Ya benar, Jokowi ternyata pernah sekamar dengan Sekretarisnya. Kisah yang belum pernah terungkap ke publik ini terjadi saat perjalanan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 yang lalu.
Diceritakan kejadiannya bermula saat Joko Widodo yang masih menjabat sebagai walikota Solo ketika itu, menerima telepon pada 17 Maret 2012, di tengah keasyikannya menonton pentas Opera Van Java di Stadion R Maladi, ketika itu.
Saat tiba di rumah, Joko Widodo baru terkejut melihat ada sebuah pesan singkat dari Megawati. Pria yang akrab disapa dengan Jokowi ini pun diminta segera ke Jakarta esok harinya dengan pesawat paling pagi.
Setibanya di Jakarta, langsung meluncur ke Kantor DPP PDIP. Rupanya sudah banyak wartawan yang menunggu di sana. Dirinya yang tidak mengetahui alasan pemanggilannya pun tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh wartawan.
Namun ia sempat terkejut, pasalnya begitu masuk ke dalam Kantor DPP PDIP, dirinya disambut dengan tepuk tangan dari banyak tokoh DPP PDIP yang telah hadir. Antara lain Pramono Anung, Cahyo Kumolo, Nasirwan, Effendi Simbolon, dan banyak lagi yang kemudian bergantian memeluk Jokowi.
Rapat pun diselesaikan dalam waktu singkat, hanya dalam waktu 5 menit dengan keputusan mengutus Jokowi menjadi calon gubernur dari PDIP Perjuangan.
Selama di Jakarta, ia memilih menginap di sebuah hotel di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan bersama Anggit dan Hanggo.
Anggit lah yang tinggal sekamar dengan Jokowi. Anggit yang merupakan salah satu wartawan di Solo, ternyata memiliki hubungan yang dekat dengan Jokowi sejak sebelum menjadi Walikota.
Dalam buku itu diceritakan bahwa Anggit memiliki nama lengkap Anggit Noegroho, adalah salah satu wartawan di harian Solopos.
Jokowi sudah menganggap Anggit sebagai seorang sahabat dan teman diskusinya. Anggit pula yang melakukan survei ketika Jokowi hendak maju sebagai Walikota Solo.
Istilah blusukan yang selama ini sering kita dengar, ternyata asal usulnya bukan dari Jokowi. Lagi-lagi Anggit lah yang mengusulkan menyebut kegiatan Jokowi keluar masuk berbagai titik lokasi sebagai blusukan.
Anggit terus mengikuti perjalanan Jokowi termasuk ketika ia mencalonkan diri jadi Gubernur DKI. Status Anggit yang masih menjadi wartawan Solopos, menyebabkan dirinya dalam beberapa kesempatan harus meninggalkan tugasnya.
Saat Jokowi menjadi presiden, dirinya tidak melupakan sahabatnya tersebut. Apalagi dirinya juga menganggap bantuan pemikiran Anggit sangat berarti, walaupun Anggit tak pernah meminta jabatan apapun.
Akhirnya Anggit yang seorang pria, dipanggil secara khusus dan diminta oleh Jokowi untuk menjadi sekretaris pribadinya hingga kini.
Hal-hal unik seperti itu terangkum dalam buku yang berjudul Menuju Cahaya yang ditulis oleh Alberthiene Endah.
Buku ini menceritakan perjalanan Jokowi dari masa kanak-kanak sampai menjadi Presiden. Isinya juga sarat dengan banyak printilan kisah yang sebelumnya tak pernah diketahui publik.
Di halaman lainnya juga ada cerita tentang Iriana mendampingi Jokowi pada saat harus tinggal di hutan tak lama setelah mereka menikah. Cerita tersebut mungkin sudah pernah dibaca oleh pembaca, walaupun hanya secara garis besarnya saja. Kisah lebih detail terdapat dalam buku Menuju Cahaya ini.
