Dalam perjalanan hidup ini, dapat dipastikan, bahwa setiap orang pernah terluka batinnya. Bisa disebabkan oleh faktor eksternal, tapi juga tidak tertutup kemungkinan, penyebabnya justru berada dalam diri kita. Serasa aneh, tapi nyata, bahwa yang paling banyak melukai batin kita, justru adalah orang-orang yang termasuk dalam daftar orang yang paling disayangi dan paling dipercayai. Kita biasanya selalu waspada terhadap orang asing, orang yang tidak dikenal, sehingga kita menjadi lengah justru terhadap orang yang masuk dalam ring satu kehidupan kita.
Luka batin atau sakit hati, adalah luka yang paling berbahaya dan susah untuk disembuhkan. Luka phisik, betapapun parahnya, lebih mudah disembuhkan ketimbang luka batin atau sakit hati yang tidak tampak. Bila hal ini dibiarkan berlarut, maka akan sangat berdampak negatif bukan saja pada diri pribadi, tetapi juga terimbas pada orang-orang sekitar.
Rasa sakit hati, akan menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap siapapun. Karena kepahitan hati, telah menelorkan image, bahwa semua orang tidak bisa dipercaya. Virus yang amat ganas ini, dengan cepat akan meracuni seluruh pikiran dan hati, serta jiwa yang terluka, sehingga tidak jarang terjadinya gejala gangguan kejiwaan. Yang langsung atau tidak, akan mengganggu kesehatan dan menjadikan daya daya hidup yang ada di dalam diri, menjadi redup dan kemudian padam.
Cuplikan Biografi Pribadi
Sewaktu masih jadi pengusaha, saya berusaha untuk bisa membantu orang orang yang ada di sekeliling saya. Yang tidak ada pekerjaan saya ajak untuk bekerja di perusahaan saya. Yang mau berusaha, tapi tidak punya modal saya pinjami. Tapi apa yang terjadi? Orang yang sudah kami anggap sebagai anak sendiri. Bahkan kami berikan kebebasan penuh untuk buka kulkas, ambil makanan sendiri dan makan sesukanya. Bahkan kami berikan kepercayaan penuh untuk memegang kunci gudang barang-barang dagangan.
Pada awal tahun tahun pertama, semuanya berjalan baik. Kami juga sangat senang, karena di samping bisa membantu, beban pekerjaan juga agak ringan, karena sudah ada orang kepercayaan. Tetapi ternyata tidak berlangsung lama. Suatu waktu kami sekeluarga menghadiri acara wisuda putra kami di California – Amerika Serikat dan sekaligus memanfaatkan masa liburan sekolah. Sekembalinya kami dari berlibur, kami dapati gudang tergembok. Yanto (bukan nama sebenarnya) yang sudah kami anggap anak sendiri, kabarnya sudah seminggu tidak masuk. Kami datangi rumah kontrakannya, ternyata kata pemilik rumah, Yanto sudah pindah. Kemana? Tidak ada yang tahu.
Banyak yang menyarankan agar saya lapor ke polisi. Tapi saya orang yang tidak tegaan. Karena saya sudah pernah melihat, apa yang terjadi bila seseorang yang melakukan kejahatan tertangkap dan ditahan di sel. Pasti akan babak belur. Terus kalau hal ini terjadi, hasilnya buat saya apa? Saya memang termasuk orang yang tidak tegaan.
Hati saya terluka dalam. Bukan karena masalah jumlah uangnya, tapi tidak habis pikir, orang yang saya sayangi dan sangat saya percayai, koq tega-teganya berbuat begitu. Akibat hati saya terluka, sikap saya juga berubah. Saya menjadi emosionil. Suasana hati menjadi tidak tentram. Bahkan tidurpun gelisah. Setiap kali saya berusaha memejamkan mata, selalu terbayang wajah Yanto yang telah menghianati saya. Tidak ada kebencian dan dendam, tapi hati saya bagaikan diracuni oleh kesedihan.
Kisah Sedih Lainnya
Kata orang, waktu adalah obat yang paling mujarab menyembuhkan luka batin. Saya mencoba melupakan semuanya. Tetapi justru semakin saya berusaha melupakannya, semakin saya menjadi gelisah. Akhirnya,saya mencoba menerima, bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus saya lalui.
Hasilnya, ada kemajuan. Saya sudah bisa ketawa dan bercanda lagi. Dan keluarga serta karyawan kami yang ada sekitar 100 orangpun lega. Tetapi ternyata hal ini tidak berlangung lama.
Syafril, bukan nama sebenarnya, sahabat baik saya, yang saya pinjamkan modal, tanpa bunga dan tanpa perlu bagi hasil, ternyata gudangnya juga ditutup. Saya datangi rumahnya, ternyata rumahnya sudah ditempati orang lain. Kemana? Tidak ada yang tahu.
Uang Mampu Mengubah Sahabat Baik
Beruntun dalam waktu hanya selang beberapa bulan, dua orang terdekat, telah meracuni hati saya. Saya sangat sedih dan terpukul. Saya jatuh sakit. Obat apapun tidak ada yang bisa menyembuhkan saya. Malah semakin banyak saya minum obat-obat penenang, semakin membuat saya melemah. Istri saya dan anak-anak menjadi sedih melihat, semakin hari semangat hidup saya semakin rontok.
Suatu hari, ada lembaran dari sobekan majalah yang tergeletak di laci meja . Iseng saya baca judulnya: “Obat Mujarab Sakit Hati – “Maafkan”.. Saya ulangi berkali-kali membacanya.. Koq bisa pas dengan kondisi saya pada waktu itu. Secara phisik awalnya saya tidak sakit, tetapi kedua orang yang saya sayangi telah meracuni saya dengan tindakannya. ” Maafkan…maafkan….maafkan…”
Kata kata ini saya ulangi terus .. hingga saya ketiduran…. Aneh sewaktu saya terbangun, tiba-tiba seperti ada kekuatan dari diri saya. Benar, mengapa saya tidak memaafkan dan melupakan semuanya? Toh, masih banyak sahabat-sahabat baik saya yang lainnya yang tetap bisa dipercayai? Dengan kesedihan yang berlarut-larut, saya tidak mengubah apapun. Malah menambah penderitaan diri dan membuat keluarga yang menyayangi saya juga ikut menderita.
Luar biasa, sepotong sobekan majalah bekas, dapat menjadi obat yang mujarab bagi saya. Sejak hari itu, saya bersyukur, kondisi saya semakin membaik dan sembuh. Belakangan, masih terjadi lagi, sahabat saya di Singapore yang membohongi saya sebanyak 400 ribu dollar, seperti yang sudah pernah saya postingkan. Tetapi pengalaman pengalaman pahit yang saya alami, membuat saya seperti kebal terhadap penghianatan.
Saya terinspirasi oleh sebuah tulisan, yang nama penulisnya sudah tidak saya ingat lagi. Tapi saya berjanji pada diri saya sendiri, akan selalu menulis hal-hal yang kiranya dapat menginspirari orang lain. Semoga saja saya bisa.
Ternyata hidup dengan memaafkan, tanpa dendam dan kebencian, sungguh-sungguh menjadikan hati dan jiwa kita damai…. Saya menyadari bahwa semua orang butuh uang, tetapi uang bukanlah segala-galanya.
Tjiptadinata Effendi