Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan, bahwa Indonesia ini ada negara besar. Penduduknya sudah 263 juta, yang hidup di 17.000 pulau, 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi.
“Ini negara yang sangat besar, sangat besar sekali. Kelihatan kalau saudara-saudara pergi dari ujung barat sampai ujung timur, dari ujung utara sampai ujung selatan, baru terasa kalau betapa negara ini adalah sebuah negara besar,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Pembukaan Kongres XXXVI Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), di Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/9) pagi.
Selain besar, Presiden mengingatkan bahwa negara ini dianugerahi oleh Tuhan dengan perbedaan-perbedaan yang sangat banyak. Berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda suku, berbeda agama berbeda bahasa daerah. Kita memiliki 714 suku, dengan bahasa daerah lebih dari 1100.
Kepala Negara mengisahkan, dirinya pernah terbang dari Banda Aceh langsung ke Wamena di Papua memakan waktu 9 jam 15 menit, naik pesawat bukan jalan kaki. “Itu kalau kita terbang dari London di Inggris ke timur itu sampai Istanbul di Turki, itu melewati 7-8 negara,” ujarnya.
Untuk itu, Presiden Jokowi meminta janganlah melupakan itu. Jangan sampai karena pemilihan bupati, pemilihan gubernur, pemilihan walikota atau pemilihan presiden yang setiap 5 tahun diadakan kita menjadi terpecah-pecah. “Rugi besar bangsa ini rugi besar,” tegasnya serayamenambahkan, kalau ada pilkada pemilihan walikota, bupati, gubernur, lihat yang paling baik, coblos. Nanti Pilpres atau Pileg lihat yang palinga baik, coblos.
“Begitu saja cukup, tapi rukun kembali. Jangan dibawa-bawa, sudah 3 tahun 4 tahun 5 tahun masih dibawa-bawa urusan pilpres, urusan pilgub, urusan pilihan walikota. Bisa terpecah-pecah kita nanti,” tutur Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, itu memang pinternya politikus disitu. Mempengaruhi. Karena itu, Presiden meminta jangan kita ini terpengaruh dalam waktu yang cukup lama.
“Sangat berbahaya sekali bagi negara ini, karena aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, persaudaraan, kerukunan. Tidak ada yang lain,” tegas Presiden Jokowi.
Kepala Negar lantas menunjuk contoh saat pelaksanaan Asian Games 2018 beberapa waktu lalu, saat
kita bersatu tanpa ada itu yang menanyakan pemain pencak silat agamanya apa, dari suku apa, Yang main badminton tidak pernah ada yang bertanya agamanya apa, sukunya apa, bahasa daerahnya seperti apa. “Tidak pernah. Ya memang seharusnya seperti itu,” ucap Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menristekdikti M. Nasir, dan Mentri Hukum dan HAM Yasonn H. Laoly. (MAY/AGG/ES)