Jokowi bercerita saat itu, dirinya baru lulus kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 1985. Ia pun memutuskan untuk melamar di sebuah perusahaan besar, PT Kertas Kraft Aceh.
“Saya memilih perusahaan itu karena ada informasi yang cukup menyenangkan. Kehidupan karyawannya sangat diperhatikan, perumahan, keamanan, kesejahteraan,” katanya dalam buku itu.
Setelah diterima bekerja dirinya baru tahu kalau dia bukan akan bekerja di kota, melainkan di hutan. Padahal ketika itu ia sedang menjalin hubungan dengan Iriana. Tugas Joko Widodo adalah memastikan pasokan kebutuhan kayu untuk pabrik kertas itu memenuhi target setiap hari.
“Saya teringat Iriana. Maksud hati, saya ingin kami menikah dulu sebelum bekerja. Tapi bagaimana kalau saya harus bekerja di hutan? Bagaimana Iriana?” katanya bimbang.
“Saya ikut saja. Kalau sudah menikah itu saya harus mendampingi kamu. Tidak apa-apa walau tinggal di hutan,” kata Iriana.
Jokowi sempat kaget mendengar jawaban Iriana. Dirinya pun tidak percaya dengan keberanian dan ketulusan Iriana. Dirinya lalu pamit ke Aceh untuk bekerja di hutan, sambil menanti keluarga menyiapkan pernikahannya dengan Iriana.
Saat tiba di Aceh, benar saja, ia benar-benar tinggal di tengah hutan. Para pekerja tinggal di rumah panggung yang panjang di tengah hutan belantara.
Beberapa bulan bekerja di hutan, Jokowi lalu kembali ke Solo untuk menikahi Iriana dan menyiapkan keberangkatannya ke Aceh.
“Sungguh pengalaman itu menjadi lembar kehidupan yang amat mengesankan. Bayangkan pengantin baru lain mungkin tidak mengalami perubahan hidup yang begitu drastis. Tapi kami menjalaninya di awal pernikahan kami bernama rimba raya,” kata Jokowi.
Saat memboyong Iriana di hunian spesial di tengah hutan Aceh, Iriana memang tampak terkejut. Jokowi yang selalu memperhatikan Iriana juga menyadarinya. Saat kendaraan yang membawa mereka menuju area pabrik dan terus berlanjut ke arah hutan kemudian masuk ke dalamnya. Saat tiba di tujuan, terlihat rumah panggung panjang di mana puluhan pekerja tinggal di sana dalam kamar-kamar mungil yang hanya dipisahkan oleh dinding kayu.
Dirinya terus menatap Iriana. Memastikan perasaannya tidak runtuh mendadak melihat pemandangan yang akan menjadi arena hidup Iriana.
“Tapi apa yang saya khawatirkan tidak terjadi. Wajah manis Iriana tidak nampak menolak. Ia hanya menatap tak berkedip dan menghela napas. Lalu menatap saya dan mengangguk ‘Baraknya bagus’,” kata Jokowi.
Dengan tenang Iriana membereskan barang-barang mereka. Lalu, dengan luwes pula ia menata peralatan masak yang sederhana. Tidak ada dapur khusus pribadi di sana. Barak berbentuk rumah panggung itu didesain untuk kepentingan bersama. Dapur, kamar mandi, dan ruang duduk-duduk hanya tersedia satu untuk semua. “Area privasi hanyalah kamar kami,” katanya.
Kedewasaan Iriana jauh di luar dugaan Jokowi saat itu. Dan saat ia menanyakan kepada Iriana apakah merasa takut tinggal di hutan.
“Kan ada kamu, jawab Iriana,” kata Jokowi.
Tidak heran kelak saat menjabat sebagai presiden, Jokowi pernah mengatakan salah satu wanita terhebat di dalam hidupnya adalah Iriana. Istilah “di belakang pria yang sukses, ada wanita hebat yang selalu mendukung” terbukti dari kisah Jokowi dan Iriana dalam buku Menuju Cahaya tersebut.