Ditinjau dari segi asal kata, maka kata logika adalah dari kata logos yang berarti ‘pengertian atau pemikiran atau ilmu‘. Logika atau penalaran merupakan suatu proses berfikir yang menghasilkan pengetahuan baru, yang pada hakikatnya pengetahuan tersebut dihasilkan dari penalaran yang mempunyai hukum dasar kebenaran melalui proses berfikir yang harus dilakukan dengan cara dan prosedur tertentu. Dari cara berfikir tersebut tentunya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dianggap ideal dan valid dengan cara yang dilakukan tersebut.
Pada dasarnya logika dapat di artikan dalam beberapa pengkajian yang luas untuk berfikir secara valid. Dalam penalaran ilmiah, proses untuk mencapai kebenaran ilmiah dikenal dengan dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu Logika Induktif dan Logika Deduktif.
Logika deduktif menggunakan informasi, premis atau peraturan umum yang berlaku untuk mencapai kesimpulan yang telah terbukti. Di sisi lain, logika atau penalaran induktif melibatkan generalisasi berdasarkan perilaku yang diamati pada kasus tertentu. Argumen deduktif bisa valid atau tidak valid. Tapi logika induktif memungkinkan kesimpulan itu salah, bahkan jika premis yang mendasarinya benar. Jadi argumen induktif bisa kuat atau lemah.
Logika deduktif (penalaran atas-bawah) kontras dengan penalaran induktif (penalaran bawah-atas), dan umumnya dimulai dengan satu atau lebih pernyataan umum atau premis untuk mencapai kesimpulan logis. Jika premis itu benar, kesimpulannya harus benar. Pengambilan deduktif digunakan oleh ilmuwan dan ahli matematika untuk membuktikan hipotesis mereka.
Persamaan: keduanya mendasari argumentasi dari premis yang mendukung kesimpulan .
Perbedaanya: argumentasi dalam penalaran induksi mempunyai premis yang benar namun kesimpulannya dapat salah .

LOGIKA INDUKTIF
Secara singkat Logika Induktif dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Cara kerja ilmu pengetahuan yang berawal dari proposisi tunggal ( fakta atau data tertentu ) untuk menarik kesimpulan yang umum
- Ciri dasar berpikir induktif adalah selalu tidak lengkap
- Argumentasi dalam penalaran induktif tidak dinilai sebagai valid atau invalid melainkan berdasarkan Probabilitas
- Argumentasi Induksi akan lebih kuat jika jumlah kasus individualnya meningkat
Karakteristik Penalaran Induktif:
- Premisnya merupakan proposisi empiris yang berhubungan langsung dengan indera
- Kesimpulan dalam penalaran induktif lebih luas
- Proses penaralan: Generalisasi, Analagi, Hubungan Kausal (sebab akibat)
Proses Penalaran Induktif
Generalisasi Induktif
- Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala untuk menarik kesimpulan .
- Prinsipnya adalah ” apa yang terjadi beberapa kali dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi “
- Kesimpulannya adalah suatu harapan karena konklusii induktif tidak mengandung nilai kebenaran melainkan hanya mengandung peluang .
Syarat Generalisasi
- Generalisasi tidak terbatas secara numerik .
- Generalisasi tidak terbatas secara spasio-temporal
- Generalisasi harus dijadikan dasar pengandaian
Contoh:
- Mobil membutukan bahan bakar untuk bergerak
- Kapal membutuhkan bahan bakar untuk berlayar
- Pesawat membutuhkan bahan bakar untuk terbang
- Jadi, semua transportasi membutuhkan bahan bakar agar bisa bergerak
Analogi Induktif
- Proses penalaran untuk menarik kesimpulan berdasarkan gejala khusus yang memiliki sifat esensial yang sama .
- Membicarakan tentang 2 hal yang berlainan dan dibandingakan satu sama lain .
- Dalam membandingkan , ada yang perlu diperhatikan yaitu 1.) Persamaan , 2.) Perbedaan .
- Jika hanya melihat dari persamaan , namun tidak melihat perbedaan . Maka , akan timbul Analogi yaitu persamaan diantara dua hal yang berbeda
Faktor Probabilitas
Tinggi rendahnya probabilitas suatu kesimpulan dipengaruhi oleh:
- Faktor Fakta : Semakin besar jumlah fakta maka akan semakin besar probabilitas konklusinya
- Faktor Analogi : Semakin besar jumlah faktor analogi dalam premis, maka probabilitasnya semakin rendah
- Faktor Disanalogi : Semakin kecil jumlah faktor analaogi dalam premis, maka probabilitasnya semakin besar
- Faktor luas Konklusi : Semakin luas konklusinya, semakin rendah probabilitasnya
Kesesatan Analogi
Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah :
- Faktor tergesa-gesa
- Faktor Ceroboh
- Faktor Prasangka
Contoh:
- Iyuth adalah mahasiswa prodi Biologi Unimed
- Iyuth dapat lulus dengan nilai baik.
- Budi adalah mahasiswa prodi Biologi Unimed
- Maka, Budi dapat lulus dengan nilai baik.
Hubungan Sebab-Akibat
- Prinsip umum : Suatu peristiwa disebabkan karena sesuatu
- Merupakan suatu hubungan yang intrinsik
- Terbagi dalam 3 pola :
- Pola sebab-akibat
- Pola akibat-sebab
- Pola akibat-akibat
Contoh:
- Ban bocor ini membuat mobil tidak bisa digunakan
- Terlambat kuliah membuat aku tidak boleh mengikuti ujian minggu depan
LOGIKA DEDUKTIF
Secara singkat Logika Deduktif dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penalaran deduktif selalu diungkapkan dalam bentuk silogisme .
- Silogisme adalah bentuk argumentasi berawal dari premis dan dari premis itu ditarik kesimpulan .
- Benar salahnya kesimpulan deduktif berdasarkan rujukan realitas .
- argumentasi deduktif dinilai lebih sahih / valid .
Karakteristik Penalaran Deduktif:
- Pernyataannya adalah proposisi kategoris
- Terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan
- Dua premis dan satu kesimpulan, memuat tiga term (kata)
Contoh Silogisme
Setiap wanita memiliki rahim
Iyuth seorang wanita
Maka, Iyuth memiliki rahim
Nantikan seri tulisan menarik Berpikir Logis lainnya (SP)
Referensi: berbagai sumber