Beberapa hari terakhir ini ramai di berbagai pemberitaan terkait keberhasilan Ratna Sarumpaet mengelabui berbagai politikus pihak oposisi terkait adegan teatrikalnya dengan judul si nenek bonyok kena gebuk. Tak kurang dari politikus sekelas capres Prabowo dan cawapres Sandiaga Uno beserta pendukungnya pun ikut menyakini cerita si Ratna dan menelannya bulat-bulat.
Tidak itu saja, para politikus tersebut bahkan mengambil bagian sebagai penyebar hoax itu sendiri. Akibatnya sudah bisa diduga, saat kebohongan terungkap, Tsunami malu pun menerpa. Semuanya berusaha cuci tangan, meminta maaf dan melemparkan semua kesalahan kepada RS untuk ditumbalkan.
Tentu saja permintaan maaf mereka harus kita terima, namun proses hukum juga harus tetap berjalan, karena bagaimanapun akibat berita hoax yang mereka sebar, banyak netizen serta anggota masyarakat yang terhasut dan ikut-ikutan mencaci maki Jokowi dan pemerintah.
Entah apa salah Jokowi kepada mereka, padahal dirinya sendiri saat ini sedang memberikan perhatian kepada saudara-saudara kita yang tertimpa bencana gempa bumi di Palu dan Donggala. Tak kurang dalam waktu seminggu ini saja, sudah dua kali beliau bolak-balik ke Palu guna memastikan para korban bencana ditangani dengan baik.
Melihat begitu luasnya dampak bencana gempa dan Tsunami serta korban yang berjatuhan, saat kunjungan pertamanya menemui para korban. Jokowi pun sempat berpidato dihadapan warga mengenai tindakan penanganan yang sedang diambil pemerintah.
Saat pidato berlangsung, Jokowi sempat menghentikan pidatonya, tampak dia sedang menahan tangisnya atas kesedihan yang dialami para pengungsi yang dijumpainya.
Momen mengharukan kembali terjadi saat kunjungan kedua beliau ke Palu, peristiwa ini terlihat dalam tayangan sebuah televisi nasional. Terjadi ketika Jokowi mengunjungi korban gempa dan Tsunami Palu di sekitar Hotel Roa Roa, Rabu 3 Oktober 2018.
Saat hendak meninggalkan tempat pengungsian, tiba-tiba seorang anak kecil datang menghampiri Jokowi.
Warga yang berada di sana menyebut anak yang bernama Izrael itu baru saja kehilangan ibunya akibat gempa dan Tsunami Palu. Sementara sang ayah yang terluka parah masih dirawat di rumah sakit.
Izrael terus mengikuti Jokowi hingga masuk ke mobil. Sadar diikuti, Jokowi langsung memberi anak itu kue dan air mineral.
Sambil duduk di jok mobil bagian depan, Jokowi coba untuk menyapanya. “Sekolah yang baik ya?,” kata Jokowi kepada Izrael.
“Iya,” jawab anak itu.
Kemudian, momen haru pun muncul saat Izrael bertanya ke Jokowi. “Boleh ikut atau tidak?,” tanya anak itu.
Jokowi menunjukkan ekspresi kaget mendengarnya.
“Hmm?,” kata Jokowi. Belum sempat menjawab, Jokowi kembali mendaapat pertanyaan dari Izrael, “Boleh ikut atau tidak?”
“Eee…nunggu di rumah aja… besok sekolah ya.. belajar,” jawab Jokowi.
“Yang pintar ya!,” kata Jokowi menepuk pundak bocah itu.
Izrael pun menimpali lagi, “Tapi, sekolahnya rusak.”
Mengkahiri percakapan haru itu, Jokowi pun berjanji akan segera memperbaiki sekolah anak tersebut.
“Iya, nanti sekolahnya diperbaiki,” kata Jokowi.
Saat menulis artikel ini, saya sempat tercenung, apa iya, ini presiden yang selalu dituduh oleh pihak oposisi beserta gerombolan kampretnya sebagai presiden yang diktator, otoriter, kejam dan sebagainya. Jokowi orangnya memang keras, ngotot dan bertangan besi, kalau menghadapi politikus busuk, kaum radikalis brengsek maupun pengusaha hitam.
Bahkan terhadap asing dan aseng pun, dirinya berani pasang badan. Terbukti blok Rokan, Mahakam dan 51 persen saham Freeport berhasil direbut kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Itulah sebabnya kenapa saat memperingati Ultah Nasional China, pihak China lebih memilih mengundang Prabowo, yang lebih gampang diajak negosiasi daripada harus menghadapi Jokowi si keras kepala.
Namun bila berhadapan dengan rakyatnya, hatinya menjadi luluh, karena Jokowi pernah menjadi bagian bahkan berasal dari rakyat itu sendiri. Beliau tahu bagaimana menderitanya hidup sebagai rakyat miskin, dimana saat kecilnya, rumahnya tiga kali menjadi korban penggusuran, semasa kecil beliau bahkan pernah bekerja sebagai ojek payung untuk membantu perekonomian keluarga. Di saat teman-temannya ke sekolah naik sepeda, dirinya lebih memilih berjalan kaki. Jadi tidak salah bila Jokowi sangat memahami apa artinya hidup dalam penderitaan.
Jadi jangan dibandingkan dengan capres cawapres sebelah yang sejak lahir sudah hidup dalam kemewahan, tidak pernah mengalami yang namanya hidup susah, namun seolah-olah merasa paling mengerti penderitaan rakyat. Itupun mengertinya cuma lima tahun sekali saat menjelang pilpres saja. Selepas itu? Yah, tentu pembaca sudah mengerti lah.
Kembali ke masalah bencana gempa di Palu dan Donggala, hingga hari ini dipastikan 40 persen wilayah kota Palu sudah dialiri listrik. Dari 17 titik SPBU di Palu, 5 sudah beroperasi menyalurkan BBM untuk warga, bahkan Pertamina terus berupaya memaksimalkan penyaluran BBM dengan menambah pasokan hingga 400.000 liter BBM.
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah memastikan, akses darat menuju Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong pasca gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah sudah membaik.
“Jalur lintas Palu melalui trans Sulawesi bagian tengah, barat dan timur sudah bisa ditembus kendaraan,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat jumpa pers di kantornya, Rabu 3 Oktober 2018.
Dengan perbaikan infrastruktur itu, kendaraan pembawa logistik menjadi semakin cepat menjangkau para pengungsi.
Semoga upaya dan gerak cepat pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi dalam menangani bencana gempa ini, mampu meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Palu, Donggala dan sekitarnya sehingga dapat kembali beraktifitas seperti sediakala.
Trailer Momen Mengharukan Bocah Izrael Ingin Ikut Jokowi
https://youtu.be/roKWE3z2uLQ