Abtahiyyat wabsalam…
Ansyuru ahlal kalam jainuddin yahtirom…
Refrein potongan lagu Deen Assalam yang dipopulerkan Sabyan Gambus itu tiba-tiba diucapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menutup Festival Bintang Vokalis Qasidah Tingkat Nasional Tahun 2018 Lembaga Seni dan Qasidah Indonesia (LASQI), di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (29/11) malam.
“Sabyan muncul sebagai grup qasidah dengan gaya milenial dan fenomenal. Saya lihat kemarin di YouTube yang melihat videonya sudah hampir 174 juta, sudah hampir sebanyak jumlah penduduk Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Melihat perkembangan qasidah, menurut Presiden, kita diingatkan bahwa selawat dan khazanah Islam dapat berpadu dengan semangat zaman, menjadi semakin menarik dan semakin indah, semakin dapat menjangkau lebih banyak orang dan lintas negara dengan menggunakan teknologi terbaru.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi sangat menghargai, sangat mengapresiasi dan bangga melihat semua peserta Bintang Vokalis Qasidah Tingkat Nasional ini.
“Saudara-saudara sedang menyiarkan Islam, Saudara-saudara sedang menghadirkan rasa damai di hati umat yang mendengarkan, dan Saudara-saudara sedang membangkitkan optimisme dan perilaku positif bangsa dan Saudara-saudara terus membesarkan peradaban dan kebudayaan Islam,” ucap Presiden Jokowi.
Sedih Berkembang Salih Hujat
Presiden Jokowi mengaku kadang sangat sedih tahun-tahun terakhir ini yang justru berkembang adalah, di media sosial saling menghujat, saling menjelekkan, saling mencela, fitnah, hoaks. Ini yang menurutnya sangat berbahaya.
Menurut Presiden, hal itu terjadi dimulai dari pilihan bupati, dimulai dari pilihan wali kota di daerah, dimulai dari pilihan gubernur, dimulai dari pilihan presiden, dimulai dari sana. Padahal, lanjut Presiden, ini adalah proses demokrasi yang setiap 5 tahun itu ada.
“Sering kita lupa bahwa proses ini memang setiap 5 tahun ada, baik pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden ada terus. Sehingga sangat rugi besar kalau kita, misalnya dalam majelis taklim tidak saling sapa gara-gara pilihan gubernur atau pilihan bupati atau pilihan wali kota atau pilihan presiden,” tutur Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menghadapi setiap pesta demokrasi itu dengan sebuah kedewasaan. Jangan sampai fitnah-fitnah, isu-isu itu terus berkembang.
“Saya kadang sedih gitu, misalnya isu mengenai Presiden Jokowi itu PKI. Saya kadang menceritakan, saya lahir itu tahun ‘61 lahir, PKI itu dibubarkan tahun ’65-’66. Umur saya baru 4 tahun. Tapi ini dikembang-kembangkan, logikanya tidak masuk, enggak ada yang namanya PKI balita. Saya masih balita itu, masih umur 4 tahun, tapi itu dikembang -kembangkan terus,” ungkap Presiden.
Presiden menegaskan, dirinya Jadi dan keluarganya muslim. Bapak ibunya muslim, kakek neneknya juga muslim, sudah. “Ada yang percaya? Tabayyun, cek, gampang,” ujarnya.
Mengakhiri sambutannya, Presiden Jokowi sangat mengapresiasi LASQI (Lembaga Seni dan Qasidah Indonesia) atas ketekunannya dalam mengembangkan seni qasidah ini, dan sudah 23 tahun, berturut-turut menyelenggarakan Festival Bintang Vokalis Qasidah Tingkat Nasional.
“Insyaallah tahun depan akan diadakan di Kota Ambon. Pemerintah akan mendukung terus dan saya akan mendukung terus. Saya sangat senang sekali, berbahagia sekali pada malam hari ini bisa hadir di tengah Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,” pungkas Presiden Jokowi. (UN/ES)