Pikir itu pelita hati. Artinya berpikirlah terlebih dulu sebelum memutuskan sesuatu. Orang yang bijak selalu berpikir dulu sebelum berbicara. Karena berpikir adalah bagian dari kearifan hidup. Namun kebebasan untuk berpikir, bisa jadi terdistorsi dengan demokrasi yang kebablasan, sehingga menelorkan pola berpikir yang membias. Yang jika dibiarkan justru akan semakin menjauhkan kita dari kearifan hidup itu sendiri.
Mengapa? Karena orang yang terlalu banyak berpikir, terlalu banyak pertimbangan, akhirnya tidak berbuat apapun di dalam hidupnya. Orang yang larut dalam cara berpikir yang berbelit belit, pada akhirnya tidak berani mengambil keputusan. yang akan membentuk suatu kepribadian yang labil dan sikap mental yang lemah.
Suatu waktu, saya dan istri mendapat undangan makan malam di kediaman Bapak Muchtar Riyadi, pemilik bank Lippo. Kami baru pertama kalinya menginjakkan kaki di rumah megah di bilangan Karawaci ini. Ada beberapa puluh undangan lain yang hadir. Kami sempat berkenalan dengan James Riyadi putra beliau.
Sebelum acara makan malam berlangsung, sebagai tuan rumah, Pak Muchtar Riyadi memberikan sambutannya dengan nada dan gaya yang khas, yaitu senyum dan santai. Ada satu kalimat yang sangat mengena dan selalu saya ingat adalah “Bila sebatang pohon ditanam di dalam pot, ia akan aman, tetapi tidak pernah akan besar. Jadi bila anda ingin mendapatkan pohon yang besar, maka tanamlah di tanah yang luas”.
Bila kita selalu dihantui kecemasan dan kekuatiran maka kita tidak akan menjadi besar, ibarat sebatang pohon yang ditanam di dalam pot. Kalimat ini selalu saya ingat dan menjadi sumber inspirasi dan motivasi didalam perjalanan hidup saya.
GELAR BUKANLAH TIKET KESUKSESAN HIDUP
Hal ini dapat dilihat dari daftar orang orang sukses di dunia. Ternyata sukses tidak nya seseorang, tidaklah ditentukan oleh titel yang disandangnya atau kepintaran yang menjadi miliknya. Melainkan orang-orang biasa, yang memiliki keberanian yang luar biasa untuk mengambil keputusan di saat yang tepat.
Cobalah kita perhatikan sekeliling kita, berapa banyak sarjana yang menganggur dan hidupnya morat marit. Jadi titel bukanlah tiket untuk masuk ke dalam kesuksesan hidup.
Setiap keputusan selalu mengandung dua hal: harapan dan resiko. Ibarat sekeping mata uang yang selalu memiliki dua sisi, maka sekali kita mengambil keputusan, berarti kita sudah harus siap untuk menerima keduanya, yaitu harapan dan resiko.
Mengambil keputusan tepat dalam waktu yang pas, tidak lah mudah. Tetapi tidak ada pilihan lain, bila kita tidak ingin salah langkah.
Terkadang kita hanya memiliki waktu 3 detik untuk memutuskan “ya atau tidak” (It’s now or never).
Mengambil keputusan harus cermat dan tepat. Tidak boleh ada keraguan sedikitpun. Bila ragu dan menunggu, maka kesempatan untuk memiliki gagal. Jangan pula terhanyut secara emosional, karena akibatnya anda akan menyesal, setelah memutuskan.
Jangan memutuskan sesuatu, berdasarkan pertimbangan, bahwa orang lain juga begitu.
Ambillah keputusan berdasarkan keyakinan anda, bahwa keputusan tersebut, adalah yang terbaik bagi anda.
Bila kita sudah memutuskan dengan cermat, maka hargailah keputusan itu, apapun hasilnya. Jangan hiraukan kalau ada komentar-komentar negatif tentang putusan anda. Kalau anda larut dengan komentar orang lain, maka akan merontokkan rasa percaya diri anda, bahkan dapat menghanyutkan ke lembah stress yang tak berujung.
BE THE MASTER OF YOUR SELF
Jadilah tuan atas diri sendiri. Boleh-boleh saja kita minta pendapat orang lain, yang kita anggap lebih tahu, lebih berpengalaman atau lebih bijak dari kita, tetapi jangan biarkan orang lain menentukan pilihan anda. Karena apa yang anda putuskan, akan menjadi pilihan anda dan pilihan anda akan menjadi hidup anda.
Tulisan singkat ini sama sekali tidak bermaksud menggurui siapapun. Hanya sekedar berbagi pengalaman hidup yang diharapkan bermanfaat bagi yang membacanya.
Tjiptadinata Effendi