“Kami menyampaikan kepada Jetro supaya terus memfasilitasi link and match antara IKM di Jepang dan Indonesia, sehingga kemitraan bisnis dan perekonomian kedua negara lebih kuat. Selain itu, kami juga mendorong program capacity building bagi guru-guru vokasi industri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sesuai keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu (27/1).
Dalam rangkaian kegiatan menghadiri World Economic Forum Annual Meeting 2019 di Davos, Swiss, Menperin sempat melakukan pertemuan dengan Chairman Jetro Hiroyuki Ishige. Keduanya juga sepakat untuk memperdalam struktur sektor manufaktur di Indonesia melalui peningkatan investasi dan memfasilitasi perluasan akses pasar ekspor.
“Semoga semakin banyak kolaborasi yang terjalin antara pengusaha kedua negara sehingga bisa saling melengkapi dan industri kita lebih berdaya saing global,” ujar Airlangga. Langkah yang dapat disinergikan, misalnya mengenai pengembangan teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Upaya ini tidak hanya menyasar kepada perusahaan skala besar, tetapi juga untuk sektor IKM.
“Kalau kita liat, jumlah industri kecil di Indonesia terus tumbuh dan berkembang,” ungkapnya. Berdasarkan data Kemenperin, jumlah sektor industri kecil mengalami penambahan, dari tahun 2014 sebanyak 3,52 juta unit usaha menjadi 4,49 juta unit usaha di tahun 2017. Artinya, tumbuh hingga 970 ribu industri kecil selama empat tahun tersebut.
“Apalagi, pemerintah saat ini telah mengeluarkan pajak final 0,5 persen untuk IKM,” imbuhnya. Ini menjadi salah satu wujud nyata perhatian dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan IKM selaku sektor mayoritas dari populasi industri di Tanah Air.
Oleh karena itu, Menperin berharap Jetro lebih gencar mempromosikan IKM Indonensia di Jepang sekaligus memfasilitasi kemitraan antara pengusaha nasional dengan pelaku usaha dari Negeri Sakura. Selama ini, Jetro telah membantu Indonesia melalui pelaksanaan program business matching untuk mempertemukan pengusaha kedua negara.
“Tentunya tidak hanya di sektor otomotif dan komponen saja, kami juga ingin adanya kerja sama di industri tekstil, elektronika, serta makanan dan minuman. Bahkan, bisa ke sektor pengemasan,” sebutnya. Dalam mendorong peningkatan investasi ini, Kemenperin sudah menawarkan sejumlah kawasan industri untuk menampung para investor tersebut.
Pada periode Januari-September 2018, Jepang merupakan investor kedua terbesar di Indonesia dengan nilai mencapai USD3,8 miliar untuk 2.731 proyek. Kemudian, lebih dari 1.600 perusahaan Jepang yang beroperasi selama ini telah membuka lapangan pekerjaan bagi lima juta penduduk Indonesia.
“Selain itu, kami berupaya untuk menjalin kerja sama di bidang vokasi. Misalnya, meningkatkan kemampuan tentang desain tekstil, dengan menghadirkan ahli tekstil atau desain IT dari Jepang ke Indonesia,” tuturnya. Ini bisa diaplikasikan di Politeknik STTT Bandung, agar para ahli tekstil dari Jepang itu memberikan transfer pengetahuan kepada para pengajar atau instruktur di sekolah milik Kemenperin tersebut, sehingga dapat mencetak SDM berkualitas sesuai kebutuhan era industri 4.0.
Di tengah perkembangan ekonomi digital, Menperin pun mengajak pelaku IKM nasional agar dapat memanfaatkan teknologi terkini guna meningkatkan produktivitas dan memperluas pasarnya. Dalam hal ini, Kemenperin telah memfasilitasi melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan serta program e-Smart IKM.
“Kemajuan teknologi ekonomi digital turut memudahkan bisnis dan usaha bagi masyarakat. Jadi, sekarang para pengusaha kecil, seperti ibu-ibu rumah tangga sudah bisa berjualan melalui online. Di era inilah, IKM bisa didorong dengan ekonomi digital 4.0,” pungkasnya.