperhatikan. Fenomena ekonomi mudik ini adalah transfer dana dari pusat ke daerah dalam konteks nyata. Tentu saja aliran dana tersebut seyogyanya untuk ekonomi daerah, mengembangkan potensi, dan usaha masyarakat.
Dahsyatnya energi pemudik untuk datang ke kampung halaman dengan membawa kebahagiaan adalah harapan bagi masyarakat daerah. Lebaran setiap tahun berdampak hampir ke semua sektor. Tidak sedikit bisnis yang meraup omzet besar pada saat Lebaran, bahkan mengalahkan omzet pada 11 bulan lainnya.
Pelbagai bisnis daerah seperti wisata, kuliner, dan oleh-oleh diharapkan mendapatkan dampak dari Lebaran. Pengembangan desa wisata, pasar tradisional, dan potensi ekonomi daerah yang lain harus bisa menangkap momentum Lebaran.
Terlepas dari semua itu, saya menyakini momentum lebaran kali ini bisa menjadi momentum kekuatan ekonomi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari usaha masyarakat. Pemerataan ekonomi secara luas juga menjadi harapan bagi masyarakat secara berkelanjutan. (F-1)