Biasanya kelompok oposisi di bulan September menjelang Oktober setiap tahunnya sejak Jokowi mulai menjabat sebagai Presiden RI, punya gorengan tetap, yakni masalah PKI dan antek China. Isu-isu itu sendiri awalnya dimunculkan oleh media Obor Rakyat sebagai fitnah untuk menjatuhkan Jokowi sudah sejak pilpres 2014 yang lalu.
Di kemudian hari, meski pemrednya sudah dihukum karena terbukti menyebarkan fitnah, namun isu tersebut tetap ada dan menjadi gorengan rutin setiap tahunnya hingga kini. Beberapa isu yang sering dimunculkan adalah fitnahan berupa Jokowi yang disebut keturunan PKI dan yang terbaru larangan dari pemerintahan Jokowi untuk memutar film G30S/PKI.
Mari kita bahas satu persatu, soal Jokowi keturunan PKI sendiri sudah pernah saya tuliskan pada artikel lainnya di bawah ini, silahkan bagi yang belum membacanya
https://www.Indovoices.com/anti-hoax/terbongkar-isu-pki-berasal-dari-oknum-pendukung-gerindra/
Kemudian diperkuat lagi oleh keterangan Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyatakan, keluarga Presiden Joko Widodo tidak memiliki hubungan apapun dengan Partai Komunis Indonesia.
(https://m.cnnindonesia.com/nasional/20160519153624-20-131959/bin-sebut-keluarga-jokowi-tak-terkait-pki)
Kemudian kita beranjak pada isu berikutnya, yakni soal larangan pemerintahan Jokowi untuk memutar film G30S/PKI yang muncul belum lama ini, kampanye hitam tersebut menyebutkan bahwa Pemerintahan Jokowi berada di balik keputusan pemerintah untuk menghentikan pemutaran film G30S/PKI.
Padahal tudingan tersebut, tanpa kita harus mencari data, dapat dipatahkan dengan sangat mudah dengan menggunakan logika yang kita miliki. Bila pembaca masih ingat, penghentian pemutaran film G30S/PKI berlangsung sudah sejak lama, setidaknya sejak jaman reformasi yakni tahun 1998, film tersebut sudah tidak pernah diputar lagi.
Ketika itu Jokowi masih belum siapa-siapa, hanya seorang pengusaha mebel di Solo. Karier politiknya sendiri baru dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005. Jadi dari situ saja sudah terlihat betapa tudingan tersebut terlalu mengada-ada dan dipaksakan. Bagaimana mungkin seorang tukang mebel bisa memaksa negara ketika itu, untuk tidak menayangkan film tersebut. Tentu saja untuk memperkuat apa yang saya sampaikan, perlu dasar berupa data atau berita.
Dan berdasarkan berita hari ini, yang disampaikan oleh Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN KIK) Aria Bima menyebutkan bahwa keputusan pemerintah untuk menghentikan pemutaran film G30S/PKI ternyata dibuat oleh Yunus Yosfiah, mantan Menteri Penerangan semasa Presiden BJ Habibie, yang kini tercatat sebagai tim sukses pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
“Penghentian film G30S/PKI dilakukan oleh menteri penerangan saat itu, dalam hal ini Yunus Yosfiah, seorang letjen purnawirawan, yang sekarang menjadi penasehat Timses Prabowo,” ujar Aria di Jakarta, Jumat, 28 September 2018.
(https://nasional.tempo.co/amp/1130952/tim-jokowi-penghentian-film-g30spki-dilakukan-penasehat-prabowo)
Jadi jelas kan? Berbagai isu yang mereka lemparkan akhirnya menampar wajah mereka sendiri, berbagai fitnah yang mereka lontarkan akhirnya berbalik membuka borok mereka sendiri. Istilah menabur angin menuai badai bukanlah istilah kosong belaka. Bermaksud memojokkan Jokowi, akhirnya mereka sendiri yang tertohok. Mulai dari tuduhan PKI sampai antek China.
Berbicara soal antek China, bisa kita lihat sendiri, bagaimana getolnya mereka menuding Jokowi antek China selama ini, dikesankan seakan-akan negara berada dalam posisi gawat karena akan dikuasai China.
Eh ternyata junjungan mereka sendiri yang saat ini berstatus Capres, menerima ajakan untuk menghadiri peringatan Hari Nasional China yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Bahkan tanpa ragu, Prabowo mengatakan hubungan Indonesia-China itu sangat penting dan ingin ditingkatkan di masa yang akan datang. Jadi siapa yang pro siapa sekarang? Padahal selama ini para pendukungnya sudah berteriak kesana kesini anti PKI, anti, asing anti aseng, anti China.
Namun terbukanya fakta bahwa larangan memutar film PKI datangnya dari bekas menteri penerangan yang sekarang menjadi penasihat timses Gerindra serta kesediaan Prabowo menghadiri Hut ke-69 China, meluluhlantakkan branding yang berusaha dibangun oleh buzzer-buzzer politiknya selama ini. Para kampret yang biasanya suka mencicit pun sontak terdiam sambil terbang di keheningan malam mencari buah busuk lain untuk diolah.
Trailer Prabowo Hadiri Hari Nasional China
https://youtu.be/OQ-sgrHbChs