Suatu waktu, ketika menunggu pesawat Garuda yang akan diberangkatkan, saya ketemu dengan seorang Motivator, di mana saya pernah tiga kali mengikuti seminar ”Jalan Pintas Meraih Sukses”.
Sungguh saya hampir tidak lagi mengenal wajahnya karena tampak begitu tua dan tanpa semangat. Padahal, usianya terpaut hampir 10 tahun dari usia saya. Penampilannya yang dulu tampil keren dan tegap, kini tampak kedua bahunya agak merosot. Tak ada lagi sinar mata yang berapi-api dan tidak ada suara yang menggelegar, seperti ketika Pak Henri menjadi motivator semasa jayanya.
Walaupun saya mencoba menggunakan segala kemampuan diri untuk mengingat, sungguh wajah orang yang kini ada di hadapan saya tidak mampu memancing kembali ingatan saya ke masa lalu. Padahal, saya tidak ingin mengecewakan orang yang bertanya, ”Masih ingat pada saya, Pak Effendi?”
Tapi daripada saya berpura-pura ingat dan kelak ketahuan saya sesungguhnya hanya pura-pura, pasti akan semakin melukai dirinya. Karena itu setelah memeras otak dan mencoba mengingat, akhirnya saya menyerah. “Maaf, Pak, mungkin saking lamanya kita tidak ketemu sehingga saya lupa. Di mana kita pernah bertemu?”
“Tidak apa-apa, pak Effendi, memang hampir semua kenalan dan sahabat saya tidak mengenal lagi wajah saya. Nama saya Henri. Pak Effendi pernah ikut dalam seminar ”Jalan Pintas Menuju Sukses“. Mungkin masih ingat?” Diberi petunjuk lengkap, baru saya ingat bahwa pria yang berdiri di depan saya adalah seorang Motivator ulung 40 tahun lalu. Saya langsung memeluknya dan sekali lagi mohon maaf karena baru ingat.
Kami pun larut dalam bercerita tentang masalah hidup masing masing. “Saya dulu berkali-kali mengingatkan peserta seminar untuk tidak meletakkan semua telur pada satu keranjang. Tapi saya sendiri melakukan kesalahan tersebut. Seluruh hasil kerja keras saya amblas karena kalah main Valas,“ kata Pak Henri. Kemudian terdiam dan matanya menerawang jauh. Mungkin membayangkan masa-masa keemasan di mana pada waktu itu peserta yang mengikuti seminar selalu memenuhi seluruh kapasitas kursi yang disediakan.
Jika menengok kondisi fisik dan penampilannya, saya memperkirakan Pak Henri sudah cukup lama hidup dengan kondisi yang sangat bertolak belakang bila dibandingkan dengan kondisi sewaktu masih jaya.
“Hmmm kalau Pak Effendi ada usaha, ajak-ajaklah saya ya Pak. Saya sudah lama tidak bekerja, Hanya menggandalkan anak-anak saja,” kata Pak Henri dengan suara yang hampir tidak kedengaran. Mendengar kalmat ini, yang diucapkan dengan nada sungguh-sungguh, saya tidak kuasa menahan rasa haru dan sedih, Ingin saya memeluknya erat-erat. Tapi mengingat ada begitu banyak orang di sekitar kami, saya menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang dapat memancing perhatian orang banyak. Karena Pak Henri sudah dijemput anaknya, kami berpisah dan berjanji untuk ketemu lagi.
Sejak pertemuan tersebut, kami tidak pernah bertemu lagi. Walaupun sudah berkali-kali saya mencoba menghubungi pak Henri melalui WA dan Messenger, namun tidak pernah mendapatkan reaksi. Sesungguhnya,saya sangat menaruh simpati kepada Pak Henri, namun adalah hal yang mustahil kita dapat menanggung beban hidup orang lain, siapapun adanya. Karena setiap orang bertanggung jawab atas dirinya masing-masing
Hikmah Yang Dapat Dipetik
Seperti kata pribahasa “Jangan hanya belajar dari kesuksesan seseorang,tapi belajarlah juga dari kegagalan orang lain,agar jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama “ Maka walaupun saya bukan seorang motivator, apa yang terjadi pada Pak Henri, sangat merasuk ke dalam hati dan akan saya jadikan pelajaran amat berharga agar dalam memberikan inspirasi dan motivasi kepada orang lain, untuk selalu ingat, menerapkan dalam kehidupan pribadi. Bahwa seorang Motivator seharusnya mampu menyamakan kata dengan perbuatan agar tidak menjadi penyesalan di belakang hari.
Menertawakan kejatuhan orang lain, siapa pun adanya, adalah sebuah kenistaan. Tapi kita perlu belajar, bukan hanya dari pengalaman hidup pribadi, melainkan juga dari pengalaman hidup orang lain. Kita tidak hanya perlu belajar dari sukses orang lain, tetapi juga penting belajar dari kegagalan orang lain agar jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan orang lain.
Tjiptadinata Effendi