Quick Count atau yang biasa disebut QC merupakan metode hitung cepat terhadap hasil pemilihan yang lazimnya dilakukan oleh lembaga survey. Hasil QC biasanya tidak berbeda jauh dengan hasil perhitungan resmi. Dan pemilu kali ini, hasil QC menempatkan Jokowi sebagai pemenang pilpres 2019 ini dengan rentang persentase 54-56 persen. Sedangkan pesaingnya Prabowo hanya memperoleh 44-46 persen.
Tentu saja hasil QC ini, tidak diterima dengan baik oleh semua pihak, ada yang menerima, ada juga yang menolak. Sengaja saya tampilkan respon empat tokoh nasional dalam merespon hasil QC yang dikeluarkan oleh lembaga survey.
Jokowi
Walaupun hasil hitung cepat (quick count) Pilpres 2019 sementara ini menunjukkan kemenangan bagi pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Namun kemenangan ini sendiri tak lantas membuat Jokowi bertepuk dada.
Alih-alih merayakan kemenangannya dengan gegap gempita, Jokowi justru meminta pendukungnya untuk bersabar menunggu pengumuman resmi dari KPU.
“Dari indikasi exit poll dan juga quick count tadi sudah kita lihat semua, tapi kita harus bersabar, bersabar menunggu penghitungan dari KPU secara resmi,” kata Jokowi dalam pernyataannya di Djakarta Theater, Jl MH Thamrin, Jakpus, Rabu 17 April 2019.
Tidak hanya itu, Jokowi juga mengajak semua masyarakat tetap bersatu usai Pilpres 2019, dengan menjaga kerukunan dan rasa persaudaraan.
“Marilah kita kembali bersatu sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Setelah Pileg dan Pilpres menjalin merawat persatuan, kerukunan kita sebagai saudara sebagai setanah air,” kata Jokowi.
Prabowo
Berbeda dengan Jokowi, jangankan menerima dengan lapang dada, Prabowo justru mengklaim bila dirinyalah yang menang. Prabowo menyebutkan bila dia tak percaya dengan hasil survei lembaga lain yang dianggapnya tengah menggiring opini.
“Hasil exit poll di 5.000 TPS menunjukkan kita menang 55,4 persen, dan hasil quick count tadi saya sebut kita menang 52,2 persen,” ujar Prabowo dalam jumpa pers tanpa kehadiran Sandiaga Uno di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu 17 April 2019 sekitar pukul 17.00.
Pernyataan yang lebih kurang sama diulanginya lagi pada malam harinya. Prabowo meneguhkan kemenangannya dalam jumpa pers. Dia bahkan mengklaim menang 62 persen berdasarkan data internal timnya yang kemudian dilanjutkan dengan sujud syukur. Jadi ceritanya klaim tersebut berdasarkan hasil exit poll sendiri, QC sendiri, umumin sendiri.
Uniknya pengumuman kemenangan baik yang pertama maupun yang kedua tanpa di dampingi oleh wakilnya, Sandiaga Uno. Kemana Sandi?
Sandiaga Uno
Sandi dikabarkan tengah sakit, cegugukan. Itu sebabnya Sandi lebih memilih untuk beristirahat dan tidak mendampingi Prabowo saat menyampaikan pidato kemenangan, itu berita resminya.
Anehnya, bukan cuma Sandiaga saja, orang-orang dekat dalam lingkaran Prabowo seperti Sohibul Iman, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rocky Gerung juga tidak terlihat mendampingi Prabowo dalam pidato kemenangannya itu.
Kabar yang beredar menyebutkan adanya perbedaan pendapat antara Sandi dan Prabowo dalam menyikapi hasil QC ini.
Berbeda dengan Prabowo yang ngotot menganggap dirinya menang, Sandi lebih dapat menerima hasil QC. Dengan pendidikan tinggi jebolan luar negeri yang disandangnya, Sandi tentu paham dengan ilmu statistik dan survey. Berkaca dari hasil 13 lembaga survey kredibel yang tidak satupun memenangkannya, membuat Sandi merasa sulit mendampingi Prabowo dalam pidato kemenangan palsunya itu.
Apalagi Sandiaga Uno juga menyadari bila kesempatannya masih terbuka lebar setelah pilpres ini selesai. Jabatan wakil gubernur DKI Jakarta masih kosong menunggu dirinya kembali. Uang 1,5 triliun selama kampanye tentu dapat menjadi investasi yang menguntungkan bagi dirinya bila dia memutuskan dan hampir dapat dipastikan akan maju dalam pilpres 2024 nanti.
Grace Natalie
Lain dengan Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi yang merupakan Capres-Cawapres. Grace hanyalah caleg sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Yang saya kagumi adalah pernyataan Grace Natalie ketika menanggapi hasil perhitungan QC, yang menyebutkan partainya hanya mendapat lebih kurang dua persen alias tidak lulus parliamentary threshold (PT).
Alih-alih menyalahkan pihak lain dan mengklaim kemenangan seperti yang dilakukan oleh Prabowo, Grace dalam konferensi persnya yang diberi judul “Setelah Kami Kalah”, justru menunjukkan jiwa besarnya dengan menerima keputusan QC tersebut dan menyebutnya sebagai “keputusan rakyat melalui mekanisme demokrasi yang harus diterima dan dihormati.”
Grace juga meminta para calegnya yang berhasil memperoleh kursi di tingkat DPRD, untuk merawat modal politik yang mereka dapatkan. Caranya dengan menjadi partner Jokowi dalam menjalankan program-program kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan tetap memperjuangkan suara rakyat.
Dibagian penutupnya Grace menyebutkan bila PSI akan kembali menyapa rakyat. Bukan lima tahun lagi, tapi besok! We shall return, soon! Demikian tutup Grace.
Saya merasa itu adalah pernyataan yang sangat bagus dari seorang Grace Natalie dan patut dicontoh oleh pihak-pihak yang kurang beruntung dalam pilpres 2019 ini. Bukannya seperti pengakuan Prabowo yang menyebutkan dirinya “lebih TNI dari TNI” tapi begitu membaca hasil QC ternyata dirinya menunjukkan sikap siap menang namun tidak siap kalah.
Bagaimana menurut Anda?