“Pertama harus menggunakan filosofi ekonomi inclusiveness (dan) yang kedua adalah bagaimana menggunakan human capital development,” jelas Wamenkeu saat menjadi pembicara pada acara Kompas 100 CEO Forum pada Selasa (27/11) di Jakarta.
Wamenkeu memberikan contoh, salah satu sektor yang sangat penting dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif adalah perbankan. Menurutnya, sebagai lembaga intermediasi, bank dapat mendukung perekonomian dengan mengarahkan penyaluran kreditnya pada sektor-sektor produktif yang memiliki multiplier effect signifikan pada perekonomian.
Wamenkeu melanjutkan, bahwa ekonomi yang inklusif tersebut perlu kualitas SDM yang mencukupi dengan penguatan SDM dengan menekankan pada bagaimana memperkuat mastering skill, wawasan yang terbuka, serta menanamkan nilai dan etika yang kuat.
“Dengan memperkuat mastering skill-nya, open minded kita harus membuka wawasan kita, bagaimana instilling (menanamkan) strong values-nya, komitmennya, integrity-nya sehingga bisa memenangkan SDM nya serta dengan sikap adaptive to change dan continues improvement,” pungkasnya. (lg/ind/nr)