Dua sahabat masa kecil dipertemukan kembali dengan nasib yang berbeda. Persamaannya mereka sudah sama sama sukses dan Kaya raya. Mereka adalah Sandiaga Uno dan Erick Thohir. Sandiaga Uno dibesut menjadi Cawapres menemani Prabowo Subianto sementara Erick Thohir dibesut menjadi ketua Timses Jokowi – Amin Maruf.
Ada banyak pandangan yang muncul setelah mereka bertemu kembali dan berpelukan di Kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan saat menghadiri Akad nikah ketua DPR Bambang Soesatyo, Sabtu siang, 8 September 2018.
Ada yang berpandangan bahwa Erick Thohir akan menyerang Sandiaga Uno di saat perang kampanye mulai, apalagi Erick Thohir pengusaha yang tiada cela, sementara Sandiaga Uno banyak gap dan masalah di masa lalu yang siap dibuka Erick kapan saja sementara Sandiaga Uno akan kesulitan membuka aib Erick Thohir, dikarenakan sahabatnya ini selalu hidup baik baik dan tidak pernah berbuat kesalahan apalagi kejahatan dalam bentuk apapun, semua bisnisnya dilandaskan pada kejujuran dan kerja teras.
Ada yang berpandangan bahwa Erick Thohir bisa saja menjadi “Spy” dari Sandiaga Uno dikarenakan Erick Thohir akan membuka semua jurus Jokowi Maruf beserta tim relawannya kepada Sandiaga Uno sehingga Sandiaga Uno tahu semua jalannya dan bisa mengalahkan Jokowi Maruf dengan lugas dan trangginas karena sudah pegang semua kartu as yang bisa saja dibocorkan oleh Ketua Timses Erick Thohir. Apalagi ada pepatah yang bilang Sahabat akan berkorban untuk kebahagiaan Sahabatnya apalagi Sahabatnya, Sandiaga Uno sedang kepengen sekali menjadi Cawapres.
Dua pandangan ini berkembang di masyarakat.
“Apa yang saya lihat dari Pak Joko Widodo sendiri, kekuatan Beliau, hati nuraninya untuk rakyat dan untuk membangun Indonesia. Itu jadi pilihan saya,” ungkap Erick. Penegasan Pak Erick Thohir disaat pidato pembuka ketika pengangkatannya menjadi ketua Timses Jokowi Maruf, menegaskan bahwa pendapat Sandiaga Uno salah.
Sandiaga Uno berpendapat bahwa Jokowi akan ditolak Eric Thohir karena Eric Thohir tidak akan tertarik dengan dunia politik dan akan fokus ke dunia bisnis olahraga dan keluarganya, namun Pak Eric Thohir yang menerima sendiri dengan motif kagum dengan kepemimpinan Jokowi, jadi bukan karena dipaksa ataupun ada motif lainnya. Jelas, motif nurani akan jauh lebih kekal dan terpatri didalam hati ketimbang Motif karena disuruh apalagi dibayar.
Eric Thohir yang selalu melihat kesempatan dan peluang sebagai masa depan, melihat ini merupakan Jalur untuk mengharumkan Indonesia lebih dalam lagi daripada kesuksesan ASIAN GAMES. Walaupun dia tidak paham mengenai dunia politik, “berenang” di dunia Timses Pilpres merupakan Jalur kesempatan mempelajari dunia politik, lika likunya dan tidak menutup kemungkinan dia akan mengikuti jejak sahabatnya berjuang di Dunia Politik walaupun tidak sekarang. Periode 2019 ini dijadikan Eric Thohir sebagai periode pengajaran dan menciptakan kepercayaan dari seluruh Timses dan relawan Jokowi Maruf beserta Partai Pengusungnya. Jika dia sukses memenangkan Jokowi maruf, tidak menutup kemungkinan semua relawan dan Partai pengusung akan melirik dia dan menjadikan dia salon cikal bakal 2024, mengingat Jokowi tidak akan berkompetisi di Pilpres lagi di 2024 karena sudah 2 periode jika dia memenangi Jokowi Maruf, sementara Pak KH Amin Maruf tidak akan menjadi saingan di 2024, mengingat faktor umur tidak akan memungkinkan Pak KH Maruf berkompetisi di 2024.
2019 ini adalah Titik acuan untuk Erick Thohir jika Pak Eric Thohir bijaksana, dengan berkompetisi jujur melawan timses Prabowo – Sandiaga, dia akan memperoleh nama harum di dunia perpolitikan, sementara jika dia sengaja membuat Jokowi – Maruf kalah, Partai Pengusung Jokowi Maruf, tim relawan dan pendukung Jokowi akan memandang rendah dan membuat bisnisnya pun akan memiliki dampak yang cukup berpengaruh. Apalagi jika dia bisa mengajak Sahabatnya Sandiaga Uno untuk mengalah agar Jokowi menghabiskan Periode memerintahnya sekali lagi dan di periode berikutnya dia bisa memilih apakah akan bersatu dengan sahabatnya melawan pihak lain ataukah melawan sahabatnya sendiri yang bersatu dengan pihak lain.
Namun jika dia harus memilih bersatu bersama sahabatnya melawan pihak lain di 2024, dia harus mengingat bahwa sahabatnya sudah mulai memberikan sentimen negatif ke publik soal rencananya menjadi Timses Jokowi – Maruf dan bukan memberikan support sebagai sahabat, ya walaupun ada dukungannya juga walaupun ada selipan rasa ketakutan juga.
Penulis: Y. Suherman