“Enam langkah kita lakukan, sehingga PLTU Cirebon berbeda dengan PLTU-PLTU lain. Langkah pertama yang kami lakukan adalah penggunaan teknologi untuk pembangkit, kita gunakan Supercritical Boiler dan pemanfaatan batubara rendah kalori serta sulfur yang tidak menghasilkan limbah B3 gypsum. Di Indonesia, kami bersama PLTU Paiton III merupakan pionir yang menggunakan teknologi supercritical boiler untuk mengoperasikan pembangkit,” *ujar Environmental Manajer Cirebon Power, Edi Wibowo. Jumat (23/11).
“PLTU Cirebon menghasilkan gas rumah kaca atau emisi yang lebih rendah karena menggunakan teknologi yang tinggi dan efisien tersebut,” lanjut Edi.
Langkah ketiga, penggunaan sumber daya alam yang efisien. Total Penggunaan Energi berada di Top 25% perusahaan sejenis. Cooling tower menghemat penggunaan air hingga 86% dibanding Once Through.
Keempat, pemantauan udara ambien selama 24 jam. “Alat Pemantau Udara Ambien/Ambient Air Monitoring Station beroperasi aktif dan online 24 jam terus dilakukan perawatan hingga saat ini. Ini penting kami sampaikan, karena setiap PLTU mempunyai alat ini sejak awal tetapi alat ini tidak bertahan lama karena alat ini sangat rentan sekali. Dan alat di PLTU Cirebon masih beroperasi dengan baik karena terus kita rawat setiap hari,” ucap Edi.
Langkah berikutnya adalah pemanfaatan limbah B3 secara optimal, dimana 99,3% itu dimanfaatkan (bukan ditimbun) oleh perusahaan pemanfaat berizin. Ini menjadi kelebihan buat perusahaan karena limbah B3 dari PLTU itu yang paling besar adalah Fly ash dan Bottom Ash.
“Kita perusahaan pembangkit batubara yang tidak mempunyai landfill, berbeda dengan PLTU lain yang umumnya mempunyai landfill yang sangat besar. PLTU kita 100% fly ash dan bottom ash tersebut dimanfaatkan oleh pabrik semen,” jelas Edi.
Langkah terakhir, PLTU Cirebon tidak memiliki limbah bahang. “PLTU Cirebon adalah PLTU pertama yang menggunakan cooling tower sehingga membuat suhu air limbah yang keluar tidak jauh berbeda dari suhu air laut yang masuk (28?C – 31?C) sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada biota laut,” pungkas Edi.
Penulis : Safii