Oleh: Gurgur Manurung
Indovoices.com – Gereja yang hidup adalah gereja yang bermisi. Gereja bertugas dan bertanggung untuk membangun iman jemaat. Iman yang bertumbuh adalah melakukan misi Allah bagi dunia. Misi itu adalah keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
Di Indonesia ada beberapa gereja yang melakukan misinya melalui rumah sakit dan pendidikan. Gereja itu adalah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang mendirikan SD, SMP, SMA, SMK hingga mendirikan Univeritas HKBP Nommensen yang ada di Medan dan Pematang Siantar. Dalam bidang kesehatan HKBP memiliki Rumah Sakit (RS) di Balige dan Palipi.
Gereja lain seperti Gereja Kristen Indonesia (GKI) memiliki juga memiliki rumah sakit dan pendidikan. GkI sangat menonjol dalam dunia pendidikan yang dimulaindari TK sampai SMA seperti sekolah BPK Penabur. GkI juga memiliki Universitas seperti UKRIDA. UKRIDA memiliki Fakultas Kedokteran yang bertugas untuk melayani.
Yayasan Kristen sejak awal sangat fokus untuk mendirikan rumah sakit dan pendidikan. Fokus umat kristen itu yang menyebabkan berdirinya UKI, rumah sakit UKI dan rumah sakit Cikini. Di Lampung dan Kediri ada rumah sakit Baptis Indonesia. Sejak dulu kristen menyadari akan kontribusinya bagi bangsa dan negara.
Tidak perlu heran walaupun kesehatan adalah tanggungjawab negara, rumah sakit kristen lebih bagus pelayanananya dari Rumah Sakit Umum (RSU). Bisa kita bedakan rumah sakit yang dibangun berdasarkan buah iman dan rumah sakit yang dibangun atas tanggung jawab negara.
Pertanyaanya adalah apakah dokter, perawat dan seluruh stakeholder yang berprefesi di dunia kesehatan baik negeri maupun swasta merupakan tanggungjawab kepada kehadiran negara dan Tuhan?
Apa makna didirikannya rumah sakit oleh gereja? Rumah sakit adalah bagian integral dari pelayanan gereja. Gereja hadir melalui rumah sakit untuk menyembuhkan orang sakit. Rumah sakit sebagai alat Allah untuk menyembuhkan yang sakit.
Ketika kita berkontemplasi, muncul pertanyaan mengapa di yayasan kristen muncul konflik yang konyol? Bukankah Yayasan Kristen adalah lembaga untuk melakukan misi Allah bagi dunia? Mengapa itu bisa terjadi?
Yayasan Kristen yang bergerak di dunia penerbitan buku kristen, rumah sakit, pendidikan dan lain sebagainya acapkali konflik yang teramat duniawi. Mengapa?
Pertama, pengurus yayasan tidak memahami dan menghidupi visi dan misi didirikannya yayasan itu. Pengurus yayasan dipilih berdasarkan jabatan duniawi. Akibatnya, yayasan yang sejatinya melakukan misi Allah berubah menjadi misi duniawi.
Jika pengurus yayasan kehidupan spiritualitasnya bagus dan memahami makna visi dan misi yayasan tidak akan pernah konflik karena jabatan. Itulah ciri pelayan yang rohaninya terus bertumbuh.
Melihat seringnya yayasan kristen konflik, maka pengurus yayasan yang melakukan misi rohani hendaklah dipilih yang rohani/spiritualitasnya bagus. Mereka adalah yang memahami visi dan misi yayasan.
Kita harus meyadari bahwa yayasan yang bermisi hasil buah iman, tidak di isi oleh manusi yang dianggap “sukses” karena jabatan duniawi. Sukses jabatan duniawi belum tentu karena rohaninya bagus.
Jadi, gereja yang bermisi harus dikerjakan oleh mereka yang rohani/spiritualnya bagus. Dengan demikian misi Allah bagi dunia hadir bagi orang sakit. Yayasan pendidikan yang dibagun untuk pencerdasan, biarlah diisi orang berhikmat, bukan karena angka rekening dan jabatan duniawi yang diperoleg dengan cara pikiran duniawi. Selamat melayani.
#gurmanpunyacerita